Oleh: Rafika, S.Pd.
Ujian Nasional (UN) untuk SMA sederajat yang berlangsung pada 16-19 April dan SMP sederajat pada 23-26 April telah kita lalui, dan kita tinggal menunggu hasilnya akhir Mei nanti. Konon hajat nasional ini membu¬tuhkan biaya Rp 600 milyar, sebuah angka yang luar biasa demi suksesnya pendidikan. Yang lari dari koridor tentulah sangat tidak bisa ditolerir! Jangan sampai ada celah dan ruang bagi mafia-mafia yang ingin merusak dunia pendidikan. Dan100 persen lulus menjadi wacana yang terkini yang diharapkan bagi semua pelaku pendidikan. Kita tinggal menanti hasil, dan prediksi kita akan terjawab ketika diumumkannya hasil UN tersebut.
Mudah-mudahan bagus sesuai keinginan dan harapan kita bersama. Semua unsur-unsur pendidikan sedang dievaluasi kinerjanya ketika berlang¬sungnya Ujian Nasional, mulai dari hulu sampai ke hilir. Karena keberhasilan siswa adalah potret kinerja guru dan seluruh komponen pendidikan, Ir. Indra DJati Sidi, P.hD. Ujian Nasional siswa ataukah Ujian Nasional untuk guru ? kedua-duanya masuk dalam kelompok yang sedang dievaluasi ! Secara tersurat siswanya memang yang dievaluasi tetapi secara tersirat guru dan pelaku pendidikan lainnya juga sedang dievaluasi kinerjanya . Semuanya tentu tak lepas dari peran orang tua, masyarakat, dan lingkungan. Semoga UN tahun ajaran 2011/2012 memberikan hasil yang maksimal dan signifikan bagi bangsa kita. Tetapi kadangkala guru kerap menjadi pihak yang dipersalahkan ketika pendidikan menunjukkan hasil yang mengecewakan. Dan ketika hasilnya membanggakan guru dianggap sebagai “fortuna” . And Teachers can no longer be appeased with the title “hero without reward” which is equated with being poor. Dan kita bertanggung jawab pada pengambilan keputusan bagi kehidupan pribadi kita selanjutnya Catherine pulsifer; Filsafat. Ketika berlangsungnya Ujian Nasional faktor psikologis anak juga andil. Karena kondisi saat evaluasi berbeda dengan saat KBM (kegiatan Belajar Mengajar), Ir. Indra DJati Sidi, P.hD. Jadi kita tidak perlu saling “menuding” dan menyudutkan pihak tertentu ketika hasil evaluasi tidak memuaskan. Tetapi kita harus sama-sama saling “introspeksi”, bertanggung jawab agar semuanya menjadi bernilai. Tetapi mudah –mudahan tidak akan pernah terjadi evaluasi yang ditunggangi oleh kepen¬tingan yang tidak bertanggung jawab. Karena kepentingan-kepentingan yang kontroversi yang bertolak belakang dengan tujuan pendidikan seutuhnya, akan melahirkan wacana yang merisaukan. Pendidikan itu sangat sakral kare¬na menyangkut hajat hidup orang banyak. Ketika Ujian Nasional dipolitisir sedemikian rupa, muaranya akan berpengaruh pada out put pendidikan. Maka jadilah out put yang karbitan, asal-asalan, tidak punya value, tidak bertujuan, dan pesimis.Yang rentetannya menjadi hiduplah intermezo ke kepalsuan belaka.Dan ujung-ujungnya kepada keabsahan nilai yang diperoleh siswa. Sebuah kesuksesan haruslah berangkat dan lahir dari keorizinal dan bukanlah polesan sementara. Tak kan abadi, kalau semuanya lahir dari sulapan belaka. Apakah kita sudah bisa mensosialisasikan dengan sempurna ? Mampukah kita mencapai keutuhan yang seutuhnya ? Dipahami bersama bahwa tingkat kelulusan ini menjadi standar keberhasilan pendidikan bagi sekolah, dan daerah. Bagi sekolah akan berkon¬dite kurang bagus bila banyak siswa yang tidak lulus. Bagi daerah (kabupaten/kota, provinsi), kegagalan UN akan menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan di daerah yang bersang¬kutan. Begitu juga tingkatan selanjutnya, per¬sentase kelulusan dan ketidaklulusan menunjuk¬kan rendahnya pencapaian program mencer¬daskan bangsa, dan rendahnya justifikasi pelaksanaan program selanjutnya. Apalagi bagi orang tua murid, kegagalan anaknya di UN akan