Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS.Al-Baqarah 2:183). Tujuan ibadah puasa adalah untuk men¬capai derajat Taqwa. Orang yang bertaqwa adalah orang yang imannya se¬nantiasa aktif membentuk dirinya, sehingga dia tetap istiqamah (konsisten) dalam beribadat, berakhlaq mulia dan terjauh dari segenap dosa dan maksiat. Puasa secara syariat seperti yang dijelaskan di dalam Al-Quranul Kharim dan dalam hadist hadist yang lain. yaitu menahan lapar dan haus sejak sebelum fajar (imsyak) sampai menjelang matahari terbe¬nam. Selain itu dalam berpuasa kita juga tidak diperbolehkan untuk mela¬kukan hal hal yang mengakibatkan perbuatan maksiat, perbuatan yang mengotori diri sendiri, baik dengan perbuatan atau dengan tindakan.
Tapi sebe¬narnya apa makna yang terkandung dalam ritual ibadah puasa yang biasa disebut siam atau syaum itu?. karena kebanyakan yang kita ketahui itu hanyalah merupakan sebuah perintah berpuasa, sebuah petunjuk atau cara bagaimana untuk berpuasa dan larangan larangan ketika sedang melaksakan ibadah puasa, ayat-ayat yang berhubungan dengan ritual berpuasa. Secara tertulis tidak ada hakekat dari puasa itu sendiri, secara harfiah memang bertujuan untuk mendekatkan diri kita kepada sang Kholiq. Secara horizontal untuk merasakan rasa prihatin dan tirakat, tetapi dimana letak ibadah untuk diri kita sendiri. Puasa itu hakekatnya menguasai diri kita, menguasai segala hawa nafsu kita. Selama bulan ramadhan, bulan dimana Al-Quran diturunkan, yang biasa disebut bulan suci, kita diminta untuk menguasai diri kita, menguasai hawa nafsu kita selama berlangsungnya bulan suci ini. Baru setelah kita bisa menguasai tubuh ini, bisa menguasai semua hawa nafsu, menguasai semua amarah selama satu bulan penuh kita bisa dikatakan kembali suci, bersih kembali diibaratkan seperti bayi yang baru lahir. Insya’Allah bila kita bisa menguasai segala hawa nafsu kita, Allah tentu tidak akan keberatan untuk memberikan ampunan kepada kita. Mana mau Allah memberikan ampunan kepada orang yang kasarnya biasa disebut bengal, jahat, dll.?
Banyak orang yang telah berulang kali puasa tiap tahun, ada yang sudah belasan kali, bahkan ada yang sudah puluhan kali berpuasa, namun taqwa masih jauh dari kehidupannya, imannya tidak aktif, ibadatnya tidak istiqamah, dan akhlaqnya jauh dari mulia, perbuatan dosa masih mengotori dirinya, yang didapatnya dari ibadah puasa hanya lapar dan haus saja. Kenapa hal demikian dapat terjadi? Karena mereka menduga bahwa puasa itu hanyalah sekedar menahan lapar dan haus saja, dan mereka juga memahami bahwa puasa itu adalah pengendalian hawa nafsu selama bulan Ramadhan saja, lalu setelah Ramadhan mereka kembali dikendalikan oleh hawa nafsunya. Puasa bukan hanya sekedar menahan dan mengendalikan hawa nafsu dari makan dan minum. Hakekat puasa adalah pengendalian diri secara total dengan kendali iman. Selain mengandalikan mulut dari makan dan minum, puasa juga mengendalikan lidah dari perkataan yang tidak terpuji, seperti bohong, gunjing, caci maki dan lain lainnya. Puasa juga pengendalian mata (ghadhul bashar) dari memandang hal yang diharamkan Allah seperti melihat tontonan aurat, tontonan maksiat dan lain lain. Puasa juga mengendalikan telinga dari mendengarkan hal- hal yang tidak diredhai Allah seperti mendengar musik hura-hura, mendengar gosip dan lain-lain. Puasa juga mengendalikan kaki dan tangan dari tingkah laku yang tidak diridhai Allah. Sabda Rasulullah SAW :
Artinya: “Siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak terpuji, maka bagi Allah SWT. tidak ada artinya dia meninggalkan makan dan minumnya (percuma dia berpuasa). (HR.Buhari dari Abu Hurarah). Demikianlah hakekat puasa yang akan membawa manusia beriman menuju taqwa yang merupakan puncak kemuliaan manusia dihadapan Allah SWT. (QS.49:13) . Wallahu a’lam bissawab.
