Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah,
Mataram, Garda Asakota.-
Diera
milineal saat sekarang ini, Gubernur NTB, Dr Zulkieflimansyah, mengatakan
paling susah mencari pemimpin yang otentik. “Yang paling susah saat sekarang
itu adalah mencari pemimpin yang otentik. Kebanyakan orang jadi Gubernur, jadi
Bupati itu hanya karena ciptaan dari konsultan politiknya. Jadi kalau uangnya
banyak, nyewa konsultan, seperti ada orang gak suka anak-anak, tapi disuruh
oleh konsultannya, yah terpaksa dia nimbang-nimbang bayi. Jadi orang kadang-kadang
menjadi pemimpin yang penuh gincu dan dibuat-buat,” kata pria yang akrab disapa
Bang Zul ini saat menjawab pertanyaan Mahasiswa IPDN Kampus NTB, Bayu Ridwan
Saputra, tentang bagaimana inovasi Bang Zul dalam memimpin NTB, di acara Jumpa
Bang Zul dan Umi Rohmi yang digelar pada Jum’at pagi, 12 Oktober 2018, di halaman
kantor Gubernur NTB.
Seraya
mengutip teori marketing, Doktor Zul, mengatakan “People Can Be Manipulated
Once or Twice But Not All That Time”, artinya orang bisa dimanipulasi sekali
atau dua kali tetapi tidak bisa dimanipulasi sepanjang waktu. “Jadi Be Your
Self, itu yang paling penting,” cetusnya.
Menjadi
pemimpin itu, lanjutnya, tidak harus menjadi Gubernur, kembali Doktor Zul
mengutip tulisan Robin Sharma dalam buku yang berjudul “Leadership With Any
Title”. Dikatakannya, orang bisa menjadi pemimpin tanpa harus mendapatkan
kedudukan formal. Seraya mencontohkan jabatan kadisnya, Bang Zul mengatakan,
boleh saja seorang itu jabatannya Kadis, tapi dia bisa mengatur-atur seorang
Gubernur. “Ada orang yang kelihatan punya jabatan tapi sebenarnya tidak punya
kemampuan dan kekuasaan,” imbuhnya.
Kedepan
itu, Bang Zul mengatakan, menjadi seorang pemimpin itu harus otentik gak bisa dibuat-buat.
“Kalau sejatinya dia bukan seorang pemimpin, maka susah juga untuk
disorong-sorong menjadi pemimpin karena tidak kelihatan. Oleh karena itu
upgrade kemampuan, perbanyak jaringan, belajar berorganisasi,” pesannya.
Pemimpin
kedepannya, kata Bang Zul, mestinya harus sudah selesai dengan kepentingan
dirinya sendiri. “Jangan jadi Gubernur, tapi masih kepingin cari kekayaan.
Jangan jadi Gubernur tapi kepingin populer dan dibuat-buat. Kedepan itu, jadi
Gubernur, punya kerendahan hati dan berkorban untuk orang yang lebih banyak,” pungkasnya.
(GA. Imam*).