Bima, Garda Asakota.-
Memasuki hari keempat aksi besar-besaran warga Lambu yang memboikot kawasan Pela¬buhan Sape, Kamis (22/12). Kapolda NTB, Brigjen (Pol) Arief Wahcyunadi, beserta pasukan dari Brimob Kelapa Dua, tiba di Keca¬matan Sape Kabupaten Bima, menyusul sulitnya aparat keamanan yang ada menetra¬lisir kawasan tersebut secara persuasif. Begitu tiba di Kecamatan Sape Kamis sore,
pasukan Brimob Kelapa Dua yang pernah didatangkan untuk ‘menghalau’ gerakan pembatalan pasangan Fersy (Ferry-Syafruddin), langsung menggelar pasukan di depan Paruga Nae Sape.
Berdasarkan informasi wartawan yang diserap di lokasi, awalnya, pasukan Brimob Kelapa Dua diperkirakan akan langsung menyisir lokasi aksi. Hal ini membuat ribuan massa aksi di Pelabuhan Sape kian siaga dan siap menyambut pasukan Kelapa Dua dengan ‘kalungan bunga’ sebagai tanda bahwa mereka tidak bertujuan untuk berperang dengan aparat keamanan. Massa yang mempersenjatai dengan berbagai senjata tajam itu hanya ingin menunjukkan komit¬men untuk tetap menuntut pencabutan SK: 188 tentang Pertambangan. Namun untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, pada malam harinya massa aksi sempat melaku¬kan ‘sweeping’ guna menetralisir masuknya oknum penyusup di tengah kerumuman massa. Kapolda NTB, Brigjen (Pol) Arif Wachyu¬nadi, yang terus berupaya melaku¬kan perundingan dengan perwakilan massa maupun tokoh masyarakat setempat masih menghadapi kesulitan. Hingga usai shalat Jumat (23/12), upaya-upaya dilakukan mengalami jalan buntu karena menurut informasi wartawan massa Front Rakyat Anti Tambang meminta harga mati dihen¬tikan perizinan Nomor: 188/2010 yang dikeluarkan oleh Bupati Ferry Zulkarnain. “Kami tidak ingin sumber daya alam dirusak oleh adanya usaha tambang,” tegas Humas Front Rakyat Anti Tambang, Delian Lubis, yang juga Ketua LMND Bima.(GA. 333 *)
Memasuki hari keempat aksi besar-besaran warga Lambu yang memboikot kawasan Pela¬buhan Sape, Kamis (22/12). Kapolda NTB, Brigjen (Pol) Arief Wahcyunadi, beserta pasukan dari Brimob Kelapa Dua, tiba di Keca¬matan Sape Kabupaten Bima, menyusul sulitnya aparat keamanan yang ada menetra¬lisir kawasan tersebut secara persuasif. Begitu tiba di Kecamatan Sape Kamis sore,
pasukan Brimob Kelapa Dua yang pernah didatangkan untuk ‘menghalau’ gerakan pembatalan pasangan Fersy (Ferry-Syafruddin), langsung menggelar pasukan di depan Paruga Nae Sape.
Berdasarkan informasi wartawan yang diserap di lokasi, awalnya, pasukan Brimob Kelapa Dua diperkirakan akan langsung menyisir lokasi aksi. Hal ini membuat ribuan massa aksi di Pelabuhan Sape kian siaga dan siap menyambut pasukan Kelapa Dua dengan ‘kalungan bunga’ sebagai tanda bahwa mereka tidak bertujuan untuk berperang dengan aparat keamanan. Massa yang mempersenjatai dengan berbagai senjata tajam itu hanya ingin menunjukkan komit¬men untuk tetap menuntut pencabutan SK: 188 tentang Pertambangan. Namun untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, pada malam harinya massa aksi sempat melaku¬kan ‘sweeping’ guna menetralisir masuknya oknum penyusup di tengah kerumuman massa. Kapolda NTB, Brigjen (Pol) Arif Wachyu¬nadi, yang terus berupaya melaku¬kan perundingan dengan perwakilan massa maupun tokoh masyarakat setempat masih menghadapi kesulitan. Hingga usai shalat Jumat (23/12), upaya-upaya dilakukan mengalami jalan buntu karena menurut informasi wartawan massa Front Rakyat Anti Tambang meminta harga mati dihen¬tikan perizinan Nomor: 188/2010 yang dikeluarkan oleh Bupati Ferry Zulkarnain. “Kami tidak ingin sumber daya alam dirusak oleh adanya usaha tambang,” tegas Humas Front Rakyat Anti Tambang, Delian Lubis, yang juga Ketua LMND Bima.(GA. 333 *)