Bima, Garda Asakota.-
Munculnya cuaca dan iklim yang saat ini sering berubah- ubah menye¬babkan para petani maupun peternak mengalami dilema untuk mengembang¬kan usahanya, Dinas Peternakan (Dis¬nak) Kabupaten Bima terus berupaya melakukan terobosan dan meningkatkan kinerja demi melayani masyarakat yang bergerak dalam usaha petani dan peter¬ nakan. Kadisnak Kabupaten Bima, Ir. H. Abdurahman HM, mengungkapkan bahwa, saat ini program yang dilakukan oleh pihaknya adalah
berupa mem¬vaksinasi ternak masyarakat agar terhindar dari penyakit antraks dan SE (ngorok). “Kedua penyakit ini sangat menghantui petani peternak karena dampaknya bisa membuat ternak itu terjangkit penyakit,” ungkapnya kepada wartawan, Sabtu (5/2).
Menurut Abdurahman, ciri-ciri penyakit antraks dan ngorok bisa dilihat dari adanya pengelupasan kulit ternak hingga menyebabkan kematian pada ternak itu sendiri. “Kedua penyakit ini pula dapat menularkan pada manusia. Makanya saat ini, kita terus melakukan koordinasi dan melakukan sosialisasi dengan mengundang warga di tiap Ke¬ca¬matan untuk berkumpul di balai desa dengan memberikan informasi tentang pentingnya vaksinasi ternak, apalagi dengan cuaca yang tidak menentu saat ini,” ucapnya. Meskipun saat ini penya¬kit antraks pada ternak masih minim, namun pihaknya tetap akan terus meng¬genjot masyarakat untuk memberikan vaksi¬nasi setiap enam bulan pada ternak¬nya. “Kita tetap genjot kegiatan vaksinasi,” katanya. Selain kegiatan vaksinasi ter-nak, pihaknya juga sekali¬gus mengada¬kan program pengkartuan ternak. Program ini, kata dia, dimaksud¬kan untuk mengetahui identitas dan tanda-bukti kepemilikan ternak secara legalitas formal. “Pengkartuan-pun di¬maksudkan apabila ada transaksi pen¬jualan maupun pembelian ternak harus menunjukan kartu kepemilikan. Sebab penjualan maupun pembelian tanpa menunjukan kartu, maka bisa dikatakan illegal maupun pencurian,” imbuhnya.
Sementara itu, melalui Kabid Kes¬wan dan Kesmavet Disnak Kabupaten Bima, Ir. Syaifuddin, terungkap bahwa selama tahun 2010 hanya ditemukan satu kasus penyakit antraks dan dela¬pan kasus penyakit SE (ngorok).
Semen¬tara untuk penyakit scabies (gatal) diakuinya hampir ada di semua wilayah kecamatan terutama di daerah Monta dan Ambalawi. “Biasanya penya¬ kit ini di sebabkan oleh faktor perubahan cuaca,” jelasnya. Untuk meminimalisir adanya penyakit yang timbul pada ternak, pihaknya menghimbau kepada warga masyarakat apabila ditemukan gejala penyakit pada ternak untuk sege¬ra melaporkan ke Poskeswan dan Kcd terdekat agar diberikan perto¬longan. “Dan ini sangat penting, karena kami mengaca pada kasus yang terjadi pada tahun 2002 silam yang terjadi di Sape. Pada waktu itu beberapa warga yang masih berhubungan keluarga memakan daging Sapi yang sudah positif dinyata¬kan mengidap penyakit antraks oleh pihak peternakan, namun mereka nekat tetap memakannya sehingga mengaki¬batkan sembilan orang meninggal dunia,” tandasnya. (GA. 334*)
Munculnya cuaca dan iklim yang saat ini sering berubah- ubah menye¬babkan para petani maupun peternak mengalami dilema untuk mengembang¬kan usahanya, Dinas Peternakan (Dis¬nak) Kabupaten Bima terus berupaya melakukan terobosan dan meningkatkan kinerja demi melayani masyarakat yang bergerak dalam usaha petani dan peter¬ nakan. Kadisnak Kabupaten Bima, Ir. H. Abdurahman HM, mengungkapkan bahwa, saat ini program yang dilakukan oleh pihaknya adalah
berupa mem¬vaksinasi ternak masyarakat agar terhindar dari penyakit antraks dan SE (ngorok). “Kedua penyakit ini sangat menghantui petani peternak karena dampaknya bisa membuat ternak itu terjangkit penyakit,” ungkapnya kepada wartawan, Sabtu (5/2).
Menurut Abdurahman, ciri-ciri penyakit antraks dan ngorok bisa dilihat dari adanya pengelupasan kulit ternak hingga menyebabkan kematian pada ternak itu sendiri. “Kedua penyakit ini pula dapat menularkan pada manusia. Makanya saat ini, kita terus melakukan koordinasi dan melakukan sosialisasi dengan mengundang warga di tiap Ke¬ca¬matan untuk berkumpul di balai desa dengan memberikan informasi tentang pentingnya vaksinasi ternak, apalagi dengan cuaca yang tidak menentu saat ini,” ucapnya. Meskipun saat ini penya¬kit antraks pada ternak masih minim, namun pihaknya tetap akan terus meng¬genjot masyarakat untuk memberikan vaksi¬nasi setiap enam bulan pada ternak¬nya. “Kita tetap genjot kegiatan vaksinasi,” katanya. Selain kegiatan vaksinasi ter-nak, pihaknya juga sekali¬gus mengada¬kan program pengkartuan ternak. Program ini, kata dia, dimaksud¬kan untuk mengetahui identitas dan tanda-bukti kepemilikan ternak secara legalitas formal. “Pengkartuan-pun di¬maksudkan apabila ada transaksi pen¬jualan maupun pembelian ternak harus menunjukan kartu kepemilikan. Sebab penjualan maupun pembelian tanpa menunjukan kartu, maka bisa dikatakan illegal maupun pencurian,” imbuhnya.
Sementara itu, melalui Kabid Kes¬wan dan Kesmavet Disnak Kabupaten Bima, Ir. Syaifuddin, terungkap bahwa selama tahun 2010 hanya ditemukan satu kasus penyakit antraks dan dela¬pan kasus penyakit SE (ngorok).
Semen¬tara untuk penyakit scabies (gatal) diakuinya hampir ada di semua wilayah kecamatan terutama di daerah Monta dan Ambalawi. “Biasanya penya¬ kit ini di sebabkan oleh faktor perubahan cuaca,” jelasnya. Untuk meminimalisir adanya penyakit yang timbul pada ternak, pihaknya menghimbau kepada warga masyarakat apabila ditemukan gejala penyakit pada ternak untuk sege¬ra melaporkan ke Poskeswan dan Kcd terdekat agar diberikan perto¬longan. “Dan ini sangat penting, karena kami mengaca pada kasus yang terjadi pada tahun 2002 silam yang terjadi di Sape. Pada waktu itu beberapa warga yang masih berhubungan keluarga memakan daging Sapi yang sudah positif dinyata¬kan mengidap penyakit antraks oleh pihak peternakan, namun mereka nekat tetap memakannya sehingga mengaki¬batkan sembilan orang meninggal dunia,” tandasnya. (GA. 334*)