berakibat langsung pada finansial pendididikan dan beban psikologis bagi anak. Dan semua pihak terkait ingin UN sukses dan lulus 100 persen demi tercepainya keberhasilan pendidikan kita, Umar H.M.Saleh, S.Pd (Kasek SMA Negeri I Bolo) Jangan pernah memberikan kesempatan untuk terciptanya mafia-mafia UN. Untuk memberantas mafia UN ini, perlu tekad bulat dari semua stakeholders pendidikan. pengawasan harus ditingkatkan. Penyadapan komunikasi pihak-pihak terkait dengan UN merupakan langkah preventif yang perlu juga. Pemeriksaan HP peserta UN sebelum masuk kelas juga perlu dilakukan. Perlu diapresiasi pemberlakuan kewajiban peserta UN untuk menandatangani pernyataan mengerjakan UN dengan jujur (semacam pakta integritas) sebelum pelaksa¬naan UN, yang tertuang dalam prosedur operasi standar (POS) UN untuk jenjang SMP dan SMA sederajat tahun jaran 2011/2012. Semoga pernyataan murid tidak sampai terjadi pelanggaran. Karena kalau terjadi pelanggaran akan fatal akibatnya. Kita semua tidak ingin menjadi robot yang kinerjanya tergantung dari remote control di tangan sang majikan ! karena kita akan berlaku ala robot yang diperintah dan dikuasai oleh remont control. Si Robot selalu stand by untuk melaksana¬kan memorandum yang diamanatkan oleh tuannya. Yang pasti akan abdi dengan titah tuan¬nya yang memegang kendali. Karena Setiap sasarannya harus diwanti, distel, dan diberikan reword agar semuanya aman-aman saja. Mafia pendidikan spesies dengan Wereng¬nya pendidikan, karena mereka muncul ketika pendidikan mulai keluar dari koridor pendidikan. Seperti tindakan barbarnisme pelajar, siswa-siswaan (siswa Palsu), tidak terkontrol, dan bukan lagi statusnya sebagai siswa. Memiliki kartu pelajar/siswa tetapi tidak mencerminkan siswa,memiliki moral tetapi tidak mewakili moral siswa,memiliki pengaulan tetapi tidak mencerminkan pergaulan pelajar. Pemerintah tak henti-hentinya mensosia¬lisasikan dan mengapresiasi agar Pelaku-pelaku pendidikan harus memiliki pedagogi (ilmu dan seni mengajar). Karena pedagogi menekankan pendidikan dan pengajaran secara tersusun, menyangkut tujuan, asas, serta metode penga¬ja¬ran. Pendidikan dan Pengajaran harus menarik, bersahabat dan memiliki nilai, sehingga tercipta suasana yang kondusif dan bermoral. Karena pada akhirnya siswa akan kembali ke masyarakat yang sarat dengan dinamika. Oleh karena itu siswa juga harus memiliki pedagogi sosial. Karena melalui pendidikan kita telah ditempa untuk mampu beradaptasi dengan cuaca,lahan dan status sosial di masyarakat. Ketika semuanya telah optimal, hasilnya pun pasti akan maksimal. Dengan momentum 2 Mei 2012 kita harus memberikan prestasi terbaik bagi kelangsungan pendidikan kita. Mari kita bekerja lebih tertib,bertanggung jawab, berdedikasi, dan belajar “menegur” diri sendiri demi kelancaran KBM, begitu pesannya Ade Juendi,S.Pd (Wakasek Kurikulum SMA Negeri I Bolo) . Dan kita jangan sampai “ditegur” dengan hal yang sederhana saja, karena sebuah teguran memberikan image yang kurang bagus, begitu wejangan Umar H.M.Saleh,S.Pd (Kasek SMA Negeri Bolo).*) Pemerhati Pendidikan Aktif di SMA Negeri 1 Bolo
Ujian Nasional (UN) untuk SMA sederajat yang berlangsung pada 16-19 April dan SMP sederajat pada 23-26 April telah kita lalui, dan kita tinggal menunggu hasilnya akhir Mei nanti. Konon hajat nasional ini membu¬tuhkan biaya Rp 600 milyar, sebuah angka yang luar biasa demi suksesnya pendidikan. Yang lari dari koridor tentulah sangat tidak bisa ditolerir! Jangan sampai ada celah dan ruang bagi mafia-mafia yang ingin merusak dunia pendidikan. Dan100 persen lulus menjadi wacana yang terkini yang diharapkan bagi semua pelaku pendidikan. Kita tinggal menanti hasil, dan prediksi kita akan terjawab ketika diumumkannya hasil UN tersebut.
