Gubernur NTB, Dr H Zulkieflimansyah
Mataram, Garda Asakota.-
Bagi Gubernur NTB, Dr H
Zulkieflimansyah, momentum perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI,
bukanlah sesuatu hal yang harus dijalani secara formalitas belaka. Kemerdekaan
tidak hanya sebaris proklamasi yang diikrarkan, lalu tuntas.
“Sebab, di luar sana, negara-negara
lainnya yang sama-sama merdeka, berlari dengan kecepatan tinggi. Mereka
menorehkan kemajuan demi kemajuan yang membuat kita tercecer di belakang,”
ujar pria yang akrab disapa dengan Doktor Zul ini saat menyampaikan pidato perayaan
HUT Kemerdekaan RI di Lapangan Kantor Pemprov NTB, Senin 17 Agustus 2020.
Dikatakan Doktor Zul, saat sekarang
ini kita terkesima oleh kedigdayaan Amerika Serikat. Terhipnotis oleh ekspansi
budaya Korea dan India. Kita terbengong-bengong melihat keajaiban ekonomi
China. Kita terbuai oleh keindahan sepak bola Amerika
Latin dan industri sepak bola Eropa. Kita
merdeka, tapi masih menjadi anak bawang yang hanya bisa menonton apa-apa
dari pinggiran.
“Mentalitas anak bawang inilah yang
membuat kemerdekaan seperti kepingan sejarah belaka. Dalam situasi mental
seperti itu, makna kemerdekaan seperti menyusut. Berubah menjadi
sekumpulan huruf yang beku. Kita perlu memecahkan kebekuan itu.
Membebaskan diri dari belenggu rasa takut yang menindih dada dan pikiran
kita selama ini. Belenggu yang selama ini membuat kita tidak percaya pada
kemampuan dan potensi kita sendiri,” kata
Doktor Zul.
Dan sungguh, Tuhan Maha Besar.
Menurutnya, beberapa waktu belakangan, beberapa warga NTB telah membuat percikan-percikan
api untuk mencairkan kebekuan itu.
Ada Profesor Mulyanto yang melalui
Laboratorium Hepatika dan bersama dengan para pakar lainnya, mampu membuat alat
rapid test Corona berbiaya murah, dengan kualitas yang sangat baik.
Di HUT RI ini, kata Doktor Zul, akan
diproduksi alat bernama RI-GHA sebanyak 100 ribu unit, dengan kapasitas
produksi dalam 1 tahun 600 ribu lebih unit. Ternyata, para pengajar dan murid
SMK kita di NTB juga bisa memproduksi motor listrik. Misalnya, SMKN 1
Lingsar dengan motor listrik “Lingsar”. Ada pula yang kini mengkreasikan sepeda
motor listrik “Le-Bui” dan telah memasarkannya hingga ke luar negeri. Di
Sumbawa sana, para cendekiawan di UTS juga mengembangkan motor listrik
“NgebUTS”.
“Di Bima, para anak mudanya ikut
meramaikan produk teknologi buatan NTB, sepeda listrik yang bernama
'Matric-B' (Mbojo Electric Bicycle). Para teknisi kita di berbagai daerah di
NTB, kini juga telah mampu memproduksi berbagai mesin untuk aneka
keperluan,” paparnya.
Di HUT Kemerdekaan RI kali ini,
lanjutnya, ada 500 unit mesin dan non mesin produk IKM NTB, di bawah binaan
STIPark NTB dan saat ini IKM sedang melanjutkan pabrikasi mesin sejumlah
2.130 unit yang akan ditampilkan pada HUT NTB 17 Desember mendatang.
“Semua capaian itu menjadi bukti.
Bahwa dari Sape di ujung timur sampai Ampenan di ujung barat NTB, begitu
banyak potensi anak-anak NTB yang terserak. Selama ini, potensi itu
terpendam dan tidak pernah dimanfaatkan untuk membangun industri kita.
Maka sekarang, di tengah momentum kemerdekaan RI ini, kita mulai menyaksikan awal bangkitnya industri di NTB. Dulu, para pejuang di bumi pertiwi telah memiliki slogan yang sangat tersohor, yaitu pekikan MERDEKA ATAU MATI! Hari ini, tanpa bermaksud melebih-lebihkan, tidak ada salahnya kita menyemangati diri dengan slogan, INDUSTRI ATAU MATI!,” tegasnya.
Tentu saja, menurutnya, slogan
Industri atau Mati itu bukanlah slogan yang kita maknai secara harfiah. Kita
tidak perlu berkorban nyawa demi membangun industri di NTB. Kita hanya
memerlukan tekad untuk mencoba. Keberanian untuk gagal dan bangkit
kembali.
