dr. Agus Harianto SpA(K) |
Tiga orang dokter spesialis ahli kesehatan anak kembar siam dari Rumah Sakit dr.Sutomo Surabaya yakni dr. Agus Harianto SpA(K), dr. Purwadi, SpB.,SpBA, dan Dr. dr. Mahrus A. Rachman, SpAA(K), yang diundang oleh RSUP NTB untuk melakukan penanganan khusus terhadap bayi kembar siam yang bernama Muhammad Thalif anak dari Fathul Bahri dan Zurriyah asal Dusun Genang Genis Desa Kerato Kecamatan Unter Iwes Kabupaten Sumbawa yang dirawat di RSUP NTB, memastikan bahwa kembar siam yang bernama Muhammad Thalif itu tidak mungkin bisa dipisahkan akibat menderita kembar siam parapagus (posisi tubuhnya berdempetan secara menyamping dengan dua kepala).
Menurut dr. Agus Harianto SpA(K), fenomena kembar siam parapagus ini tengah terjadi di Indonesia seperti di daerah Magetan Madiun Jawa Timur dan Medan. Kembar siam parapagus yang pernah ditanganinya ada sekitar sepuluh kasus dan kebanyakan mereka tidak bisa bertahan lama. Seperti kasus kembar siam para pagus di Bangkalan hanya bisa bertahan selama tiga belas hari. Untuk kasus kembar siam parapagus yang di NTB ini, menurutnya, bayi ini lahir dengan keadaan sudah kekurangan oksigen. “Ini akan menjadi ancaman bagi masa depannya, kenapa?, otaknya akan terganggu. Paru-parunya juga terganggu, begitu pun dengan pembuluh darahnya. Yang bisa kita lakukan hanya memberikan terapi nutrisi dengan membawa susu formula dari Surabaya,” urai Agus saat menyampaikan konferensi pers di Media Center RSUP NTB, Selasa (18/04).
Dengan keadaan bayi kembar siam parapagus yang demikian, Agus mengatakan hanya bisa berkonsetrasi untuk melakukan perawatan seoptimal mungkin hingga mereka bisa bertahan hidup. “Pasien kembar siam parapagus tidak mungkin untuk dipisahkan dalam keadaan normal. Dia akan bertahan hidup sepanjang masa berdampingan,” katanya.
Ada tiga factor kembar siam itu tidak bisa dipisahkan, lanjutnya, yakni jantung dan pembuluh darahnya menyatu, jaringan otaknya menyatu, dan sistim pembuluh darahnya menyatu. “Sehingga tim memutuskan agar bayi kembar siam ini dirawat sehingga mereka bisa bertahan hidup sepanjang masa,” ujarnya.
Foto: dr. Purwadi, SpB.,SpBA, |
Menurut, dr. Purwadi, meski jantung bayi kembar siam ini terpisah namun pembuluh darah besarnya atau yang disebut aortanya juga ikut menyatu. Begitu pun dengan ginjal dan livernya juga hanya ada satu. “Sehingga dengan keadaannya yang seperti itu, maka bayi kembar siam ini tidak mungkin untuk dipisahkan. Jika dipaksakan untuk dipisahkan maka akan ada yang menjadi korban diantara salah satunya atau diantara keduanya,” timpal dr. Purwadi.
Foto: Dr. dr. Mahrus A. Rachman, SpAA(K) |
Sementara itu, Dr. dr. Mahrus A. Rachman, SpAA(K), menjelaskan hasil pemeriksaannya terkait dengan kondisi jantung bayi kembar siam tersebut. Menurutnya, bayi kembar siam itu memiliki dua jantung. “Keadaan jantungnya baik dari aspek struktur dan fungsinya normal. Keadaan jantung bayi yang sebelah kanan lebih kecil dari jantung bayi yang sebelah kiri. Akan tetapi, pembuluh darah bayi itu hanya satu. Begitu pun kondisi paru-parunya kecil karena dipengaruhi oleh kondisi jantungnya yang berdempetan sehingga mempengaruhi masalah pernafasannya,” terang pria kelahiran Lingkungan Salama Kota Bima ini.
Foto: Direktur RSUP NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM., |
Sementara itu, Direktur RSUP NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM., menegaskan untuk aspek pembiayaan perawatan pasien kembar siam ini pihaknya mengaku telah melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa untuk membantu biaya perawatannya. “Jadi selama pasien kembar siam ini dirawat akan menjadi tanggungan pemerintah untuk membiayainya,” tandasnya. (GA. IAG*).