Drs. H. Sudirman Ismail, M. Si.
Pertama-tama sebagai hamba yang beriman dan meyakini Allah SWT sebagai pencipta alam semesta, sudah selayak dan sepantasnya kita khaturkan rasa syukur atas kemahakuasaan-Nya dan kemaha¬luasan hidayah dan rizki yang kita per¬oleh setiap hari, setiap pekan, setiap bulan dan bahkan sepanjang tahun sehingga berkualitas pula hubungan kita kepada Allah dan kualitas hubungan kita pada sesama manusia. Selanjutnya sebagai hamba yang beriman kita termasuk orang yang beruntung diperte¬mukan kembali pada hari ini, disebut beruntung karena ada saudara-saudara kita seprofesi (baik guru atau pensiunan guru) yang telah lebih dulu dipanggil kembali oleh Allah pencipta alam semesta.Semoga kita semua terbangun kesadaran untuk selalu siap panggil oleh Allah SWT.Amin.
Bulan Syawal merupakan bulan peningkatan kualitas diri. Bulan Syawal, bulan dimana kita berada setelah selama kurang lebih 30 hari kita ditempatkan pada bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan ibadah baik Ibadah shalat, puasa, zakat, infak dan sedekah. Keselu¬ruhan rangkaian ibadah tersebut kita lakukan dengan ikhlas (Sepenuh Hati), dan kedisiplinan yang tinggi. Disiplin mendirikan shalat lima waktu secara berjamaah, disiplin shalat sunnah, disiplin Khatam Quran, disiplin berbuka sahur di akhir waktu (menjelang waktu shubuh), disiplin membayar zakat, infak dan sedekah. Bulan Ramadhan sering kita kenal dengan bulan Tarbiyah (pendidikan atau menimba ilmu).Banyak kegiatan-kegiatan yang telah kita lihat, dengan melalui taklim, kultum atau ceramah Ramadhan, juga kita baca apakah melalui Al-Quran, buku atau dari media cetak dan elektro¬nik.Dengan demikian banyak ilmu dan penge¬tauan yang telah kita peroleh. Tentunya ilmu pengetahuan yang kita peroleh tersebut (ilmu agama dan ilmu umum) akan semakin mening-katkan kualitas keilmuan dan keimanan untuk kita amalkan. Jika benar demikian, maka salah satu kunci kesuksesan manusia adalah disiplin untuk menjadi guru atau pengajar yang disiplin ternyata harus melalui sistim yang kuat dan integrasi dengan baik.Seprti sistim yang di¬bangun pada bulan Ramadhan yang tersebut di atas. Sebagai guru/pengajar kita telah mengikuti perkembangan berbagai aturan pemerintah. UUD 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi Guru. Dalam aturan tersebut sangat jelas tujuannya yakni mening¬katkan kualitas pengajar seperti yang kita rasakan saat ini, telah banyak guru yang diserfikasi melalui jenjang pendidikan dan pelatihan, dan bahkan baru baru ini ada lagi program baru yaitu Uji Kopetensi Guru (UKG) online. Bagi saya sebagai ketua atau yang dituakan di PGRI Kota Bima, mensikapi program sertifikasi merupakan konsep yang baik, akan tetapi seringkali berhadapan dengan tantangan dan hambatan administrasi seperti keterlam¬batan pembyaran dan masih rendahnya kualitas guru yang telah sertifikasi. Program UKG juga program baik untuk peningkatatan kualitas, akan tetepi harus melihat lebih realistik bahwa bagi guru-guru yang sudah usia lanjut, mungkin bisa menjadi pengecualian. Karena mereka (guru sertifikasi usia lanjut) saat ini orientasi untuk pengembangan kemampuam berada pada tingkat