Mataram, Garda Asakota.-
Terdorong untuk menyambut ruh perubahan yang disuarakan oleh sebagian besar masyarakat NTB. Suryadi Jaya Purnama, ST., yang kini menduduki jabatan sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Provinsi NTB menyatakan diri siap untuk menjadi Calon Gubernur NTB Periode 2013-2017 dan bertarung dengan para kandidat Cagub NTB lainnya termasuk bersaing dengan Cagub Incumbent, DR. TGH. M. Zainul Majdi.
“Inisiatif untuk tampil sebagai Calon Gubernur NTB ini bukan dari diri saya pribadi. Hal ini adalah dorongan dari banyak pihak, termasuk juga dari Partai setelah melakukan berbagai proses internal dan saya menyatakan kesiapan untuk maju sebagai Cagub NTB.
Mudah-mudahan ini menjadi alternative, karena masyarakat juga menginginkan adanya perubahan,” ujar pria yang telah dua (2) periode mendapat kepercayaan dari masyarakat Dapil VI NTB untuk menjadi wakil rakyat dari Partai Keadilan Sejahtera ini, kepada wartawan media ini diruangan kerjanya Kantor DPRD NTB belum lama ini. Pertimbangan lain yang dijadikan dasar dirinya harus tampil sebagai Cagub NTB dikarenakan partainya merupakan salah satu dari partai ketiga terbesar di NTB dan memiliki banyak kader sehingga menurutnya sudah sewajarnya ikut aktif dalam Pemilihan Gubernur ini. Pria yang juga merupakan putra asli Lenek Lombok Timur NTB ini menyatakan saat ini pihaknya masih melakukan proses penjajakan politik dengan partai politik-partai politik lainnya untuk menentukan koalisi. “Sampai hari ini menyangkut koalisi belum final. Semua partai sedang kita jajaki sebagaimana partai-partai lain melakukannya. Apalagi sampai hari ini tidak ada satu pun dari partai-partai ini yang sudah punya pasangan. Semua masih melakukan komunikasi politik. Jadi masih berproses,” terang pria yang juga akrab disapa SJP ini. Dinamika politik jelang Pilgub NTB saat sekarang ini menurut SJP berkembang cukup dinamis dimana semua Parpol-parpol besar tengah membangun komunikasi lintas Parpol. Dan fenomena adanya kecenderungan parpol-parpol besar membangun komunikasi dengan salah satu figur semisal figur incumbent itu menurutnya tidak bisa diartikan sebagai merapatkan diri. “Memang lebih kepada dinamika politik yakni bagian dari komunikasi dan setiap partai itu berbicara, Golkar kadang berbicara dengan Demokrat kadang juga berbicara dengan PKS. Bukan berarti merapat dalam pengertian semua menginginkan, belum tentu juga seperti itu,” kata SJP. Menyangkut tingginya nilai elektabilitas figur incumbent dibanding dengan figur-figur lain menurut SJP merupakan sesuatu hal yang wajar. “Karena hampir lima (5) tahun bersosialisasi sehingga wajar popularitasnya atau keterkenalannya itu tinggi dibanding yang lain. Tapi pada umumnya kalau incumbent itu selalu lebih besar suaranya dibanding dengan yang lain, tapi bukan berarati itu jaminan untuk menang. Justru kecenderungannya sekarang ini banyak incumbent yang kalah dalam pilkada, walaupun surveynya tertinggi. Jadi tidak ada jaminan,” ujarnya lagi. Lantas apa visi misi SJP yang bakal diusungnya sebagai Cagub NTB?. Menurutnya, visi- misi yang disiapkannya lebih pada mengakomodir aspirasi masyarakat. “Salah satu kelemahan yang ada saat ini adalah visi misi yang dibentuk itu terlalu top down artinya merupakan gagasan dari elit tetapi bukan merupakan serapan dari masyarakat sehingga saya lebih banyak mengusung visi misi saya dalam pilkada ini adalah apa yang menjadi visi misi masyarakat, itulah yang akan kita perjuangkan. Bukan merupakan kehendak para elit tetapi memang kehendak masyarakat yang kita formulasikan kedalam visi misi bersama karenanya saya angkat ‘NTB Menjadi Milik Bersama Menuju Sejahtera untuk Semua’,” jelas SJP. Menurutnya, NTB saat ini punya masalah hampir di semua sector kehidupan masyarakat seperti sector ekonomi, pendidikan dan kesehatan. “sector-sektor ini yang prioritas karena IPM kita sampai saat ini masih berada di nomor urut 32 dari 33 Provinsi se-Indonesia. Dan itu lebih banyak karena factor pendidikan dan kesehatan. Maka itulah yang harus kita genjot supaya meningkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di NTB ini. Demikian juga di sector pertanian, banyak hasil-hasil pertanian kita yang nilai jualnya rendah akibat dari tidak adanya perlindungan seperti komoditas tembakau di Lombok, dan komoditas jagung di Dompu. Itukan harganya anjlok walaupun produksi kita surplus tetapi harganya yang rendah akibatnya produksi yang banyak tidak bisa membawa kesejahteraan. Karenanya selain kita meningkatkan produksi tapi bagaimana kita juga dapat menstabilkan harga agar petani tidak dirugikan,” tandasnya. (GA. Imam*).
