Mataram, Garda Asakota.-
Keberadaan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) sebagai salah satu lokomotif penggerak ekonomi kesejahteraan rakyat,
membuka lapangan pekerjaan, juga sebagai alat untuk mendapatkan dan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), diharapkan kedepannya dapat terkelola
dengan baik dan dapat diberikan otonomi yang seluas-luasnya lepas dari pada
berbagai intervensi kekuasaan yang mempengaruhi perkembangannya dan harus lebih
mengacu kepada regulasi yang menjadi payung hukum yang menaunginya.
“BUMD harus dikelola secara professional
dan penempatan personel SDM nya tidak boleh diintervensi oleh kekuasaan.
Artinya ada mekanisme fit and proper test yang mestinya harus dilaksanakan
secara baik dan professional ketika menempatkan jajaran Komisaris dan Direksi
BUMD,” kata Anggota DPRD NTB dari PDI Perjuangan, H Ruslan Turmuzi, saat
menjadi pembicara Diskusi Terbuka “BUMD Sakit, Apa Obatnya?,” yang
diselenggarakan oleh Lombok Global Institut (LOGIS) di Café Palma Kota Mataram,
Kamis 13 Februari 2020.
Senada dengan Ruslan Turmuzi, Dosen
Fakultas Hukum Unram, Dr Lalu Wira, juga berharap adanya profesionalisme dalam
pengelolaan BUMD. “Meski tidak bisa dipungkiri berbagai kepentingan melingkupi
BUMD, tapi disatu sisi yang lain BUMD juga dituntut dapat berperan professional.
Oleh karenanya kedepan, BUMD untuk dapat berperan optimal dalam memberikan PAD,
maka dia harus diberikan otonomi dan dikurangi intervensi politiknya. Tanpa
itu, maka sulit kita harapkan BUMD itu bisa berperan maksimal,” kata Lalu Wira.
Restrukturisasi secara manajemen
maupun restrukturisasi secara aktivitas, kata Dosen Fakultas Ekonomi Unram, Dr
Firmansyah, juga sangat penting untuk dilakukan untuk memajukan BUMD. “Kunci
menyehatkan BUMD itu adalah dengan melakukan restrukturisasi. Restrukturisasi
secara manajemen itu adalah dengan mengedepankan aspek profesionalisme mulai
dari Komisaris hingga pada level terbawah harus diterapkan standar bisnis yang
kuat. Sementara restrukturisasi aktivitas adalah bagaimana BUMD itu intens
membangun kemitraan bisnis yang ruangnya saat sekarang sudah sangat cukup luas,”
saran Doktor Firman.
Sementara Ketua Komisi Informasi
(KI), Hendriadi, berharap agar BUMD kedepannya lebih sehat, maka ketika
kendalanya ada pada keterbatasan modal diharapkan pemerintah dapat memberikan
modal kepada BUMD tersebut. “Ketika kendalanya ada pada persoalan personel SDM,
maka harus diberikan reward yang lebih agar mereka dapat lebih bersemangat
untuk bekerja. Dan lebih penting lagi perlu diberikan vitamin transparansi agar
dia mau lebih membuka dirinya,” kata Hendriadi.
Direktur Logis NTB, Fihiruddin, berharap
dengan beberapa kesimpulan yang disampaikan oleh beberapa pembicara Diskusi
Terbuka yang digelar lembaganya, dapat bermanfaat dan menjadi kontribusi
positif yang diberikan oleh lembaganya untuk kemajuan BUMD kedepannya.
“Insha Alloh, beberapa poin-poin
pemikiran dari hasil diskusi ini nanti dapat kami serahkan langsung kepada
Gubernur NTB untuk dijadikan sebagai bahan tambahan dalam membangun dan
memajukan BUMD di NTB kedepannya,” tutup Fihir.
Gelaran Diskusi Terbuka yang digelar oleh LOGIS NTB ini dihadiri oleh sejumlah pimpinan NGO dan sejumlah aktivis pergerakan di NTB. (GA. Im*).
Gelaran Diskusi Terbuka yang digelar oleh LOGIS NTB ini dihadiri oleh sejumlah pimpinan NGO dan sejumlah aktivis pergerakan di NTB. (GA. Im*).