“Ya, mulai sekarang, kita akan
memberikan ruang lebih besar bagi kreativitas anak-anak NTB, untuk
membangun dan mengembangan industri apapun. Membuka ruang kreativitas ini
tentu saja membutuhkan ongkos. Ada ongkos untuk beban produksi, ada ongkos
untuk pembelajaran dan potensi kegagalan. Semua itu harus siap kita
tanggung. Semua itu harus kita maknai sebagai sesuatu yang wajar dalam
upaya untuk menjadikan NTB sebagai daerah industri yang berhasil,” ungkapnya.
Hal itu pula yang menurutnya ditemukan
dalam eksperimen Pemprov NTB pada program
JPS Gemilang. Sebuah program penyaluran paket bantuan sosial yang menggunakan
produk-produk UMKM dan industri kecil dan menengah lokal.
“Ada proses industrialisasi dalam
produk UKM. Lebih dari itu, kebijakan JPS Gemilang
Tahap I yang menyerap 200 UKM/IKM/Kelompok,
Tahap II 535 UKM/IKM/Kelompok dan Tahap III mencapai 4.673 UKM/IKM/Kelompok
ini, akan membuka dan memperjelas roadmap pemberdayaan IKM/UMKM
pasca-pandemi,” ujarnya.
Dalam JPS Gemilang, pihaknya mengaku memberanikan
diri untuk mencoba sesuatu yang lain. Jika selama ini bantuan JPS biasanya
berupa komoditas hasil produksi industri-industri nasional yang sudah
mapan, berharga murah dan berkualitas baik, maka kita mengambil jalur yang
sedikit memutar.
“Kita memilih untuk memasukkan
komoditas hasil produksi UMKM dan IKM asli NTB. Produk-produk hasil
kreasi UMKM dan IKM NTB ini tentu saja banyak kekurangannya. Kualitas dan
harganya mungkin kalah bersaing dengan produk serupa yang dibuat oleh industri
nasional yang telah mapan. Jalan memutar yang kita pilih ternyata tidak
keliru. Berkat pilihan itu, ada banyak sekali pelaku UMKM dan IKM yang
terbantu. Dan di masa pandemi Corona ini, beban di punggung mereka bisa
sedikit kita ringankan berkat program JPS Gemilang. Kebijakan JPS
Gemilang, bersama dengan sejumlah paket kebijakan lainnya, berhasil
mengurangi kelesuan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Corona ini,”
cetusnya.
Tapi, ada satu hal yang paling
penting dari JPS Gemilang menurut Doktor Zul yaitu, tumbuhnya optimisme
dan kepercayaan diri para pelaku UMKM dan IKM kita. Optimisme ini,
kepercayaan diri ini, sungguh tidak ternilai dengan uang. Sesuatu yang
membuat masyarakat NTB sadar, bahwa UMKM dan IKM kita bisa berbuat lebih
banyak jika diberikan kepercayaan dan kesempatan. Mereka kini percaya
bahwa industri di NTB, boleh memasang mimpi setinggi bintang di langit.
“Dan tentu saja kita juga mendapatkan
bonus. Dimana, baru-baru ini, Program JPS Gemilang telah menginspirasi
banyak daerah dan bahkan mendapatkan apresiasi dari Presiden R.I, Joko
Widodo,” ujarnya bangga.
Hari ini juga, lanjutnya, kita ada
launching sepeda motor listrik dan mesin-mesin buatan NTB, program mahadesa,
penyerahan alat rapid test produk unggulan lokal NTB, penandatanganan
prasasti gedung layanan Covid-19 dan trauma center RSUD Provinsi NTB,
penandatanganan Pergub UMKM, serta launching market place Provinsi NTB
(aplikasi NTB mall).
Disisi lain, lanjutnya, HUT
Kemerdekaan RI kali ini kita hadapi di tengah situasi sulit,
yang ditimbulkan oleh pandemi Corona.
Semua orang telah berupaya mencari jalan keluar dari serangan wabah ini. Tapi,
belum ada satu pihak pun yang mampu menemukannya.
“Hikmah yang kita petik dari pandemi
ini adalah pentingnya kita memperkuat kolektivitas kita. Sebab, pandemi
hanya bisa kita hadapi dengan kekuatan bersama. Pemerintah, dokter,
perawat, pakar-pakar dan tenaga kesehatan tidak akan berdaya, tanpa
dukungan masyarakat,” ungkap Doktor Zul.
Di Provinsi NTB, lanjutnya, kami
bersama DPRD Provinsi NTB telah menetapkan Peraturan Daerah tentang
Penanggulangan Penyakit Menular. Perda ini, sama sekali tidak dihajatkan
untuk menyulitkan, apalagi membangkrutkan masyarakat lewat denda bagi
warga yang tak memakai masker.
“Semangat Perda ini, bersama dengan
anjuran-anjuran terkait protokol kesehatan adalah semata-mata demi
melindungi warga NTB dari ancaman penyakit Corona. Kesulitan hidup yang
timbul di masa pandemi ini, jangan sampai menumpulkan akal sehat kita,”
pesannya. (GA. Im*)