Mudah-mudahan bagus sesuai keinginan dan harapan kita bersama. Semua unsur-unsur pendidikan sedang dievaluasi kinerjanya ketika berlang¬sungnya Ujian Nasional, mulai dari hulu sampai ke hilir. Karena keberhasilan siswa adalah potret kinerja guru dan seluruh komponen pendidikan, Ir. Indra DJati Sidi, P.hD. Ujian Nasional siswa ataukah Ujian Nasional untuk guru ? kedua-duanya masuk dalam kelompok yang sedang dievaluasi ! Secara tersurat siswanya memang yang dievaluasi tetapi secara tersirat guru dan pelaku pendidikan lainnya juga sedang dievaluasi kinerjanya . Semuanya tentu tak lepas dari peran orang tua, masyarakat, dan lingkungan. Semoga UN tahun ajaran 2011/2012 memberikan hasil yang maksimal dan signifikan bagi bangsa kita. Tetapi kadangkala guru kerap menjadi pihak yang dipersalahkan ketika pendidikan menunjukkan hasil yang mengecewakan. Dan ketika hasilnya membanggakan guru dianggap sebagai “fortuna” . And Teachers can no longer be appeased with the title “hero without reward” which is equated with being poor. Dan kita bertanggung jawab pada pengambilan keputusan bagi kehidupan pribadi kita selanjutnya Catherine pulsifer; Filsafat. Ketika berlangsungnya Ujian Nasional faktor psikologis anak juga andil. Karena kondisi saat evaluasi berbeda dengan saat KBM (kegiatan Belajar Mengajar), Ir. Indra DJati Sidi, P.hD. Jadi kita tidak perlu saling “menuding” dan menyudutkan pihak tertentu ketika hasil evaluasi tidak memuaskan. Tetapi kita harus sama-sama saling “introspeksi”, bertanggung jawab agar semuanya menjadi bernilai. Tetapi mudah –mudahan tidak akan pernah terjadi evaluasi yang ditunggangi oleh kepen¬tingan yang tidak bertanggung jawab. Karena kepentingan-kepentingan yang kontroversi yang bertolak belakang dengan tujuan pendidikan seutuhnya, akan melahirkan wacana yang merisaukan. Pendidikan itu sangat sakral kare¬na menyangkut hajat hidup orang banyak. Ketika Ujian Nasional dipolitisir sedemikian rupa, muaranya akan berpengaruh pada out put pendidikan. Maka jadilah out put yang karbitan, asal-asalan, tidak punya value, tidak bertujuan, dan pesimis.Yang rentetannya menjadi hiduplah intermezo ke kepalsuan belaka.Dan ujung-ujungnya kepada keabsahan nilai yang diperoleh siswa. Sebuah kesuksesan haruslah berangkat dan lahir dari keorizinal dan bukanlah polesan sementara. Tak kan abadi, kalau semuanya lahir dari sulapan belaka. Apakah kita sudah bisa mensosialisasikan dengan sempurna ? Mampukah kita mencapai keutuhan yang seutuhnya ? Dipahami bersama bahwa tingkat kelulusan ini menjadi standar keberhasilan pendidikan bagi sekolah, dan daerah. Bagi sekolah akan berkon¬dite kurang bagus bila banyak siswa yang tidak lulus. Bagi daerah (kabupaten/kota, provinsi), kegagalan UN akan menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan di daerah yang bersang¬kutan. Begitu juga tingkatan selanjutnya, per¬sentase kelulusan dan ketidaklulusan menunjuk¬kan rendahnya pencapaian program mencer¬daskan bangsa, dan rendahnya justifikasi pelaksanaan program selanjutnya. Apalagi bagi orang tua murid, kegagalan anaknya di UN akan berakibat