Kota Bima, Garda Asakota.-
Setelah gencar mensosialisasikan budi¬daya kacang koro di Kota dan Kabupaten Bima beberapa waktu lalu. Perintis tanaman yang mudah tumbuh dan di pelihara itu, Ir. H. Ihsan, MM menggelar panen Kacang Koro di Kelurahan Kodo Kecamatan Rasanae Timur. Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar kelahiran PenanaeE ini mengaku, tanaman yang dipanen sekarang di atas lahan milik H. Mansyur, merupakan hasil tanaman yang ditanam pada bulan April 2012 lalu dengan jumlah lahan sebanyak 23 are. “Menanam di lahan sebanyak 23 are itu hanya butuh bibit sebanyak lima kilo. Hasil¬nya, dalam satu petak lahan bisa mencapai dua kwintal,” ujarnya kepada Garda Asakota.
Bukan hanya H. Mansyur yang sukses memprodu¬kasi tanaman tersebut, di tempat lain pun demikian, diakuinya, dalam waktu dekat hasil tanaman beberapa bulan yang lalu itu hanya tinggal menunggu waktu panen. “Jadi begini, parameternya berdasarkan pengalaman, satu hektar ka¬cang koro yang ditanam itu akan mengha¬silkan sekitar 12 ton. Tanaman lain seperti kedelai, belum tentu bisa sebanyak itu,” katanya. Menurutnya, untuk Kecamatan Rasanae Timur, yang sudah di panen, sebanyak 43 are. Hasilnya, tidak jauh dari harapan. Dan petani pun Nampak gembira dengan hasil yang diperoleh dari kacang koro. “Percaya lah, pemeliharaannya sangat sederhana, dipupuk juga hanya sekali. Ditanam pun sangat sederhana, bahkan bisa ditempat yang marginal dan tidak butuh banyak air,”ujarnya. Kacang koro diakui¬nya, sangat cocok di tanam di Bima. Karena musim kemarau lebih panjang dari musim hujan. Untuk kebutuhan air, hanya disedot di sungai. Syukur ada hujan, tapi kalau tidak ada, tidak ada masalah. “Di lahan ini, dari pertama tanam hingga panen, baru dua kali di siram,” jelasnya. Kelebihannya yang lain yakni, tanaman yang dimaksud tahan terhadap hama. Kacang koro tersebut tidak dimakan oleh babi, kambing, sapi, ulat atau hama lainnya yang menjadi musuh petani. “Jadi, tanaman ini sangat aman sekali,” tambahnya. Ditanya hasil panen tersebut akan dipasarkan ke mana? Ihsan mengaku, untuk sekarang hasilnya tidak akan di ekspor dulu. Tetapi ditampung, kemudian dibagikan kembali secara gratis kepada petani yang mau menanam. “Perusahaan seperti dua kelinci pun menunggu hasil tanam dari Bima, tapi belum mau saya berikan. Setelah terkumpul banyak, maka akan kita berikan dan di ekspor. Lagipula hasil yang sudah terkumpul juga tidak akan diekspor semua. Karena sebagiannya akan di kelola oleh masyarakat Kota Bima. Untuk dijadikan krupuk dan snack. “Nanti secara otomatis akan membuka lapangan kerja. Terutama untuk adik-adik kita yang tergabung dalam Karang Taruna. Mereka akan diberdayakan dan diberikan pekerjaan,” tandasnya. Harapannya, dengan suksesnya tanaman koro, petani dan masyarakat Kota Bima me¬miliki pendapatan tambahan, karena nilai ekonomisnya sangat tinggi. “Saya tidak akan berhenti sampai pada proses panennya. Pemasarannya sudah ada, tinggal di bawa. Nanti juga saya akan datangkan tenaga ahli untuk melatih masyarakat kita dalam mengelola makanan kacang koro dan serta mesin yang memada”janjinya. (GA. 334*).
Setelah gencar mensosialisasikan budi¬daya kacang koro di Kota dan Kabupaten Bima beberapa waktu lalu. Perintis tanaman yang mudah tumbuh dan di pelihara itu, Ir. H. Ihsan, MM menggelar panen Kacang Koro di Kelurahan Kodo Kecamatan Rasanae Timur. Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar kelahiran PenanaeE ini mengaku, tanaman yang dipanen sekarang di atas lahan milik H. Mansyur, merupakan hasil tanaman yang ditanam pada bulan April 2012 lalu dengan jumlah lahan sebanyak 23 are. “Menanam di lahan sebanyak 23 are itu hanya butuh bibit sebanyak lima kilo. Hasil¬nya, dalam satu petak lahan bisa mencapai dua kwintal,” ujarnya kepada Garda Asakota.
Bukan hanya H. Mansyur yang sukses memprodu¬kasi tanaman tersebut, di tempat lain pun demikian, diakuinya, dalam waktu dekat hasil tanaman beberapa bulan yang lalu itu hanya tinggal menunggu waktu panen. “Jadi begini, parameternya berdasarkan pengalaman, satu hektar ka¬cang koro yang ditanam itu akan mengha¬silkan sekitar 12 ton. Tanaman lain seperti kedelai, belum tentu bisa sebanyak itu,” katanya. Menurutnya, untuk Kecamatan Rasanae Timur, yang sudah di panen, sebanyak 43 are. Hasilnya, tidak jauh dari harapan. Dan petani pun Nampak gembira dengan hasil yang diperoleh dari kacang koro. “Percaya lah, pemeliharaannya sangat sederhana, dipupuk juga hanya sekali. Ditanam pun sangat sederhana, bahkan bisa ditempat yang marginal dan tidak butuh banyak air,”ujarnya. Kacang koro diakui¬nya, sangat cocok di tanam di Bima. Karena musim kemarau lebih panjang dari musim hujan. Untuk kebutuhan air, hanya disedot di sungai. Syukur ada hujan, tapi kalau tidak ada, tidak ada masalah. “Di lahan ini, dari pertama tanam hingga panen, baru dua kali di siram,” jelasnya. Kelebihannya yang lain yakni, tanaman yang dimaksud tahan terhadap hama. Kacang koro tersebut tidak dimakan oleh babi, kambing, sapi, ulat atau hama lainnya yang menjadi musuh petani. “Jadi, tanaman ini sangat aman sekali,” tambahnya. Ditanya hasil panen tersebut akan dipasarkan ke mana? Ihsan mengaku, untuk sekarang hasilnya tidak akan di ekspor dulu. Tetapi ditampung, kemudian dibagikan kembali secara gratis kepada petani yang mau menanam. “Perusahaan seperti dua kelinci pun menunggu hasil tanam dari Bima, tapi belum mau saya berikan. Setelah terkumpul banyak, maka akan kita berikan dan di ekspor. Lagipula hasil yang sudah terkumpul juga tidak akan diekspor semua. Karena sebagiannya akan di kelola oleh masyarakat Kota Bima. Untuk dijadikan krupuk dan snack. “Nanti secara otomatis akan membuka lapangan kerja. Terutama untuk adik-adik kita yang tergabung dalam Karang Taruna. Mereka akan diberdayakan dan diberikan pekerjaan,” tandasnya. Harapannya, dengan suksesnya tanaman koro, petani dan masyarakat Kota Bima me¬miliki pendapatan tambahan, karena nilai ekonomisnya sangat tinggi. “Saya tidak akan berhenti sampai pada proses panennya. Pemasarannya sudah ada, tinggal di bawa. Nanti juga saya akan datangkan tenaga ahli untuk melatih masyarakat kita dalam mengelola makanan kacang koro dan serta mesin yang memada”janjinya. (GA. 334*).