Kabupaten Bima, Garda Asakota.-
Seorang anggota TNI yang bertugas di Yonif Mekanis 742/SBW, Jembrana, Bali diduga tewas dikeroyok teman-temannya sesama TNI, Senin (13/4).
Korban tewas bernama Serka Rikiman, anggota Yonif Mekanis 741/SBW, Jembrana. Korban meninggal diduga karena dihajar Sertu I Made Alit Prawira, anggota Yonif Mekanis 741/SBW, Jembrana bersama rekannya yakni Serka Adhitya Prima C.W, Sertu I Putu Mardita, dan Serda Satria Wirayuda yang semuanya anggota Yonif Mekanis 741/SBW, Jembrana.
Keempat anggota TNI tersebut Selasa (14/4) sudah ditahan di Denpom Denpasar untuk menjalani proses hukum akibat tindakan yang dilakukan.
Tiba di Desa Tawali Kabupaten Bima sekitar pukul 23.00 Wita, Selasa malam, jenazah Sersan Kepala Rikiman langsung dimakamkan TPU sekitar pukul 10.00 pagi, Rabu (15/4).
Acara pemakaman dihadiri oleh Komandan Batalion Danionif mekanis 741/ SBW, Letkol Infantril SL Manurun, Kodim Bima, Kompi Bimkot, Kepolisian Sektor Wera, Koramil Wera, Camat Wera, Drs. Isyarah M. Saleh, dan seluruh keluarga almarhum. Pemakaman dilakukan secara militer yang dilakukan oleh anggota TNI dari Kodim Bima, dipimpin Dandim 1608.
Pantauan wartawan di lokasi, setelah acara pemakaman isteri dari almarhum, Ny. Nurhayati, mengaku tidak dapat menerima kematian suaminya yang tidak wajar oleh empat orang yunior almarhum suaminya. “Suami saya diperlakukan tidak manusia oleh keempat oknum TNI tersebut,” cetusnya. Dia mendesak komandan atau atasan suaminya agar keempat pelaku pembunuhan suaminya dihukum seberat-beratnya, sesuai dengan perlakuan mereka terhadap suaminya. “Kalaupun bisa nyawa diganti dengan nyawa,” tegasnya.
Ketika disinggung oleh sejumlah wartawan bahwa suaminya sebelum tewas diduga tengah berpesta Miras bersama rekan-rekannya itu, ibu dua anak ini secara tegas membantahnya. “Suami saya tidak pernah melakukan perbuatan haram, saya tahu persis kelakuan suami saya. Selama satu minggu bertugas di Bali, saya dan beliau sering konfirmasi,” bantahnya.
Sementara itu, Komandan Bataliyon Danionif Makanis 741/SBW, Letkol Infanteri, SL Manurun, yang dimintai tanggapannya oleh sejumlah media terkait dengan motif pembunuhan korban, enggan memberikan keterangan pers.
Manurun lebih memilih menghindari wartawan, dan hanya mengeluarkan pernya taan bahwa masalah itu akan diselesaikan dengan pihak keluarga. (GA. 222*)
Seorang anggota TNI yang bertugas di Yonif Mekanis 742/SBW, Jembrana, Bali diduga tewas dikeroyok teman-temannya sesama TNI, Senin (13/4).
Korban tewas bernama Serka Rikiman, anggota Yonif Mekanis 741/SBW, Jembrana. Korban meninggal diduga karena dihajar Sertu I Made Alit Prawira, anggota Yonif Mekanis 741/SBW, Jembrana bersama rekannya yakni Serka Adhitya Prima C.W, Sertu I Putu Mardita, dan Serda Satria Wirayuda yang semuanya anggota Yonif Mekanis 741/SBW, Jembrana.
Keempat anggota TNI tersebut Selasa (14/4) sudah ditahan di Denpom Denpasar untuk menjalani proses hukum akibat tindakan yang dilakukan.
Tiba di Desa Tawali Kabupaten Bima sekitar pukul 23.00 Wita, Selasa malam, jenazah Sersan Kepala Rikiman langsung dimakamkan TPU sekitar pukul 10.00 pagi, Rabu (15/4).
Acara pemakaman dihadiri oleh Komandan Batalion Danionif mekanis 741/ SBW, Letkol Infantril SL Manurun, Kodim Bima, Kompi Bimkot, Kepolisian Sektor Wera, Koramil Wera, Camat Wera, Drs. Isyarah M. Saleh, dan seluruh keluarga almarhum. Pemakaman dilakukan secara militer yang dilakukan oleh anggota TNI dari Kodim Bima, dipimpin Dandim 1608.
Pantauan wartawan di lokasi, setelah acara pemakaman isteri dari almarhum, Ny. Nurhayati, mengaku tidak dapat menerima kematian suaminya yang tidak wajar oleh empat orang yunior almarhum suaminya. “Suami saya diperlakukan tidak manusia oleh keempat oknum TNI tersebut,” cetusnya. Dia mendesak komandan atau atasan suaminya agar keempat pelaku pembunuhan suaminya dihukum seberat-beratnya, sesuai dengan perlakuan mereka terhadap suaminya. “Kalaupun bisa nyawa diganti dengan nyawa,” tegasnya.
Ketika disinggung oleh sejumlah wartawan bahwa suaminya sebelum tewas diduga tengah berpesta Miras bersama rekan-rekannya itu, ibu dua anak ini secara tegas membantahnya. “Suami saya tidak pernah melakukan perbuatan haram, saya tahu persis kelakuan suami saya. Selama satu minggu bertugas di Bali, saya dan beliau sering konfirmasi,” bantahnya.
Sementara itu, Komandan Bataliyon Danionif Makanis 741/SBW, Letkol Infanteri, SL Manurun, yang dimintai tanggapannya oleh sejumlah media terkait dengan motif pembunuhan korban, enggan memberikan keterangan pers.
Manurun lebih memilih menghindari wartawan, dan hanya mengeluarkan pernya taan bahwa masalah itu akan diselesaikan dengan pihak keluarga. (GA. 222*)