Kabupaten Bima, Garda Asakota.-
Tak diduga, Sesditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, drh. Makmun M.Sc., singgah untuk memotivasi mahasiswa baru STKIP Taman Siswa Bima (Tamsis Bima) yang mengikuti PKKMB.
Di kesempatan itu, pria yang dulunya juga merupakan dosen di kampus tersebut menyuguhkan kuliah singkat terkait apa yang harus di pupuk mahasiswa.
Foto bareng keluarga besar STKIP Tamsis Bima dengan Sesditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, drh. Makmun M.Sc. |
Kepada mahasiswa ia mengingatkan untuk tidak melupakan sejarah. Baginya, sejarah itu menjadi penting untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang terjadi.
“Jangan lupakan sejarah. Saya dulu juga merupakan dosen di kampus ini. Sebelum akhirnya hijrah ke Jakarta untuk mengalirkan kemampuan saya. Kampus ini (STKIP Tamsis Bima, red) dulunya seperti apa, punya ciri khas seperti apa dan bagaimana perkembangan yang terjadi,” ungkapnya dihadapan peserta PKKMB di kampus setempat, Selasa (27/9/2022).
Menurutnya, melupakan sejarah adalah sikap yang menjadikan seseorang kehilangan arah tujuan. Selain itu, Sesditjen PKH juga membangunkan kembali semangat keseriusan mahasiswa mengejar visi.
“Coba kita ingat lagi, apa sebenarnya yang menjadi alasan kita untuk maju. Harus ditemukan sebuah keyakinan sehingga kita dapat berkembang dan nantinya tumbuh di tempat yang sepertinya,” tanyanya.
Hal terakhir yang disampaikannya adalah masalah komunikasi. Menurutnya, komunikasi adalah penentu seseorang dapat diterima secara utuh.
“Ada yang ingat kisah nabi Musa. Nabi Musa (dalam riwayat) itu kan cadel karena lidahnya pernah terbakar api. Karenanya, dia berdoa pada Tuhan agar mengangkat Harun sebagai nabi. Karena dia butuh seseorang yang menyampaikan (mengkomunikaskan, red) wahyu yang diterima dengan baik,” jelas Makmun.
Menutup kuliah singkatnya, Makmun menyampaikan perlunya komunikasi yang baik bagi seorang guru. Karena, lanjutnya, komunikasi adalah jembatan penghubung pikiran di antara manusia.
“Kalian kan akan menjadi guru nantinya. Membangun komunikasi yang komunikatif keharusan bagi seorang guru,” tutupnya. (GA. 212*)