ini
konflik batin itu berkecamuk kala membaca lembar demi lembar wacana yang
disodorkan tanpa program yang tidak bisa diprediksi saksama. Tak satu
organ pun mampu membaca kegalauan, mendeteksi, dan menjawab dengan
objektif, tetapi hanya kuasa
berapresiasi dalam labirin hati yang teramat rahasia. Konflik itu tak bisa
dengan liar dan atbitrer dikisahkan untuk khalayak,dan deadline. Karena segalanya merupakan senandung hati yang kian
ronta untuk memilah dan memilih yang
disodorkan untuk diagendakan. Ujungnya menjadi jentik-jentik yang tak berarti
diantara kegamangan yang senantiasa
meronta ingin lepas dari simpul-simpul yang
melilit dengan erat.Simpul itu kiat erat
walau telah lama dibuka dengan upaya, tetapi kini terurai sendiri tanpa
tendensi yang signifikan. Ya …semua
bagian-bagiannya telah mampu menjadi notulen yang tanpa
titah,sensibel,tersistem, dan akurat untuk membaca peta yang ada.
Masihkah konflik itu
berorasi ? Dengan keutuhan yang ego ?
Dengan suka cita ? Dengan kewenangan ? Dengan tendensi ? Konflik itu lebih
tertata , tertib, dan tak akan mungkin amburadol dengan membolak-balikan
sistematikanya. Karena apa yang telah tertata, mustahil akan keteter oleh sistem yang bukan pada
tempatnya.Kuasakah hati untuk menjadikan bagian- bagian yang lain lebih layak
untuk diselamatkan, layak untuk tidak dianaktirikan, layak untuk mendapatkan
rekor, dan layak dikomersial-kan.Tetapi hati ini kadang ego dan apatis, karena
telah ditoreh oleh sembilu yang kian perih dan radam. Saya lebih suka kebenaran meskipun pahit,
daripada kebohongan yang teramat manis,’
Shakira, penyanyi asal Kolombia.Dan membohongi kata hati akan menyuburkan kebohongan yang berkontinyu.
Padahal telah terpaparkan
semuanya dalam setiap moment yang sakral, telah kubisikan disetiap hati yang
seikrar dan telah kukadokan untuk hati yang amat mengerti kondisi yang
tersirat… agar semuanya tidak menjadi tema yang amat galau seantero.Kadang hati kian subjektif dan temporal ketika
memandang audien dengan keanehan yang luar biasa anekdot dan tawar. Tetapi
lama-kelamaan menjadi kisah nyata tanpa sutradara, tanpa naskah dan tanpa
ending sama sekali. Ataukah temanya terlampau ragam diselaraskan dengan tokoh
yang diperankan. Mungkinkah estetika
tanpa maestro …. Konklusinya terlintas, hati itu tidak realis dan konsisten
dengan tilas awal.
Entah kali yang ke berapa renungan itu menyapa
lagi, ya …entah kali yang keberapa kini menyapa lagi tanpa batas, arah, dan
paripurna. Renungan itu tidak akan
mencapai finis dan menemukan jawaban yang dicari, malah berkembang menjadi
prosa yang fenomenal dan layak dilakonkan. Tak dianggap sepertinya sangat
disayangkan ketika terlewati begitu
saja, tetapi ketika sudah terlewatkan seakan menyimpan pembelajaran yang layak
dijadikan bagian dari edisi renungan
yang berarti. Renungan itu kian berakar hingga mencapai finis sedetik, setelah
itu kian tabah melilit dan berantai, sehingga
yang ada adalah cakrawala yang menanti estafet selanjutnya. Ya…seakan menjadi
lembaran yang tertata dalam memori yang tidak kuasa terbaca oleh siapapun ,kecuali yang Maha
membaca segala pikiran yang senantiasa berkeluh diantara detik-detik kehidupan yang sesungguhnya. Walau sebenarnya
disodorkan untuk menjadi bahan apresiasi, jawabannya adalah setitik angan dan
akan raib begitu saja diantara pengharapan yang terlampau tinggi. Ingin
berorasi malah akan terbeberkan menjadi legenda yang anonim.
Haruskah melepas semua label
agar semuanya terlepas dari boomerang yang kian merongrong seperti rang-rang ?