yang rendah, terutama minat baca tulis. Kembali kemakna tujuan pertemuan kita, menurut profesor Qurais Shihab pada bulan Syawal ada tradisi HALAL bi HALAL, tradisi ini merupakan tradisi yang unik (khusus di masyarakat Indonesia).Halal bil halal di tinjau dari segi bahasa- akar kata HALAL yang kemudian membentuk dari berbagai bentukan kata, mempunyai arti beraneka ragam sesuai dengan bentuk dan rangkaian kata-kata berikutnya. Makna-makna yang di ciptakan dari rangkaian tersebut antara lain berarti. ‘Menyelesaikan Problem’ ‘Meluruskan Benang Kusut’, ‘Melepakan Ikatan‘ dan ‘Mencaikan yang Beku’. Jika demikian berhalal bil halal meru¬pakan suatu bentuk aktivitas yang mengantar¬kan para pelakunya untuk meluruskan benang kusut menghangatkan yang tadinya dingin, kusut sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu serta menyelesaikan kesulitan dan problem yang menghalangi terjalinya keharmonisan hubungan, boleh jadi hubungan yang dingin , kerut dan kusut tidak di timbulkan oleh sifat yang haram. Ia menjadi begitu karena kita lama tidak saling bekunjung kepada seseorang atau ada sikap adil yang anda ambil lalu menyakitkan orang lain, atau timbul keretakan dari kesalahpaham dari ucapan dan lirikan mata yang tidak di sengaja, itulah makna, subtansi halal bi halal…… inilah hakikat ajaran Idil Fitri … semakin sering kita mengulurkan tangan dan melapangkan dada…. Dan semakin parah luka hati, maka akan bisa terobati dengan kita saling memaafkan. (Qurais Shihab; 2012) Pertemuan halal bi halal kita di tahun ini mudah-mudahan menjadi tahapan penting untuk peningkatan kualitas diri kita, mengingat kita telah saling memaafkan, melupakan kesalahan, baik kesalahan yang di lakukan oleh kepada kepala sekolah, teman sesama guru atau pegawai, dengan kita secara ikhlas lapang dada memaafkan kesalahan yang di perbuat pada kita atau kesalahan kita pada orang lain. Maka hal tersebut akan menjadi etos dalam peningkatan disiplin belajar. Disiplin mengajar dan utamanya disiplin beribadah.Tugas kita sebagai guru masih berat dan masih panjang jalan dan berliku. Mari kita bantu anak-anak kita, generasi kita untuk menjadikan mereka generasi yang memegang teguh prinsip DISIPLIN SEBAGAI ETOS DAN SPIRIT PERUBA¬HAN…………..AMIN. *Penulis Ketua PGRI Kota Bima, disampaikan pada kegiatan Hal bil Halal PGRI Kota Bima, Sabtu 8 September 2012 di Lapangan GOR Kelurahan Rabangodu Kota Bima.
Pertama-tama sebagai hamba yang beriman dan meyakini Allah SWT sebagai pencipta alam semesta, sudah selayak dan sepantasnya kita khaturkan rasa syukur atas kemahakuasaan-Nya dan kemaha¬luasan hidayah dan rizki yang kita per¬oleh setiap hari, setiap pekan, setiap bulan dan bahkan sepanjang tahun sehingga berkualitas pula hubungan kita kepada Allah dan kualitas hubungan kita pada sesama manusia. Selanjutnya sebagai hamba yang beriman kita termasuk orang yang beruntung diperte¬mukan kembali pada hari ini, disebut beruntung karena ada saudara-saudara kita seprofesi (baik guru atau pensiunan guru) yang telah lebih dulu dipanggil kembali oleh Allah pencipta alam semesta.Semoga kita semua terbangun kesadaran untuk selalu siap panggil oleh Allah SWT.Amin.
