Kota Bima, Garda Asakota.-
Baru memasuki musim hujan saja wilayah Kota Bima sudah ada beberapa orang warga yang diduga mengalami DBD (demam berdarah dangue) yang tersebar di berbagai wilayah. Berdasarkan hasil pemeriksaan jajaran Dikes, hingga kini yang sudah dinyatakan 8 orang terduga 6 diantaranya positif DBD, termasuk laporan dari Puskesmas Jatibaru terduga pasien ada 3 orang.
Mengingat ancaman DBD ini, pihak Dikes Kota Bima meminta kepada semua anggota keluarga agar tetap menguras tempat yang menjadi sarang nyamuk DBD seminggu sekali.
"Karena telur nyamuk ini dapat bertahan selama 2 tahun di tanah dan akan menetas bila ada air sehingga nyamuk menjadi banyak pada musim hujan," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima melalui Kabid P3PL (Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan), Syarifuddin, S. Sos, MPD, Selasa (12/02).
Syarif menjelaskan bahwa ada beberapa cara untuk mengatasi bahaya dari ancaman jentik jentik nyamuk berdarah ini di antaranya adalah rajin melakukan program PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) minimal seminggu sekali, maka diyakini nyamuk akan hilang.
Karenanya ia mengajak sekaligus mengimbau kepada seluruh masyarakat agar PSN itu tetap dilakukan minimal sekali seminggu, patroli tempat tempat yang terkadang luput dari perhatian orang rumah, tugasi satu orang saja di tiap rumah untuk mengontrol itu sebagai Jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang bertugas memantau wadah atau tempat yang sarang jentik nyamuk DBD.
Kalau cara PSN ini masih tidak efektif, kata dia, maka pilihan terakhir adalah fogging tetapi sebelumnya mesti di buatkan terlebih dahulu kesepakatan dengan masyarakat untuk bersedia memberantas sarang nyamuk mengingat dampak lain dari fogging yang dapat menyebabkan keracunan dan gangguan kesehatan apalagi efektivitas fogging pun hanya berkisar 20-70 nyamuk namun jentik DBD tetap hidup.
Perlu diketahui bahwa fogging nyamuk adalah insektisida yang dibuat dari zat pyrethroid sintetis, zat kimia ini adalah bahan yang umum ditemui dalam semprotan pembunuh nyamuk dan serangga yang dijual di toko-toko. Karena kandungan zat dalam gas fogging pada dasarnya adalah racun, kebanyakan menghirup gas ini bisa menyebabkan efek samping yaitu keracunan.
Gejala keracunan gas fogging antara lain batuk, mual, muntah, produksi air liur meningkat, berkeringat, mata merah, kulit gatal, napas terengah-engah, sakit perut, hingga hilang kesadaran. "Pertolongan pertama keracunan gas fogging nyamuk
jauhkan diri dari lokasi fogging dan segera cari layanan kesehatan gawat darurat apabila anda keracunan gas untuk fogging nyamuk DBD," katanya.
Sebagai langkah pertolongan pertama, warga disarankan minum susu sapi putih karena susu sapi bisa membantu menetralkan racun yang terhirup saat fogging. "Kalau mata anda iritasi karena gas fogging, cuci mata dengan air bersih yang mengalir selama kira-kira 15 menit. Begitu juga jika kulit anda bereaksi terhadap gas fogging.
Segera bilas kulit anda dengan air bersih yang mengalir dan ganti pakaian.Yang harus dilakukan sebelum penyemprotan gas fogging guna mencegah keracunan gas fogging, pastikan anda sudah membungkus perabotan dan barang-barang di rumah yang mungkin terpapar gas fogging dengan plastik atau koran bekas," paparnya.
Sebenarnya apapun dilakukan itu akan tetap sia-sia saja apabila kesadaran masyarakatnya tidak terbangun karena berbagai upaya selama ini telah di lakukan mulai dari sosialisasi penyebaran informasi melalui Masjid dan Mushola.
"Tetapi selalu tidak efektif, termasuk imbauan Walikota pun sudah dan yang jelas setiap kasus terlapor kita pasti turun ke lokasi melakukan PE (Penyelidikan Epidemilogi) untuk mencari penyebabnya apa utamanya jentik nyamuk yang kita cari," tandas Syarif. (GA. 003*)