Ataukah semuanya adalah imbas yang harus dihadapi ketika segalanya tanpa cacat.Sekeliling sarat
dengan warna yang dijeda oleh titik yang tidak disukai. Sementara renungan ini
sepertinya menjadi sempurna ditengah lingkaran yang terapung. Untuk sesaat
renungan itu terurai dengan sendirinya, tetapi esok tidak bisa terukur oleh
indra. Semuanya samar dan tak menentu karena segalanya tergantung dengan cuaca
yang tidak bisa diajak kompromi.
Mengapa bisa separah itu ?
pertanyaan itu selalu menanti jawaban yang tak kunjung tertutur. Haruskah hati
divonis dan didikte, padahal belum terdeteksi kesalahan apa yang telah tertoreh
dari hati yang kian idealis tanpa batas.
Satu hal yang paling sulit dalam hidup adalah memiliki kata-kata dalam
hati, tapi tidak bisa mengucapkannya,’ James Earl Jones, aktor Amerika
Serikat ‘Ada dua cara untuk menghadapi
kesulitan, Anda mengubah kesulitan itu atau Anda mengubah diri sendiri untuk
menghadapinya,’ Phyllis Bottome, novelis Inggris. Dan tidak ada kesulitan yang
tidak bisa diselesaikan, Saidin, S.Pd M.Pd Kasek SMA Negeri 1 Bolo.
Esai itu bukan lagi menjadi
topik yang heboh untuk diagendakan oleh tataran hati yang terlampau apik untuk
memaknai cerita yang tidak mampu dimaknai dengan objektif…. Bijaksana dan
realis adalah langkah luar biasa yang
menjadi pengharapan, karena telah terpaten
seutuhnya tanpa harus tertatarkan.Tak kuasa berekspresi dalam
lilitan benang-benang yang terbalut dengan kamuflase dadakan.Kini hati ini
begitu superior mematok seluruh organ
untuk senantiasa mensuplai seluruh rasa yang kian tenggelam oleh naluri yang
kian rakus. Kadang hati terenyuh dengan sentilan-sentilan yang tidak
diresponsif, atau hati malah ngakak dengan sarkas.
Alternatif terbaik adalah
memilih untuk senantiasa bersenandung merenungi segalanya daripada dipercayakan
kepada organ-organ yang senantiasa bertendensi,
segalanya tanpa korsase pemanis ,tanpa mafela, dan tanpa kebohongan yang tertunda .Karena apa yang
direnungkan senantiasa tertitip dengan amanah, terjaga tanpa dusta dan tidak
tertata dengan ambisi musimam.Haruskah dipaksa untuk senantiasa objektif
menyikapi ocehan yang tidak bermutu. Semuanya terukir dan tereksploitasi dari ketidakjujuran
yang sengaja dikerdilkan. Mengapa harus mencetak rival untuk sesuatu yang tidak
memiliki arti. Anggaplah segalanya sebagai intermezo melipur lara.
Tetapi ketika ingin
direlevankan semuanya harus setapak lebih maju agar lebih memiliki sesuatu yang
hampir mirip dengan cita-cita bersama.
Orang yang tidak bisa mengubah cara berpikir tidak pernah mampu mengubah
kenyataan dan tidak akan pernah bisa,’Anwar Sadat, Presiden Mesir. Orang-orang
kreatif termotivasi oleh keinginan untuk maju, bukan oleh keinginan untuk
mengalahkan orang lain,Ayn Rand Novelis Amerika.
Ku dapat menangkap segalanya
dari setiap yang tersirat dan hanya mampu terdeteksi oleh sesama cita.Adakah
yang lebih berarti dan memahami dari kebersamaan yang membawa kemaslahatan ?
Tanpa dituturkan semuanya telah menjadi
kisah yang bermakna sepanjang sejarah yang terlewati.Indah nian perjalanan
ketika semuanya ada rahasia yang terlampau liku untuk dicerna bersama dalam
cita-cita yang sakral. Saya tidak
berharap menjadi segalanya untuk setiap orang, saya lebih suka menjadi sesuatu
untuk seseorang,’ Javan, ilmuwan kelahiran Iran penemu teknologi gas laser.Dan
pengharapan yang tertinggi adalah ketika semua yang lakoni bisa berarti, dan bermanfaat untuk semua…
Amin.
Pemerhati pendidikan dan
budaya
Mengajar di SMA Negeri I
Bolo Bima