-->

Notification

×

Iklan

Si Jago Merah Lahap 42 Rumah Warga di Desa Ngali

Monday, September 26, 2011 | Monday, September 26, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-09-26T00:38:04Z

Bima, Garda Asakota.-
“Kebakaran, kebakaran…!!!, “teriak tua-muda sahut menyahut tak beraturan pada tiap sudut gang dan rumah-rumah penduduk. Tak ketinggalan corong langgar dan mesjid yang menjadi direjen dengan gemanya menjangkau hingga ke seberang desa. Sekitar lima menit kemudian kera­maian lalu lalang orang-orang sudah memenuhi sebuah perkampungan.
Ratusan orang berhamburan menggapai titik api yang sudah membesar, 1 rumah, 2, 3, 4 rumah tak terselamatkan. Sebagian warga terlihat berusaha memadamkan api, beberapa berusaha menyelamatkan barang berharga, yang lain meminta pertolongan dan yang lainnya mengiba memohon Tuhan tak terlalu murka.

Lebih kurang 40 menit berlalu, hening sejenak, menghela napas, menahan kata, tak kuasa memandang. Sekitar 42 rumah yang tadinya berdiri kokoh, kini tinggal arang yang sesekali merahnya menyulut kecil-kecil. Sebagaimana dilansir di website Warta Ngali, kejadian tersebut di atas adalah sepotong kecil dari cerita musibah yang terjadi usai shalat Isya, Kamis (22/9) di Desa Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Menurut penuturan berbagai sumber di lokasi kejadian, awal mula titik api berasal dari rumah ‘Dua La”. Sekitar pukul 19.30 waktu setempat, rumah tersebut sedang sepi, Dua La Siwe sedang menonton acara TV di rumah tetangga sebelah, yakni rumahnya si Buru alias Ama La Uti. Sedangkan Dua la Mone sedang tahlilan di rumah Ina Muslimin yang tidak jauh dari rumahnya sendiri. Tiba-tiba apinya kian membesar yang keluar dari dapur,” tutur sumber kepada wartawan.
Sekejap kemudian api menghanguskan rumah bersebelahannya. Meskipun banyak orang datang membantu memadamkan api, namun kobarannya tak mampu dihentikan segera. Ada yang membantu dengan menyemprotkan air dari sumur terdekat, ada pula dengan cara merubuhkan beberapa rumah yang berdekatan kobaran si merah menyalak, namun kobarannya terus menye­bar, menyulut ke rumah-rumah terdekat, hingga mencapai 42 rumah ludes dilalap si jago merah. Tapi untungnya beberapa menit kemudian mobil pemadam kebakaran dari Pemkab Bima datang membantu hingga api mampu dipadamkan.
Pantauan wartawan di lokasi kejadian, tiga buah mobil pemadam kebakaran dari kecamatan Woha dan Monta lah yang beraporasi. sedangkan Kecamatan Belo sendiri belum memiliki mobil merah penyemprot air tersebut. Seperti dituturkan nara sumber, kobaran api yang meng­hangus­kan itu sangat besar dan cepat sekali. Belum diketahui secara pasti pemicu keba­karan, namun informasi sementara menye­butkan api diduga muncul dari  letupan jiregen berisi bensin. Kemudian sebagian besar rumah-rumah yang terbakar tersebut memiliki persedian beberapa jiregen bensin di atas rumah mereka untuk keperluan pertaniannya. Disamping itu angin yang bertiup kencang tak beraturan juga mempengaruhi arah sambaran api, sehingga bagian kiri, kanan, depan maupun belakang rumah sumber api tersebut ikut terbakar.
Menurut pantauan, peta kebakaran itu mulai dari rumah Ama la Etima (di sekitar sungai) hingga rumah Hunter atau rumah Ama la Meni. Ke baratnya hingga sungai, ke timurnya hingga gang Abu la Anas, ke utaranya hingga gang yang menuju sungai.
Peristiwa kebakaran ini adalah yang terbesar sejak kejadian tahun 45-an di kampung Baju yang menghanguskan satu kampung/dusun waktu itu. Namun peristiwa kali ini merupakan kebakaran dengan keru­gian terbesar, bahkan kebakaran terbesar yang pernah terjadi di Kabupaten/Kota Bima. Menengok tahun-tahun sebelumnya, peristiwa kebakaran di Ngali terjadi juga pada tahun 2008 di kampung Baju, keba­karan waktu itu menghanguskan 30-an rumah. Kemudian tahun 2010 kebakaran me­nimpa 2 rumah di kampung Baru.
Beruntungnya kebakaran ini tidak membawa korban manusia. namun harta benda yang ikut hangus mencapai puluhan bahkan ratusan juta tiap rumah. Harta benda berharga yang paling banyak ikut terbakar adalah bawang, padi dan beras. bahkan ada uang tunai puluhan juta dalam satu rumah ikut hangus. Belum lagi emas, surat-surat atau sertifikat tanah/bangunan dan ada beberapa rumah yang sama sekali tidak ada yang bisa diselamatkan karena penghuninya sedang ada di sawah dan atau di daerah lain seperti Sumbawa/Napa.
Beruntungnya pula bahwa kendaraan bermotor dan mesin air untuk pertanian mereka masih bisa diselamatkan. contohnya seperti si Khairi yang rumahnya adalah titik mula api, masih bisa menyelamatkan motor­nya yang ia parkir di bawah kolong rumah­nya sendiri. Dia masih bisa selamatkan motor King-nya meski pada saat itu di atas kepalanya api sedang berkobar. Begitu juga dengan si Buru Ama la Uti, motor dan hand­traktor yang ia parkir juga dibawah kolong rumahnya bisa diselamatkan oleh orang-orang yang datang menolongnya.
Ada juga cerita lain seperti La Buhari Onde yang rumahnya ludes tanpa ada yang bisa diselamatkan karena pada saat kejadian ada di luar daerah. (GA. 212/wnc*)
×
Berita Terbaru Update