Kota Bima, Garda Asakota.-
Pelaksanaan kegiatan MTQ (Musyabaqah Tilawatil Quran) di setiap Kelurahan di Kota Bima saat ini, diwanti-wanti oleh Wakil Walikota Bima, H. A. Rahman H. Abidin, agar tidak dinodai oleh persoalan anggaran, karena pada prinsipnya tujuan mulia MTQ adalah dalam rangka menyatukan tali silaturrahmi sesama muslim. Saat menghadiri acara pembukaan MTQ ke-10 Kelurahan Jati-wangi Kecamatan Asakota, Jumat malam (11/5),
Wawali mengaku miris dengan kejadian penyunatan dana MTQ, bahkan ada kasus penyerahan hadiah amplop kosong kepada para juara MTQ. “Saya miris membaca Koran-koran ada hadiah amplop kosong,” ucapnya sebelum membuka secara resmi hajatan MTQ tingkat Kelurahan Jatiwangi. Semestinya, kata dia, peserta juara MTQ harus diberi penghargaan yang layak, karena mereka berjuang untuk kehidupan dan tegakkan Syi’ar Islam. “Hadiah pacuan kuda saja cukup besar, kenapa MTQ tidak. Makanya, mulai tahun ini, Pemkot Bima menganggarkan dana MTQ setiap kelurahan sebesar Rp25 juta, bila dibanding tahun lalu hanya Rp15 juta. Sedangkan untuk MTQ tingkat Kecamatan tahun ini menjadi Rp75 juta, dari Rp50 juta tahun sebelumnya,” ungkapnya. Pada kesempatan itu, Wawali mewarning pihak panitia pelaksana agar tidak menodai jalannya MTQ hanya karena persoalan anggaran, seperti informasi miring yang didapatkannya di Kelurahan Matakando dengan dugaan penyunatan anggaran, dan di Kelurahan Sambina’e dengan amplop kosongnya. Padahal selain bersumber bantuan Pemkot Bima Rp25 juta per Kelurahan, panitia juga mendapat bantuan dari donator lainnya hingga mencapai belasan juta rupiah. Kemnag Kecewa dengan Penyelenggaraan MTQ Mencuatnya berbagai dugaan kurang transparannya pihak Lurah maupun Panitia penyelenggara MTQ tingkat Kota Bima terhadap pengelolaan anggaran baik bersumber Pemkot Bima maupun hasil swadaya, mendapat sorotan dari Kepala Kemnag Kota Bima, Drs. H. Syahrir M. Si. Kepada sejumlah wartawan, dirinya mengakui bahwa pada prinsipnya sangat merespon kegiatan MTQ, apalagi acara syi’ar agama ini merupakan agenda rutin setiap tahun dalam mencari bakat dan bibit penghafal maupun tilawah Al-Quran. “Apalagi Pemkot Bima telah mengucur¬kan dana yang cukup besar, yaitu masing-masing setiap kelurahan Rp25 juta. Namun sayangnya, masih saja ada Kelurahan mau¬pun Panitia yang tidak transparan seperti kejadian di dua kelurahan, baik di Kelura¬han Matakando dan Sambina’e. Tentu saja, saya sangat kecewa dengan adanya dua kejadian tersebut, kita prihatin, padahal hajatan ini merupakan kegaiatan keagamaan yang seharusnya didukung penuh dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab,” ucapnya. Menyikapi penyerahan amplop kosong pada saat penutupan MTQ Kelurahan Sam¬bina’e, H. Syahrir, mengkritisi keberadaan pihak panitia yang justru tidak mengetahui akan hal itu. “Seharusnya panitia lebih tahu, karena hadiah juga merupakan hal utama. Kasihan anak kecil itu, karena psikologis¬nya bisa terganggu bahkan minatnya untuk mempelajari agama bisa hilang. Untuk itu, kami mengharapkan agar kejadian memalukan ini tidak terjadi lagi, dan bagi kelurahan lain yang belum melak¬sa¬nakan kegiatan ini untuk lebih transparan dan bertanggung jawab dalam melaksana¬kan kegiatan MTQ,” pesannya seraya menegaskan bahwa, solusi terbaik agar persoalan anggaran tidak menjadi kendala, mestinya yang diutamakan adalah, lurah, panitia, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda dan semua elemen untuk dapat bekerjasama dengan baik. “Sehingga pelaksanaan MTQ bisa berjalan sukses, dalam bingkai Amanah dan Kejujuran,” tegasnya menambahkan. (GA. 212/334*)