Mudah-mudahan ini menjadi alternative, karena masyarakat juga menginginkan adanya perubahan,” ujar pria yang telah dua (2) periode mendapat kepercayaan dari masyarakat Dapil VI NTB untuk menjadi wakil rakyat dari Partai Keadilan Sejahtera ini, kepada wartawan media ini diruangan kerjanya Kantor DPRD NTB belum lama ini. Pertimbangan lain yang dijadikan dasar dirinya harus tampil sebagai Cagub NTB dikarenakan partainya merupakan salah satu dari partai ketiga terbesar di NTB dan memiliki banyak kader sehingga menurutnya sudah sewajarnya ikut aktif dalam Pemilihan Gubernur ini. Pria yang juga merupakan putra asli Lenek Lombok Timur NTB ini menyatakan saat ini pihaknya masih melakukan proses penjajakan politik dengan partai politik-partai politik lainnya untuk menentukan koalisi. “Sampai hari ini menyangkut koalisi belum final. Semua partai sedang kita jajaki sebagaimana partai-partai lain melakukannya. Apalagi sampai hari ini tidak ada satu pun dari partai-partai ini yang sudah punya pasangan. Semua masih melakukan komunikasi politik. Jadi masih berproses,” terang pria yang juga akrab disapa SJP ini. Dinamika politik jelang Pilgub NTB saat sekarang ini menurut SJP berkembang cukup dinamis dimana semua Parpol-parpol besar tengah membangun komunikasi lintas Parpol. Dan fenomena adanya kecenderungan parpol-parpol besar membangun komunikasi dengan salah satu figur semisal figur incumbent itu menurutnya tidak bisa diartikan sebagai merapatkan diri. “Memang lebih kepada dinamika politik yakni bagian dari komunikasi dan setiap partai itu berbicara, Golkar kadang berbicara dengan Demokrat kadang juga berbicara dengan PKS. Bukan berarti merapat dalam pengertian semua menginginkan, belum tentu juga seperti itu,” kata SJP. Menyangkut tingginya nilai elektabilitas figur incumbent dibanding dengan figur-figur lain menurut SJP merupakan sesuatu hal yang wajar. “Karena hampir lima (5) tahun bersosialisasi sehingga wajar popularitasnya atau keterkenalannya itu tinggi dibanding yang lain. Tapi pada umumnya kalau incumbent itu selalu lebih besar suaranya dibanding dengan yang lain, tapi bukan berarati itu jaminan untuk menang. Justru kecenderungannya sekarang ini banyak incumbent yang kalah dalam pilkada, walaupun surveynya tertinggi. Jadi tidak ada jaminan,” ujarnya lagi. Lantas apa visi misi SJP yang bakal diusungnya sebagai Cagub NTB?. Menurutnya, visi- misi yang disiapkannya lebih pada mengakomodir aspirasi masyarakat. “Salah satu kelemahan yang ada saat ini adalah visi misi yang dibentuk itu terlalu top down artinya merupakan gagasan dari elit tetapi bukan merupakan serapan dari masyarakat sehingga saya lebih banyak mengusung visi misi saya dalam pilkada ini adalah apa yang menjadi visi misi masyarakat, itulah yang akan kita perjuangkan. Bukan merupakan kehendak para elit tetapi memang kehendak masyarakat yang kita formulasikan kedalam visi misi bersama karenanya saya angkat ‘NTB Menjadi Milik Bersama Menuju Sejahtera untuk Semua’,” jelas SJP. Menurutnya, NTB saat ini punya masalah hampir di semua sector kehidupan masyarakat seperti sector ekonomi, pendidikan dan kesehatan. “sector-sektor ini yang prioritas karena IPM kita sampai saat ini masih berada di nomor urut 32 dari 33 Provinsi se-Indonesia. Dan itu lebih banyak karena factor pendidikan dan kesehatan. Maka itulah yang harus kita genjot supaya meningkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di NTB ini. Demikian juga di sector pertanian, banyak hasil-hasil pertanian kita yang nilai jualnya rendah akibat dari tidak adanya perlindungan seperti komoditas tembakau di Lombok, dan komoditas jagung di Dompu. Itukan harganya anjlok walaupun produksi kita surplus tetapi harganya yang rendah akibatnya produksi yang banyak tidak bisa membawa kesejahteraan. Karenanya selain kita meningkatkan produksi tapi bagaimana kita juga dapat menstabilkan harga agar petani tidak dirugikan,” tandasnya. (GA. Imam*).