Oleh: Rafika, S. Pd
Ketika kebenaran itu disang¬sikan, ketika kebenaran diper¬jualbelikan, ketika kebenaran dimarjinalkan, ketika kebenaran dibungkus, Ketika kebenaran digembok, ketika kebe¬naran digunjingkan, ketika kebenaran diantipati, ketika kebenaran dipermasalahkan dan ketika kebenaran dipanelkan? Siapkah kita untuk membeberkan kebenaran itu.Kejujuran adalah tindakan yang paling sigap walau dengan resiko dan manfaat yang harus siap dihadapi. Semua orang ingin aman, ingin
damai dan kecen¬drungan orang untuk damai adalah hakikat manusia sosial. Lalu Ketika kebenaran menuntut pertanggungjawaban, ketika kebenaran simpatisan, ketika kebenaran minta diperskan, dan ketika kebenaran menuntut kebenaran dan keadilan Bagaimana ? Kritik sama halnya dengan obat, karena satu kritikan lebih baik dari seribu pujian, pesannya Drs. Jubair HAR,M.Si ketika sharing di SMA Negeri I Bolo 1 Agustus 2012. Kebenaran dalam semua lini harus kita kibarkan, dan kebenaran bukanlah hymne pele¬pas lelah dari lilitan kesalahan yang terorganisir. Kebenaran haruslah benar-benar disikapi dan menjadi rohnya segala aktivitas.Seperti benar-benar menjalankan tugas, benar-benar melakukan evaluasi pembelajaran, benar-benar bersikap, benar-benar tahu kewajiban, benar-benar tahu hak, benar-benar mendidik, benar-benar adil, benar-benar menjadi karyawan, benar-benar tidak KKN, benar-benar jujur, benar-benar membuat program pengajaran, benar-benar ngayom dan benar-benar tahu diri. Sebaliknya ketika semua item di atas “tidak benar-benar” dalam sinerginya bagaimana ? Dan publik benar-benar tahu “ketidakbenaran” ? tidakkah akan muncul kegarangan yang terpasung ? Kebenaran tidak boleh dibrendel, karena tidak akan ada yang abadi di jagad ini, semuanya akan terkuak dengan sendirinya. Apapun bentuk ketidakbenaran yang kita selimuti, pasti akan terbongkar dan tercium ! Kebenaran adalah kenyataan, Bradlley. Dan Maksud hidup ini adalah mencari kebenaran, Plato.Ketika kebenaran itu dikerangkeng,maka kebenaran itu akan menteror kita selama-lamanya. Kita tidak perlu mempimpong kesala¬han, dan memborgol orang lain ! Karena tanggung jawab adalah implementasi dari tindakan penganut faham kebenaran. Sering kali kita melihat banyak suatu perdebatan atau bantah-membantah. Dengan semakin canggihnya media komunikasi dan semakin aktualnya pemberitaan media, maka banyak perdebatan akan semakin tampak jelas dan dapat langsung dilihat oleh publik. Karena begitu transparannya kejadian itu, maka tiap-tiap individu yang berdebat menyiapkan sebuah kebenaran untuk ditunjukkan supaya personal yang melihatnya setuju dengan kebenaran yang disampaikannya. Kebenara sering menjadi obyek suatu perdebatan, yakni mencari sebuah kebenaran yang paling benar. Suatu perdebatan itu terjadi dan sering kali tidak selesai hakikatnya adalah pihak-pihak yang berdebat merasa kebenaran yang mereka sampaikan adalah kebenaran yang hakiki atau yang paling benar. Pertanyaan yang mendasar yang perlu disampaikan adalah: kebenaran yang dibawa itu kebenaran apa, dari mana, dan untuk tujuan apa? Karena semakin sedikitnya manusia yang tidak mengerti arti kata “kebenaran” maka terjadilah kekacauan dan huru hara di dunia ini. Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. Kebenaran terletak pada kesesuaian antara subyek dan obyek yaitu apa yang diketahui subyek dan realitas sebagaimana adanya, Aristoteles. Mengapa kebenaran kadang disangsikan ? kadang tidak diterima ? Padahal kebenaran tersebut sudah teruji dan objektif? Padahal kebenaran sudah transparan? Dan Kadang kebenaran sangat diragukan ! Kebe¬naran yang ada harus disikapi dengan lapang, persaudaraan, dan damai. Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan…,Sukarno. Hati adalah sasaran godaan syetan, tempat berkumpulnya nafsu, tempat menempel yang sangat nyaman bagi penyakit-penyakit yang kemudian kesemuanya itu akan menutupinya dan membuatnya buta. Istilah inilah yang dina¬makan butanya sebuah hati, yakni tidak mam¬punyai hati untuk melihat sinyal kebenaran dan akhirnya menggerakkan jasad manusia ke arah yang buruk. Karena rentannya kotoran yang menempel di hati ini. Maka untuk bisa menerima kebenaran, manusia harus melakukan pem¬bersihan hati berkontinyu, seiring terus gencar-nya serangan terhadap hati manusia. Bagaimana ketika kebenaran digunjingkan, diremehkan, hanya sebagai materi guyonan, dan menjadi objek ledekan di forum ? Ya, tragis memang, karena semuanya samar karena ditutup oleh kesub¬yektifan semata. Banyak hal yang membuat kita miris dan kaget melihat masalah-masalah yang muncul dihadapan kita. Dan kadang kita malah menganggap biasa. Kasus-kasus besar mulai diintip dan terkuak di negeri ini, dan sepertinya kita sudah mengang¬gapnya biasa.Sepertinya masalah adalah hal yang wajar dan enteng dilakukan. Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan , maka jami¬nan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun, dan “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” ( Sukarno, Disampaikan saat pidato HUT Proklamasi 1963) Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyatan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Kita manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bisa memuaskan rasa ingin tahu kita, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran. Tujuan ilmu juga mencapai kebe¬naran, dengan kata lain, dalam ilmu kita manusia ingin memperoleh pengetahuan yang benar, karena ilmu merupakan pengetahuan yang sistematis, maka pengetahuan yang dituju ilmu adalah pengetahuan ilmiah. Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahui kebenaran seutuhnya. Kita juga selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian antara penge¬tahuan dan obyeknya. Kebenaran menjadi nyawa dari semua permasalahan yang dihadapi oleh semua personal dan lembaga. Kita semua tidak ingin kebenaran itu dipasung, tetapi kebenaran itu harus benar-benar dijabarkan dan diakui oleh semua personal dan forum. Kebenaran itu harus benar-benar diteliti (begenstand) Karena kebenaran adalah kunci bertemunya resume kesalahan yang terdeposit. Hargailah dan jabarkanlah kebenaran, karena kebenaran adalah milik kita dan sangat urgen untuk kita semua. Awalilah semuanya dengan kebenaran, hiduplah dengan kebenaran, senyumlah dengan kebenaran, dan hormatilah kebenaran seutuhnya, amin. Penulis: Pemerhati budaya dan pendidikan Aktif di SMA Negeri-I Bolo
Ketika kebenaran itu disang¬sikan, ketika kebenaran diper¬jualbelikan, ketika kebenaran dimarjinalkan, ketika kebenaran dibungkus, Ketika kebenaran digembok, ketika kebe¬naran digunjingkan, ketika kebenaran diantipati, ketika kebenaran dipermasalahkan dan ketika kebenaran dipanelkan? Siapkah kita untuk membeberkan kebenaran itu.Kejujuran adalah tindakan yang paling sigap walau dengan resiko dan manfaat yang harus siap dihadapi. Semua orang ingin aman, ingin
damai dan kecen¬drungan orang untuk damai adalah hakikat manusia sosial. Lalu Ketika kebenaran menuntut pertanggungjawaban, ketika kebenaran simpatisan, ketika kebenaran minta diperskan, dan ketika kebenaran menuntut kebenaran dan keadilan Bagaimana ? Kritik sama halnya dengan obat, karena satu kritikan lebih baik dari seribu pujian, pesannya Drs. Jubair HAR,M.Si ketika sharing di SMA Negeri I Bolo 1 Agustus 2012. Kebenaran dalam semua lini harus kita kibarkan, dan kebenaran bukanlah hymne pele¬pas lelah dari lilitan kesalahan yang terorganisir. Kebenaran haruslah benar-benar disikapi dan menjadi rohnya segala aktivitas.Seperti benar-benar menjalankan tugas, benar-benar melakukan evaluasi pembelajaran, benar-benar bersikap, benar-benar tahu kewajiban, benar-benar tahu hak, benar-benar mendidik, benar-benar adil, benar-benar menjadi karyawan, benar-benar tidak KKN, benar-benar jujur, benar-benar membuat program pengajaran, benar-benar ngayom dan benar-benar tahu diri. Sebaliknya ketika semua item di atas “tidak benar-benar” dalam sinerginya bagaimana ? Dan publik benar-benar tahu “ketidakbenaran” ? tidakkah akan muncul kegarangan yang terpasung ? Kebenaran tidak boleh dibrendel, karena tidak akan ada yang abadi di jagad ini, semuanya akan terkuak dengan sendirinya. Apapun bentuk ketidakbenaran yang kita selimuti, pasti akan terbongkar dan tercium ! Kebenaran adalah kenyataan, Bradlley. Dan Maksud hidup ini adalah mencari kebenaran, Plato.Ketika kebenaran itu dikerangkeng,maka kebenaran itu akan menteror kita selama-lamanya. Kita tidak perlu mempimpong kesala¬han, dan memborgol orang lain ! Karena tanggung jawab adalah