Tapi sebe¬narnya apa makna yang terkandung dalam ritual ibadah puasa yang biasa disebut siam atau syaum itu?. karena kebanyakan yang kita ketahui itu hanyalah merupakan sebuah perintah berpuasa, sebuah petunjuk atau cara bagaimana untuk berpuasa dan larangan larangan ketika sedang melaksakan ibadah puasa, ayat-ayat yang berhubungan dengan ritual berpuasa. Secara tertulis tidak ada hakekat dari puasa itu sendiri, secara harfiah memang bertujuan untuk mendekatkan diri kita kepada sang Kholiq. Secara horizontal untuk merasakan rasa prihatin dan tirakat, tetapi dimana letak ibadah untuk diri kita sendiri. Puasa itu hakekatnya menguasai diri kita, menguasai segala hawa nafsu kita. Selama bulan ramadhan, bulan dimana Al-Quran diturunkan, yang biasa disebut bulan suci, kita diminta untuk menguasai diri kita, menguasai hawa nafsu kita selama berlangsungnya bulan suci ini. Baru setelah kita bisa menguasai tubuh ini, bisa menguasai semua hawa nafsu, menguasai semua amarah selama satu bulan penuh kita bisa dikatakan kembali suci, bersih kembali diibaratkan seperti bayi yang baru lahir. Insya’Allah bila kita bisa menguasai segala hawa nafsu kita, Allah tentu tidak akan keberatan untuk memberikan ampunan kepada kita. Mana mau Allah memberikan ampunan kepada orang yang kasarnya biasa disebut bengal, jahat, dll.?
Banyak orang yang telah berulang kali puasa tiap tahun, ada yang sudah belasan kali, bahkan ada yang sudah puluhan kali berpuasa, namun taqwa masih jauh dari kehidupannya, imannya tidak aktif, ibadatnya tidak istiqamah, dan akhlaqnya jauh dari mulia, perbuatan dosa masih mengotori dirinya, yang didapatnya dari ibadah puasa hanya lapar dan haus saja. Kenapa hal demikian dapat terjadi? Karena mereka menduga bahwa puasa itu hanyalah sekedar menahan lapar dan haus saja, dan mereka juga memahami bahwa puasa itu adalah pengendalian hawa nafsu selama bulan Ramadhan saja, lalu setelah Ramadhan mereka kembali dikendalikan oleh hawa nafsunya. Puasa bukan hanya sekedar menahan dan mengendalikan hawa nafsu dari makan dan minum. Hakekat puasa adalah pengendalian diri secara total dengan kendali iman. Selain mengandalikan mulut dari makan dan minum, puasa juga mengendalikan lidah dari perkataan yang tidak terpuji, seperti bohong, gunjing, caci maki dan lain lainnya. Puasa juga pengendalian mata (ghadhul bashar) dari memandang hal yang diharamkan Allah seperti melihat tontonan aurat, tontonan maksiat dan lain lain. Puasa juga mengendalikan telinga dari mendengarkan hal- hal yang tidak diredhai Allah seperti mendengar musik hura-hura, mendengar gosip dan lain-lain. Puasa juga mengendalikan kaki dan tangan dari tingkah laku yang tidak diridhai Allah. Sabda Rasulullah SAW :
Artinya: “Siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak terpuji, maka bagi Allah SWT. tidak ada artinya dia meninggalkan makan dan minumnya (percuma dia berpuasa). (HR.Buhari dari Abu Hurarah). Demikianlah hakekat puasa yang akan membawa manusia beriman menuju taqwa yang merupakan puncak kemuliaan manusia dihadapan Allah SWT. (QS.49:13) . Wallahu a’lam bissawab.