Dompu, Garda Asakota.-
Sejarah mencatat bahwa letusan gunung Tambora merupakan letusan terdahsyat dari sekian letusan gunung Merapi di Indonesia. Letusan gunung Tambora pada tahun 1815 silam melenyapkan tiga Kerajaan yakni, Sanggar, Tambora dan Pekat yang berada di sekitar kawasan gunung Tambora, serta menewaskan puluhan ribu jiwa manusia. Untuk mengenang kembali peristiwa itu, Pemerintah Provinsi NTB menggandeng Pemkab Dompu menggelar event Tambora Menyapa Dunia (TMD) dalam rangka memperingati 200 tahun (2 abad) meletusnya gunung Tambora, yang dimulai digaungkan tanggal 6 April hingga puncak acara tanggal 11 April kemarin.
Beberapa rangkaian kegiatan ikut memeriahkan TMD. Namun dari sejumlah rangkaian kegiatan yang dihelat, tidak sedikit para pengunjung memilih untuk merayakannya di puncak gunung Tambora.
Berdasarkan keterangan dari Syaifullah salah satu anggota Komunitas Pecinta Alam Tambora (kapata) desa Pancasila Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu yang juga salah satu panitia TMD mengakui bahwa terdapat ribuan pendaki memadati puncak Tambora.
“Pendakian dilakukan mulai tanggal 6 April hingga acara puncak TMD tanggal 11 April masih banyak yang tracking puncak Tambora,” katanya kepada wartawan di kediamannya desa Pancasila, (11/4).
Untuk dapat mendaki gunung Tambora, pendaki harus melakukan registrasi sebesar Rp10 ribu per orang. Dari registrasi ini kemu dian peserta mendapatkan cindera mata berupa pin dan stiker yang bertuliskan TMD. Selain itu, pihaknya sudah menyediakan fasilitas layanan jasa berupa ojek jemputan dengan ongkos yang dapat dijangkau oleh pendaki.
“Ada juga guide sebagai penunjuk jalan bahkan sampai porter yang siap mengantarkan barang sampai ke puncak bagi pendaki yang ingin memakai jasa yang kami sediakan,” jelasnya.
Salah satu pendaki dari mahasiswa pecinta alam (Mapala) Londa STKIP Bima, Iphul mengaku memilih untuk merayakan 200 tahun meletusnya Tambora di puncak gunung Tambora ketimbang di lokasi Doro Ncanga seperti yang dipersiapkan oleh panitia untuk acara puncak TMD.
Menurutnya, event TMD merupakan momentum yang tepat untuk perenungan peristiwa letusan dahsyat gunung Tambora yang mengubur tiga kerajaan di tahun 1815 silam.
Kepada Garda Asakota, di Pos-3 Gunung Tambora, Jumat (10/4) siang, diakuinya para pendaki luar kota bahkan luar negeri ikut meramaikan puncak Tambora. Bahkan, katanya dari kalangan artis pun ikut meramaikan puncak Tambora.
Rombongan artis bersama media Televisi Swasta mendaki Tambora dengan tujuan peliputan untuk mengisi salah satu program, ‘My trip my adventure’. Di puncak Tambora, sejumlah pendaki melakukan upacara bendera sebagai bentuk perenungan atas peristiwa letusan terdahsyat gunung Tambora tersebut. (GA. Fenno*)
Sejarah mencatat bahwa letusan gunung Tambora merupakan letusan terdahsyat dari sekian letusan gunung Merapi di Indonesia. Letusan gunung Tambora pada tahun 1815 silam melenyapkan tiga Kerajaan yakni, Sanggar, Tambora dan Pekat yang berada di sekitar kawasan gunung Tambora, serta menewaskan puluhan ribu jiwa manusia. Untuk mengenang kembali peristiwa itu, Pemerintah Provinsi NTB menggandeng Pemkab Dompu menggelar event Tambora Menyapa Dunia (TMD) dalam rangka memperingati 200 tahun (2 abad) meletusnya gunung Tambora, yang dimulai digaungkan tanggal 6 April hingga puncak acara tanggal 11 April kemarin.
Beberapa rangkaian kegiatan ikut memeriahkan TMD. Namun dari sejumlah rangkaian kegiatan yang dihelat, tidak sedikit para pengunjung memilih untuk merayakannya di puncak gunung Tambora.
Berdasarkan keterangan dari Syaifullah salah satu anggota Komunitas Pecinta Alam Tambora (kapata) desa Pancasila Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu yang juga salah satu panitia TMD mengakui bahwa terdapat ribuan pendaki memadati puncak Tambora.
“Pendakian dilakukan mulai tanggal 6 April hingga acara puncak TMD tanggal 11 April masih banyak yang tracking puncak Tambora,” katanya kepada wartawan di kediamannya desa Pancasila, (11/4).
Untuk dapat mendaki gunung Tambora, pendaki harus melakukan registrasi sebesar Rp10 ribu per orang. Dari registrasi ini kemu dian peserta mendapatkan cindera mata berupa pin dan stiker yang bertuliskan TMD. Selain itu, pihaknya sudah menyediakan fasilitas layanan jasa berupa ojek jemputan dengan ongkos yang dapat dijangkau oleh pendaki.
“Ada juga guide sebagai penunjuk jalan bahkan sampai porter yang siap mengantarkan barang sampai ke puncak bagi pendaki yang ingin memakai jasa yang kami sediakan,” jelasnya.
Salah satu pendaki dari mahasiswa pecinta alam (Mapala) Londa STKIP Bima, Iphul mengaku memilih untuk merayakan 200 tahun meletusnya Tambora di puncak gunung Tambora ketimbang di lokasi Doro Ncanga seperti yang dipersiapkan oleh panitia untuk acara puncak TMD.
Menurutnya, event TMD merupakan momentum yang tepat untuk perenungan peristiwa letusan dahsyat gunung Tambora yang mengubur tiga kerajaan di tahun 1815 silam.
Kepada Garda Asakota, di Pos-3 Gunung Tambora, Jumat (10/4) siang, diakuinya para pendaki luar kota bahkan luar negeri ikut meramaikan puncak Tambora. Bahkan, katanya dari kalangan artis pun ikut meramaikan puncak Tambora.
Rombongan artis bersama media Televisi Swasta mendaki Tambora dengan tujuan peliputan untuk mengisi salah satu program, ‘My trip my adventure’. Di puncak Tambora, sejumlah pendaki melakukan upacara bendera sebagai bentuk perenungan atas peristiwa letusan terdahsyat gunung Tambora tersebut. (GA. Fenno*)