Kabupaten Bima, Garda Asakota.-
Penderitaan yang dialami oleh Sri Susanti, warga Dusun Rengge Desa Kanca Kecamatan Parado Kabupaten Bima sangatlah memprihatinkan. Bagaimana tidak?, kakinya sebelah kiri telah didera oleh penyakit ‘Kaki Gajah’ yang mengakibatkan sekujur kakinya mengalami pembengkakan dari telapak kaki hingga ke bagian tumitnya. Kemiskinan membuatnya tidak mampu lagi mengupayakan pengobatan penyakit yang dideritanya.
“Sekitar tahun 2007 lalu, benjolannya hanya sekepalan tangan saja. Karena tidak tertangani oleh Spesialis, akhirnya sekujur kakinya itu mengalami pembengkakan. Jika tidak diobati, virus penyakit ini bisa menyerang syaraf otaknya,” ujar Muhammad Sahrain.
Menurut Jufrin, Warga Desa Kanca, tahun 2016 lalu, pihaknya mengaku pernah membawa Sri Susanti menjalani pengobatan pada salah seorang dokter. Namun saat itu, menurutnya, Dokter mengatakan penyakit yang diderita oleh Sri Susanti ini akan dapat ditangani ketika umurnya telah mencapai 17 tahun. “Sejak kecil, penyakitnya ini sudah muncul dan orang tuanya juga sudah beberapa kali memeriksakan Sri ke dokter. Mungki ada donator yang bisa membantu agar Sri dapat dioperasi,” harap Jufrin.
Sejumlah aktivis pemerhati kesehatan turut prihatin atas keadaan yang menimpa Sri Susanti ini. Salah satunya adalah Muhtar, SH., Ketua LKSA NTB yang kerap membantu warga miskin untuk mendapatkan pengobatan. “Insya Alloh, tim dari LKSA akan meninjau langsung kondisi Sri dan akan berusaha membantu,” tandas Muhtar. (GA. IAG*)
Penderitaan yang dialami oleh Sri Susanti, warga Dusun Rengge Desa Kanca Kecamatan Parado Kabupaten Bima sangatlah memprihatinkan. Bagaimana tidak?, kakinya sebelah kiri telah didera oleh penyakit ‘Kaki Gajah’ yang mengakibatkan sekujur kakinya mengalami pembengkakan dari telapak kaki hingga ke bagian tumitnya. Kemiskinan membuatnya tidak mampu lagi mengupayakan pengobatan penyakit yang dideritanya.
“Sekitar tahun 2007 lalu, benjolannya hanya sekepalan tangan saja. Karena tidak tertangani oleh Spesialis, akhirnya sekujur kakinya itu mengalami pembengkakan. Jika tidak diobati, virus penyakit ini bisa menyerang syaraf otaknya,” ujar Muhammad Sahrain.
Menurut Jufrin, Warga Desa Kanca, tahun 2016 lalu, pihaknya mengaku pernah membawa Sri Susanti menjalani pengobatan pada salah seorang dokter. Namun saat itu, menurutnya, Dokter mengatakan penyakit yang diderita oleh Sri Susanti ini akan dapat ditangani ketika umurnya telah mencapai 17 tahun. “Sejak kecil, penyakitnya ini sudah muncul dan orang tuanya juga sudah beberapa kali memeriksakan Sri ke dokter. Mungki ada donator yang bisa membantu agar Sri dapat dioperasi,” harap Jufrin.
Sejumlah aktivis pemerhati kesehatan turut prihatin atas keadaan yang menimpa Sri Susanti ini. Salah satunya adalah Muhtar, SH., Ketua LKSA NTB yang kerap membantu warga miskin untuk mendapatkan pengobatan. “Insya Alloh, tim dari LKSA akan meninjau langsung kondisi Sri dan akan berusaha membantu,” tandas Muhtar. (GA. IAG*)