-->

Notification

×

Iklan

Jadi Tersangka, Syahbuddin Menyesal dan Minta Maaf

Monday, October 10, 2011 | Monday, October 10, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-10-10T00:26:21Z

Tolong Jangan Anak Saya, Menjadi Korban…!
Kota Bima, Garda Asakota.-
Kasus dugaan pemukulan siswa MTsN-1 Bima yang melibatkan oknum guru, Syafruddin, secara resmi telah dilaporkan oleh orang-tua korban ke polisi. Begitupun sebaliknya, tindakan balasan orang-tua siswa yang dialami oleh guru tersebut, juga tengah ditangani oleh penyidik Polresta Bima. Bahkan atas laporan balik oknum guru tersebut, Syahbuddin, S. Ag, ayah dari M. Andi khaeril Awalin siswa kelas II MTsN-1 Kota Bima, sudah ditetapkan seba­gai tersangka, meskipun penyidik tidak melakukan penahanan atas dirinya. “Belum ditahan, tersangka hanya dikenakan wajib lapor saja,” ujar Kapolres Bima Kota, AKBP. Kumbul KS, kepada sejumlah wartawan belum lama ini.

Kapolresta mengaku telah menangani kasus dugaan pemukulan guru ini dengan serius dan bahkan sudah tuntas melakukan penyidikan. Makanya, penyidik langsung menetapkan Syahbudin sebagai tersangka sejak Sabtu lalu (1/10) lalu. “Selanjutnya, kasus tersebut akan dibuatkan resume dan berkasnya akan tuntas minggu depan (dalam minggu ini, red),” katanya. Atas tindakannya tersebut, tersangka dijerat pasal 351 ayat 1 tentang penganiayaan dengan ancaman hukuman empat tahun penjara.
Di hadapan wartawan, Kapolres juga mengungkapkan bahwa, setelah dilakukan pemeriksaan marathon beberapa hari lalu, tersangka secara tulus mengakui dan menye­sali perbuatannya. “Tersangka menye­sali perbuatannya dan meminta maaf,” ucapnya.  Di sisi lain, terkait dengan kasus dugaan pemukulan siswa oleh oknum guru Syafrud­din sebagaimana dilaporkan Syahbuddin, Kumbul mengaku kesulitan menanganinya dengan alasan saksi-saksi belum bersedia memberikan keterangan.
“Makanya kita sedikit terhambat me­nanganinya,” katanya. Menurut informasi yang diperoleh wartawan, guna mengung­kap kasus dugaan pemukulan siswa terse­but, penyidik sebenarnya sudah memanggil sekitar empat orang siswa untuk dimintai keterangan. Namun saat dipanggil, keempat orang siswa itu tidak satupun hadir.
Sementara itu pada Senin lalu (3/10), kegiatan belajar mengajar di Kota Bima ter­paksa diliburkan karena seluruh Guru turun ke jalan untuk menggelar aksi solidaritas. Aksi yang melibatkan ribuan guru itu di mulai dari lapangan Merdeka menuju sejum­lah instansi terkait seperti kantor Kemenag Kota Bima, kantor Walikota Bima, Mapol­resta Bima, dan kantor DPRD Kota Bima. Aksi ini sekaligus buntut dari insiden pemu­kulan yang dilakukan orang tua murid, Syahbudin terhadap Safrudin guru MTsN-1 Kota Bima Sabtu lalu (24/9). Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota dan Kabupaten Bima menge­caman tindakan Syahbudin yang memprakte­kan sikap tidak terpuji memukul Syafrudin di hadapan Wakil Kepala Sekolah dan guru lainnya.
Bagaimana reaksi Syahbudin atas aksi jajaran PGRI itu?. Kepada sejumlah warta­wan saat ditemui dikediamannya Kelurahan Dara Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima, dirinya kembali mengungkapkan rasa bersalah dan khilaf atas perbuatannya itu.
“Saya mengaku bersalah, khilaf dan menyesal atas perbuatan saya terhadap guru Syafrudin. Dan kepada seluruh guru di Kota Bima bahkan se-Indonesia, saya minta maaf. Ini dosa saya, dan tolong jangan anak saya menjadi korban. Segala konsekuensi akan saya terima, asalkan anak saya bisa melan­jutkan pendidikan,” sesalnya. Pria berpera­wa­kan tinggi ini bahkan bersedia apabila PGRI menginginkan audensi dan diskusi dengannya. “Saya akan siap sekaligus meminta maaf kepada seluruh guru yang hadir dan mengambil hikmah atas tindakan yang saya lakukan,” imbuhnya.
Bukan hanya Syahbuddin yang menye­sali dan meminta maaf atas perbuatannya, namun anak kesayangannya, Alin juga secara polos mengakui bersalah atas perbua­tannya. “Saya minta maaf kepada pak guru Syafruddin. Saya menginginkan untuk bela­jar lagi, bersekolah, berkumpul, dan bermain bersama teman- teman lagi,” ucapnya polos didampingi ayahnya. (GA. 334*)
×
Berita Terbaru Update