langsung pada finansial pendididikan dan beban psikologis bagi anak. Dan semua pihak terkait ingin UN sukses dan lulus 100 persen demi tercepainya keberhasilan pendidikan kita, Umar H.M.Saleh, S.Pd (Kasek SMA Negeri I Bolo) Jangan pernah memberikan kesempatan untuk terciptanya mafia-mafia UN. Untuk memberantas mafia UN ini, perlu tekad bulat dari semua stakeholders pendidikan. pengawasan harus ditingkatkan. Penyadapan komunikasi pihak-pihak terkait dengan UN merupakan langkah preventif yang perlu juga. Pemeriksaan HP peserta UN sebelum masuk kelas juga perlu dilakukan. Perlu diapresiasi pemberlakuan kewajiban peserta UN untuk menandatangani pernyataan mengerjakan UN dengan jujur (semacam pakta integritas) sebelum pelaksa¬naan UN, yang tertuang dalam prosedur operasi standar (POS) UN untuk jenjang SMP dan SMA sederajat tahun jaran 2011/2012. Semoga pernyataan murid tidak sampai terjadi pelanggaran. Karena kalau terjadi pelanggaran akan fatal akibatnya. Kita semua tidak ingin menjadi robot yang kinerjanya tergantung dari remote control di tangan sang majikan ! karena kita akan berlaku ala robot yang diperintah dan dikuasai oleh remont control. Si Robot selalu stand by untuk melaksana¬kan memorandum yang diamanatkan oleh tuannya. Yang pasti akan abdi dengan titah tuan¬nya yang memegang kendali. Karena Setiap sasarannya harus diwanti, distel, dan diberikan reword agar semuanya aman-aman saja. Mafia pendidikan spesies dengan Wereng¬nya pendidikan, karena mereka muncul ketika pendidikan mulai keluar dari koridor pendidikan. Seperti tindakan barbarnisme pelajar, siswa-siswaan (siswa Palsu), tidak terkontrol, dan bukan lagi statusnya sebagai siswa. Memiliki kartu pelajar/siswa tetapi tidak mencerminkan siswa,memiliki moral tetapi tidak mewakili moral siswa,memiliki pengaulan tetapi tidak mencerminkan pergaulan pelajar. Pemerintah tak henti-hentinya mensosia¬lisasikan dan mengapresiasi agar Pelaku-pelaku pendidikan harus memiliki pedagogi (ilmu dan seni mengajar). Karena pedagogi menekankan pendidikan dan pengajaran secara tersusun, menyangkut tujuan, asas, serta metode penga¬ja¬ran. Pendidikan dan Pengajaran harus menarik, bersahabat dan memiliki nilai, sehingga tercipta suasana yang kondusif dan bermoral. Karena pada akhirnya siswa akan kembali ke masyarakat yang sarat dengan dinamika. Oleh karena itu siswa juga harus memiliki pedagogi sosial. Karena melalui pendidikan kita telah ditempa untuk mampu beradaptasi dengan cuaca,lahan dan status sosial di masyarakat. Ketika semuanya telah optimal, hasilnya pun pasti akan maksimal. Dengan momentum 2 Mei 2012 kita harus memberikan prestasi terbaik bagi kelangsungan pendidikan kita. Mari kita bekerja lebih tertib,bertanggung jawab, berdedikasi, dan belajar “menegur” diri sendiri demi kelancaran KBM, begitu pesannya Ade Juendi,S.Pd (Wakasek Kurikulum SMA Negeri I Bolo) . Dan kita jangan sampai “ditegur” dengan hal yang sederhana saja, karena sebuah teguran memberikan image yang kurang bagus, begitu wejangan Umar H.M.Saleh,S.Pd (Kasek SMA Negeri Bolo).*) Pemerhati Pendidikan Aktif di SMA Negeri 1 Bolo