Mataram, Garda Asakota.-
Mantan Ketua Umum DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) NTB, H. Muhammad, SH, secara resmi melayangkan surat pengunduran dirinya menjadi kader sekaligus pengurus partai PPP ke pengurus DPW dan DPP Pusat. Hal ini dilakukannya menyusul rentetan persoalan yang terjadi di tubuh partai ter¬sebut, serta kekecewaan¬nya yang menyebut partai yang bernafaskan Islam itu sudah kehilangan ruh per¬juangannya dan tidak lagi menegakan Amal ma’aruf nahi Munkar. Kepada Garda Asakota, H. Muhammad, mengungkapkan, selama 35 tahun dirinya bersama rekan-rekan di partai membesarkan partai berlambang Ka’bah itu, banyak suka duka yang dilalui dari proses tersebut. “Namun karena beberapa keputusan yang sepihak dari DPP partai yang mendzolimi, membuat saya secara bulat keluar dari partai PPP,” akunya baru-baru ini.
Pihaknya menuding Surya Darma Ali selaku Ketua Umum PPP Pusat tidak profe¬sional dalam mengambil setiap keputusan, dan ia juga menilai kalau kepemimpinan Surya Darma Ali yang dinilainya sebagai orang baru di partai PPP diklaim berpihak pada Kapitalis Amerika dan tidak menja¬lankan amanat partai yang bernafaskan Islam. “Selain itu juga, alasan saya keluar dari partai PPP adalah karena saya tidak rela kalau Ketua DPW PPP NTB dipimpin oleh seorang wanita, dan hal itu bertentangan dengan keyakinan yang saya pegang,” katanya. Dirinya tidak bisa memungkiri kalau banyak para kadernya kecewa dengan keputusan yang ia ambil, namun pihaknya mengaku telah menjelaskan kepada mereka secara rinci terkait persoalan yang terjadi. “Dan Alhamdullilah mereka bisa memak¬luminya,” jelas Muhammad. Disinggung mengenai kelanjutan karir politiknya dan partai apa yang akan ia pegang setelah keluar dari PPP, dirinya enggan berkomen¬tar, dan sepertinya ia masih merahasiakan¬nya. “Untuk sementara, saya tidak bisa ko¬mentar dulu,” sahutnya di asrama maha¬siswa Bima, Rabu lalu (18/4). (GA. 212*)
Mantan Ketua Umum DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) NTB, H. Muhammad, SH, secara resmi melayangkan surat pengunduran dirinya menjadi kader sekaligus pengurus partai PPP ke pengurus DPW dan DPP Pusat. Hal ini dilakukannya menyusul rentetan persoalan yang terjadi di tubuh partai ter¬sebut, serta kekecewaan¬nya yang menyebut partai yang bernafaskan Islam itu sudah kehilangan ruh per¬juangannya dan tidak lagi menegakan Amal ma’aruf nahi Munkar. Kepada Garda Asakota, H. Muhammad, mengungkapkan, selama 35 tahun dirinya bersama rekan-rekan di partai membesarkan partai berlambang Ka’bah itu, banyak suka duka yang dilalui dari proses tersebut. “Namun karena beberapa keputusan yang sepihak dari DPP partai yang mendzolimi, membuat saya secara bulat keluar dari partai PPP,” akunya baru-baru ini.
Pihaknya menuding Surya Darma Ali selaku Ketua Umum PPP Pusat tidak profe¬sional dalam mengambil setiap keputusan, dan ia juga menilai kalau kepemimpinan Surya Darma Ali yang dinilainya sebagai orang baru di partai PPP diklaim berpihak pada Kapitalis Amerika dan tidak menja¬lankan amanat partai yang bernafaskan Islam. “Selain itu juga, alasan saya keluar dari partai PPP adalah karena saya tidak rela kalau Ketua DPW PPP NTB dipimpin oleh seorang wanita, dan hal itu bertentangan dengan keyakinan yang saya pegang,” katanya. Dirinya tidak bisa memungkiri kalau banyak para kadernya kecewa dengan keputusan yang ia ambil, namun pihaknya mengaku telah menjelaskan kepada mereka secara rinci terkait persoalan yang terjadi. “Dan Alhamdullilah mereka bisa memak¬luminya,” jelas Muhammad. Disinggung mengenai kelanjutan karir politiknya dan partai apa yang akan ia pegang setelah keluar dari PPP, dirinya enggan berkomen¬tar, dan sepertinya ia masih merahasiakan¬nya. “Untuk sementara, saya tidak bisa ko¬mentar dulu,” sahutnya di asrama maha¬siswa Bima, Rabu lalu (18/4). (GA. 212*)