Suasana di rumah duka, Senin siang (29/5). |
Kota Bima, Garda Asakota.-
Sungguh naas nasib seorang ibu rumah tangga, Misbah (59 tahun), warga lingkungan Kumbe Kelurahan Kumbe Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima, Selasa (29/5), harus meregang nyawa. Sekitar pukul 09.30 Wita pagi, Senin (29/5) atau bertepatan dengan hari ketiga bulan Ramadhan, ibu paruh baya ini mendapat perlakukan sadis dari seorang adik kandungnya Suhardin lebih kurang (45 tahun). Tusukan belati sang adik merobek dada dan bagian perutnya hingga tembus jantung.
Meski korban sempat dilarikan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima untuk mendapatkan perawatan intens, namun akibat kondisi luka yang dialami korban sangat parah, korban akhirnya meninggal dunia.
Kapolsek Rasanae Timur Kota Bima, IPTU Rusdin kepada Garda Asakota, di TKP, membenarkan adanya peristiwa pembunuhan tersebut. Pelakunya, kata dia, adik kandung korban, Suhardin kurang lebih (45).
Kronologis kejadian, papar Rusdin, diduga berawal ketika korban baru saja pulang dari rumah anaknya Rohana, tak jauh dari TKP, untuk membersihkan diri (mandi, Red). Sepulang dari tempat mandi, korban kemudian ganti pakaian. "Nah, saat keluar dari kamar korban tiba-tiba dibacok di bagian dadanya hingga jatuh tergeletak. Saat itu pula, korban berusaha teriak dengan keras, hingga didengar suaminya Anwar. Sayangnya, begitu suaminya di TKP, dia hanya bisa melihat isterinya sudah tergeletak dan berlumuran darah," papar Kapolsek.
Melihat kondisi isterinya yang tergeletak bersimbah darah, Anwar bersama masyarakat setempat berupaya mengejar pelaku yang saat itu langsung melarikan diri. Sementara berdasarkan informasi, pelaku kini sudah menyerahkan diri dan sudah diamankan di Mapolres Bima Kota.
Kepada wartawan, pihaknya mengaku belum mengetahui secara pasti motif dari kejadian pembunuhan itu. "Hingga saat ini belum ada yang mengetahui penyebab pembunuhan itu. Hanya saja, menurut informasi yang kami dapat, pelaku diduga mengalami gangguan jiwa," duga Rusdin. Sebelumnya, pelaku pernah mendapat perawatan secara intens di Rumah Sakit Jiwa Selagalas Mataram dan bahkan juga pernah dipasung di lingkungan Oi Fo’o. Pelaku kabarnya, sempat kembali normal setelah dirawat di Selagalas. Dia bahkan pernah bekerja di salah satu perusahaan di Mataram. Namun proses kesembuhan itu tidak berlangsung lama, pelaku akhirnya dikembalikan ke kampung halaman.
(GA.355*)