Pelaksanaan kegiatan MTQ (Musyabaqah Tilawatil Quran) di setiap Kelurahan di Kota Bima saat ini, diwanti-wanti oleh Wakil Walikota Bima, H. A. Rahman H. Abidin, agar tidak dinodai oleh persoalan anggaran, karena pada prinsipnya tujuan mulia MTQ adalah dalam rangka menyatukan tali silaturrahmi sesama muslim. Saat menghadiri acara pembukaan MTQ ke-10 Kelurahan Jati-wangi Kecamatan Asakota, Jumat malam (11/5),
Wawali mengaku miris dengan kejadian penyunatan dana MTQ, bahkan ada kasus penyerahan hadiah amplop kosong kepada para juara MTQ. “Saya miris membaca Koran-koran ada hadiah amplop kosong,” ucapnya sebelum membuka secara resmi hajatan MTQ tingkat Kelurahan Jatiwangi. Semestinya, kata dia, peserta juara MTQ harus diberi penghargaan yang layak, karena mereka berjuang untuk kehidupan dan tegakkan Syi’ar Islam. “Hadiah pacuan kuda saja cukup besar, kenapa MTQ tidak. Makanya, mulai tahun ini, Pemkot Bima menganggarkan dana MTQ setiap kelurahan sebesar Rp25 juta, bila dibanding tahun lalu hanya Rp15 juta. Sedangkan untuk MTQ tingkat Kecamatan tahun ini menjadi Rp75 juta, dari Rp50 juta tahun sebelumnya,” ungkapnya. Pada kesempatan itu, Wawali mewarning pihak panitia pelaksana agar tidak menodai jalannya MTQ hanya karena persoalan anggaran, seperti informasi miring yang didapatkannya di Kelurahan Matakando dengan dugaan penyunatan anggaran, dan di Kelurahan Sambina’e dengan amplop kosongnya. Padahal selain bersumber bantuan Pemkot Bima Rp25 juta per Kelurahan, panitia juga mendapat bantuan dari donator lainnya hingga mencapai belasan juta rupiah. Kemnag Kecewa dengan Penyelenggaraan MTQ Mencuatnya berbagai dugaan kurang transparannya pihak Lurah maupun Panitia penyelenggara MTQ tingkat Kota Bima terhadap pengelolaan anggaran baik bersumber Pemkot Bima maupun hasil swadaya, mendapat sorotan dari Kepala Kemnag Kota Bima, Drs. H. Syahrir M. Si. Kepada sejumlah wartawan, dirinya mengakui bahwa pada prinsipnya sangat merespon kegiatan MTQ, apalagi acara syi’ar agama ini merupakan agenda rutin setiap tahun dalam mencari bakat dan bibit penghafal maupun tilawah Al-Quran. “Apalagi Pemkot Bima telah mengucur¬kan dana yang cukup besar, yaitu masing-masing setiap kelurahan Rp25 juta. Namun sayangnya, masih saja ada Kelurahan mau¬pun Panitia yang tidak transparan seperti kejadian di dua kelurahan, baik di Kelura¬han Matakando dan Sambina’e. Tentu saja, saya sangat kecewa dengan adanya dua kejadian tersebut, kita prihatin, padahal hajatan ini merupakan kegaiatan keagamaan yang seharusnya didukung penuh dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab,” ucapnya. Menyikapi penyerahan amplop kosong pada saat penutupan MTQ Kelurahan Sam¬bina’e, H. Syahrir, mengkritisi keberadaan pihak panitia yang justru tidak mengetahui akan hal itu. “Seharusnya panitia lebih tahu, karena hadiah juga merupakan hal utama. Kasihan anak kecil itu, karena psikologis¬nya bisa terganggu bahkan minatnya untuk mempelajari agama bisa hilang. Untuk itu, kami mengharapkan agar kejadian memalukan ini tidak terjadi lagi, dan bagi kelurahan lain yang belum melak¬sa¬nakan kegiatan ini untuk lebih transparan dan bertanggung jawab dalam melaksana¬kan kegiatan MTQ,” pesannya seraya menegaskan bahwa, solusi terbaik agar persoalan anggaran tidak menjadi kendala, mestinya yang diutamakan adalah, lurah, panitia, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda dan semua elemen untuk dapat bekerjasama dengan baik. “Sehingga pelaksanaan MTQ bisa berjalan sukses, dalam bingkai Amanah dan Kejujuran,” tegasnya menambahkan. (GA. 212/334*)