Bulan Syawal merupakan bulan peningkatan kualitas diri. Bulan Syawal, bulan dimana kita berada setelah selama kurang lebih 30 hari kita ditempatkan pada bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan ibadah baik Ibadah shalat, puasa, zakat, infak dan sedekah. Keselu¬ruhan rangkaian ibadah tersebut kita lakukan dengan ikhlas (Sepenuh Hati), dan kedisiplinan yang tinggi. Disiplin mendirikan shalat lima waktu secara berjamaah, disiplin shalat sunnah, disiplin Khatam Quran, disiplin berbuka sahur di akhir waktu (menjelang waktu shubuh), disiplin membayar zakat, infak dan sedekah. Bulan Ramadhan sering kita kenal dengan bulan Tarbiyah (pendidikan atau menimba ilmu).Banyak kegiatan-kegiatan yang telah kita lihat, dengan melalui taklim, kultum atau ceramah Ramadhan, juga kita baca apakah melalui Al-Quran, buku atau dari media cetak dan elektro¬nik.Dengan demikian banyak ilmu dan penge¬tauan yang telah kita peroleh. Tentunya ilmu pengetahuan yang kita peroleh tersebut (ilmu agama dan ilmu umum) akan semakin mening-katkan kualitas keilmuan dan keimanan untuk kita amalkan. Jika benar demikian, maka salah satu kunci kesuksesan manusia adalah disiplin untuk menjadi guru atau pengajar yang disiplin ternyata harus melalui sistim yang kuat dan integrasi dengan baik.Seprti sistim yang di¬bangun pada bulan Ramadhan yang tersebut di atas. Sebagai guru/pengajar kita telah mengikuti perkembangan berbagai aturan pemerintah. UUD 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi Guru. Dalam aturan tersebut sangat jelas tujuannya yakni mening¬katkan kualitas pengajar seperti yang kita rasakan saat ini, telah banyak guru yang diserfikasi melalui jenjang pendidikan dan pelatihan, dan bahkan baru baru ini ada lagi program baru yaitu Uji Kopetensi Guru (UKG) online. Bagi saya sebagai ketua atau yang dituakan di PGRI Kota Bima, mensikapi program sertifikasi merupakan konsep yang baik, akan tetapi seringkali berhadapan dengan tantangan dan hambatan administrasi seperti keterlam¬batan pembyaran dan masih rendahnya kualitas guru yang telah sertifikasi. Program UKG juga program baik untuk peningkatatan kualitas, akan tetepi harus melihat lebih realistik bahwa bagi guru-guru yang sudah usia lanjut, mungkin bisa menjadi pengecualian. Karena mereka (guru sertifikasi usia lanjut) saat ini orientasi untuk pengembangan kemampuam berada pada tingkat yang rendah, terutama minat baca tulis. Kembali kemakna tujuan pertemuan kita, menurut profesor Qurais Shihab pada bulan Syawal ada tradisi HALAL bi HALAL, tradisi ini merupakan tradisi yang unik (khusus di masyarakat Indonesia).Halal bil halal di tinjau dari segi bahasa- akar kata HALAL yang kemudian membentuk dari berbagai bentukan kata, mempunyai arti beraneka ragam sesuai dengan bentuk dan rangkaian kata-kata berikutnya. Makna-makna yang di ciptakan dari rangkaian tersebut antara lain berarti. ‘Menyelesaikan Problem’ ‘Meluruskan Benang Kusut’, ‘Melepakan Ikatan‘ dan ‘Mencaikan yang Beku’. Jika demikian berhalal bil halal meru¬pakan suatu bentuk aktivitas yang mengantar¬kan para pelakunya untuk meluruskan benang kusut menghangatkan yang tadinya dingin, kusut sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu serta menyelesaikan kesulitan dan problem yang menghalangi terjalinya keharmonisan hubungan, boleh jadi hubungan yang dingin , kerut dan kusut tidak di timbulkan oleh sifat yang haram. Ia menjadi begitu karena kita lama tidak saling bekunjung kepada seseorang atau ada sikap adil yang anda ambil lalu menyakitkan orang lain, atau timbul keretakan dari kesalahpaham dari ucapan dan lirikan mata yang tidak di sengaja, itulah makna, subtansi halal bi halal…… inilah hakikat ajaran Idil Fitri … semakin sering kita mengulurkan tangan dan melapangkan dada…. Dan semakin parah luka hati, maka akan bisa terobati dengan kita saling memaafkan. (Qurais Shihab; 2012) Pertemuan halal bi halal kita di tahun ini mudah-mudahan menjadi tahapan penting untuk peningkatan kualitas diri kita, mengingat kita telah saling memaafkan, melupakan kesalahan, baik kesalahan yang di lakukan oleh kepada kepala sekolah, teman sesama guru atau pegawai, dengan kita secara ikhlas lapang dada memaafkan kesalahan yang di perbuat pada kita atau kesalahan kita pada orang lain. Maka hal tersebut akan menjadi etos dalam peningkatan disiplin belajar. Disiplin mengajar dan utamanya disiplin beribadah.Tugas kita sebagai guru masih berat dan masih panjang jalan dan berliku. Mari kita bantu anak-anak kita, generasi kita untuk menjadikan mereka generasi yang memegang teguh prinsip DISIPLIN SEBAGAI ETOS DAN SPIRIT PERUBA¬HAN…………..AMIN. *Penulis Ketua PGRI Kota Bima, disampaikan pada kegiatan Hal bil Halal PGRI Kota Bima, Sabtu 8 September 2012 di Lapangan GOR Kelurahan Rabangodu Kota Bima.