Kota Bima, Garda Asakota.-
Dampak dari cuaca ekstrim dan tinggi-nya curah hujan yang meng¬guyur wilayah Kota Bima beberapa hari terakhir. Puncaknya, ketika curah hujan yang terus melanda sekira pukul 02:00 Wita hingga pukul 05:11, dini hari Rabu (9/2), menyebabkan banjir yang cukup besar di sungai Jatibaru-Jatiwangi Kecamatan Asakota Kota.
Terang-saja, kondisi ini sempat membuat warga yang bermukim di Kelurahan Jatiwangi dan sekitarnya kaget dan panik, apalagi mereka yang bermukim di sepanjang bantaran sungai. Bahkan tidak sedikit warga yang mengepak barang-barangnya untuk diamankan agar terhindar dari meluap¬nya air hingga mencapai ketinggian 3 cm dari bibir jembatan Jatiwangi.
Warga Jatiwangi, Jumriati, pemilik bengkel di sebelah Timur jembatan Jatiwangi menuturkan bahwa pada malam sekira pukul 02:00 dini hari, dirinya sempat terjaga dan melihat keluar rumah untuk memastikan apakah hujan yang sudah mulai turun sejak Selasa malam, sudah berhenti atau tidak. “Namun ternyata hujan belum reda, saya pun sempat menengok dan melihat tingginya air yang berada di jembatan, namun banjir belum begitu besar, saya melanjutkan tidur,” ujarnya.
Betapa kagetnya, sekira pukul 05:00 Wita bertepatan dengan suara adzan subuh, dirinya dibangunkan oleh suaminya karena air sungai sudah memasuki rumah hingga mencapai ketinggian 90 cm. “Saat itu juga kami langsung mengepak barang untuk diselamatkan seperti tv, kulkas, sepeda motor, barang dagangan serta surat- surat penting lainnya,” akunya.
Pantauan langsung wartawan, beruntungnya, banjir yang datangnya cukup besar itu tertahan oleh tanggul yang baru saja dikerjakan oleh peme¬rintah Provinsi, meskipun pada titik lain yang belum ditinggikan talutnya, banjir merusak areal perawahan warga. “Syukur ada proyek tanggul setinggi dua meter ini. Kalau tidak, mungkin banjir akan menghantam pemukiman warga seperti banjir bandang tahun 2006 lalu,” komentar warga lainnya, Ramliyan.
Sementara itu, warga Jatiwangi lainnya yang tinggal di kompleks SPP-SPMA, Dahlan, mengaku sejak tengah malam sekira pukul 03:00 dini hari dirinya tidak bisa tidur tenang karena hujan terus turun tanpa henti. “Sesekali saya sempat melihat lewat jendela untuk memastikan bahwa hujan telah berhenti dan ternyata tidak. Saya juga melihat kilatan petir di langit yang tidak hentinya mengeluarkan suara gemuruh,” ujarnya.
Sekira pukul 05:05 Subuh, pengajar di MAN-3 Sila yang tinggal berse¬belahan dengan jembatan Jatiwangi ini dibangunkan oleh istri, Dra. Fauzia, un¬tuk melihat keadaan. “Begitu kagetnya kami, ternyata banjir sudah mulai masuk di halaman rumah. Sontak saya ber¬sama isteri bangun dan mulai bersiap-siap mengamankan barang berharga. Hanya dalam tempo 20 menit, air sudah mencapai ketinggian 90 cm,” katanya. Dibantu warga sekitar, Dahlan beru¬paya menyelamatkan barang pera¬botan rumah seperti kulkas, televisi, se¬peda motor dan sejumlah uang dan doku¬men. “Saya-pun bersyukur karena sejumlah warga Jatiwangi turut mem¬bantu saya mengeluarkan barang-ba¬rang tersebut. Besar harapan saya, agar banjir susulan tidak datang,” ucapnya.
Menurut informasi yang dihimpun Garda Asakota, musibah banjir bukan hanya terjadi di Kelurahan Jatiwangi, namun yang tidak kalah parahnya terjadi di lingkungan Gingi, Tambana, dan kompleks perumahannya. Begitu¬pun dengan Kelurahan lainnya seperti Melayu, Sumbawa, Paruga, Lewirato, Penaraga, Sadia, dan beberapa wilayah Kelurahan lainnya.
Bahkan sekira pukul 09. 45 Wita, Rabu (9/2), jalan Soekarno-Hatta mulai sebelah Barat cabang Malake hingga kawasan lampu merah menuju pasar Raya Bima, luapan banjir mulai terlihat dan memasuki kawasan pemukiman warga di sekitarnya. (GA. 334*)