implementasi dari tindakan penganut faham kebenaran. Sering kali kita melihat banyak suatu perdebatan atau bantah-membantah. Dengan semakin canggihnya media komunikasi dan semakin aktualnya pemberitaan media, maka banyak perdebatan akan semakin tampak jelas dan dapat langsung dilihat oleh publik. Karena begitu transparannya kejadian itu, maka tiap-tiap individu yang berdebat menyiapkan sebuah kebenaran untuk ditunjukkan supaya personal yang melihatnya setuju dengan kebenaran yang disampaikannya. Kebenara sering menjadi obyek suatu perdebatan, yakni mencari sebuah kebenaran yang paling benar. Suatu perdebatan itu terjadi dan sering kali tidak selesai hakikatnya adalah pihak-pihak yang berdebat merasa kebenaran yang mereka sampaikan adalah kebenaran yang hakiki atau yang paling benar. Pertanyaan yang mendasar yang perlu disampaikan adalah: kebenaran yang dibawa itu kebenaran apa, dari mana, dan untuk tujuan apa? Karena semakin sedikitnya manusia yang tidak mengerti arti kata “kebenaran” maka terjadilah kekacauan dan huru hara di dunia ini. Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. Kebenaran terletak pada kesesuaian antara subyek dan obyek yaitu apa yang diketahui subyek dan realitas sebagaimana adanya, Aristoteles. Mengapa kebenaran kadang disangsikan ? kadang tidak diterima ? Padahal kebenaran tersebut sudah teruji dan objektif? Padahal kebenaran sudah transparan? Dan Kadang kebenaran sangat diragukan ! Kebe¬naran yang ada harus disikapi dengan lapang, persaudaraan, dan damai. Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan…,Sukarno. Hati adalah sasaran godaan syetan, tempat berkumpulnya nafsu, tempat menempel yang sangat nyaman bagi penyakit-penyakit yang kemudian kesemuanya itu akan menutupinya dan membuatnya buta. Istilah inilah yang dina¬makan butanya sebuah hati, yakni tidak mam¬punyai hati untuk melihat sinyal kebenaran dan akhirnya menggerakkan jasad manusia ke arah yang buruk. Karena rentannya kotoran yang menempel di hati ini. Maka untuk bisa menerima kebenaran, manusia harus melakukan pem¬bersihan hati berkontinyu, seiring terus gencar-nya serangan terhadap hati manusia. Bagaimana ketika kebenaran digunjingkan, diremehkan, hanya sebagai materi guyonan, dan menjadi objek ledekan di forum ? Ya, tragis memang, karena semuanya samar karena ditutup oleh kesub¬yektifan semata. Banyak hal yang membuat kita miris dan kaget melihat masalah-masalah yang muncul dihadapan kita. Dan kadang kita malah menganggap biasa. Kasus-kasus besar mulai diintip dan terkuak di negeri ini, dan sepertinya kita sudah mengang¬gapnya biasa.Sepertinya masalah adalah hal yang wajar dan enteng dilakukan. Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan , maka jami¬nan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun, dan “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” ( Sukarno, Disampaikan saat pidato HUT Proklamasi 1963) Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyatan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Kita manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bisa memuaskan rasa ingin tahu kita, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran. Tujuan ilmu juga mencapai kebe¬naran, dengan kata lain, dalam ilmu kita manusia ingin memperoleh pengetahuan yang benar, karena ilmu merupakan pengetahuan yang sistematis, maka pengetahuan yang dituju ilmu adalah pengetahuan ilmiah. Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahui kebenaran seutuhnya. Kita juga selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian antara penge¬tahuan dan obyeknya. Kebenaran menjadi nyawa dari semua permasalahan yang dihadapi oleh semua personal dan lembaga. Kita semua tidak ingin kebenaran itu dipasung, tetapi kebenaran itu harus benar-benar dijabarkan dan diakui oleh semua personal dan forum. Kebenaran itu harus benar-benar diteliti (begenstand) Karena kebenaran adalah kunci bertemunya resume kesalahan yang terdeposit. Hargailah dan jabarkanlah kebenaran, karena kebenaran adalah milik kita dan sangat urgen untuk kita semua. Awalilah semuanya dengan kebenaran, hiduplah dengan kebenaran, senyumlah dengan kebenaran, dan hormatilah kebenaran seutuhnya, amin. Penulis: Pemerhati budaya dan pendidikan Aktif di SMA Negeri-I Bolo