Kabupaten Bima, Garda Asakota.-
Malam ini, Selasa 30 Januari 2018, sekitar pukul 20.00 wita, masyarakat Ambalawi Kabupaten Bima dikejutkan dengan terdamparnya ribuan ekor ikan di Sepanjang Pantai Sapui Ujung Kalate Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima.
“Ribuan ikan ini terdampar akibat adanya gelombang pasang. Masyarakat Ambalawi berebutan mengumpulkan ribuan ekor ikan ini dengan menggunakan puluhan baskom dan ember,” ujar Ma’rif salah seorang tokoh muda masyarakat Ambalawi kepada wartawan media ini, Selasa 30 Januari 2018.
Menurut pria yang akrab disapa Moris Ambalawi ini, masyarakat Ambalawi merasa senang dengan hasil pengumpulan ikan yang dilakukan oleh mereka akibat terbawa arus gelombang pasang tersebut. Soal adanya fenomena supermoon mereka mengaku tidak mengetahuinya. “Mereka menganggap terdamparnya ribuan ikan ini merupakan fenomena biasa saja,” cetusnya.
Sementara itu, Kepala Geofisika Mataram, Agus Riyanto, saat dikonfirmasi wartawan terkait dengan terdamparnya ribuan ikan di sepanjang Pantai Sapui Ujung Kalate Ambalawi Kabupaten Bima menjelaskan persitiwa itu merupakan sebuah peristiwa yang sudah diprediksikan sebelumnya oleh pihak BMKG yakni akan terjadi gelombang tinggi bahkan terjadi rob pasang akibat fenomena Supermoon yang puncaknya akan berlangsung pada hari Rabu Malam 31 Januari 2018, pukul 20.00 wita-21.00 wita.
“Iyah bisa saja dibawa arus rob saja,” ujar Agus Riyanto kepada wartawan.
Dikatakannya, pada tanggal 31 Januari 2018, tepat pukul 20.00 wita-21.00 wita merupakan puncak terjadinya fenomena Supermoon yang bertepatan dengan Gerhana Bulan Total, yaitu posisi matahari, bumi dan bulan berada pada satu garis lurus.
Kejadian Gerhana Bulan Total dapat diamati di sebagian besar wilayah Indonesia. Fenomena ini merupakan fenomena langka karena akan terulang lebih dari 100 tahun untuk di Amerika, sementara wilayah Indonesia 36 tahun (30-31 Desember 1982) sehingga masyarakat diharapkan melihat atau mengamati fenomena ini dan bukan dijadikan sesuatu yang menakutkan.
Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. dalam situs resmi BMKG menulis pada senin siang 29 Januari 2018 mengatakan bahwa pengamatan ini dapat dilihat secara ideal dari daerah perbatasan mulai dari perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga daerah yang berada di sebelah barat Sumatera, yaitu melintas di Samudera Hindia yang berada sebelah barat Sumatera yang merupakan zona bulan terbit saat fase gerhana penumbra berlangsung.
Selain itu, lokasi yang ideal untuk mengamati fenomena ini di Observatorium Boscha (Lembang), Pulau Seribu, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Planetarium, Museum Fatahilah, Kampung Betawi, Satu Babakan, serta Bukit Tinggi. Selain itu juga dilakukan pengamatan di 21 titik pengamatan hilal. Bahkan, di Makasaar dan Jam Gadang Bukit Tinggi pun terdapat event nonton bersama Super Blue Blood Moon.
Meskipun fenomena ini merupakan fenomena langka, namun masyarakat harap mewaspadai tinggi pasang maksimun hingga mencapai 1,5 meter karena adanya gravitasi bulan dengan matahari. Fenomena ini pun juga dapat mengakibatkan surut minimum mencapai -100-110 cm yang terjadi pada 30 Januari-1 Februari 2018 di Pesisir: Sumatera Utara, Barat, Sumatera Barat, Selatan Lampung, utara Jakarta, utara Jawa Tengah, utara Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.
Dwikorita menegaskan bahwa tinggi pasang maksimum ini akan berdampak pada terganggunya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktivitas petani garam dan perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di Pelabuhan.
Keseluruhan proses gerhana dapat diamati di Samudra Pasifik serta bagian Timur Asia, Indonesia, Australia, dan bagian barat laut Amerika. Gerhana ini dapat diamati di bagian barat Asia, Samudra Hindia, bagian timur Afrika, dan bagian timur Eropa pada saat bulan terbit. Masyarakat dapat mengamati puncak Gerhana Bulan Total ini dapat pada Pukul 20:29,8 WIB; 21:29,8 WITA; dan 22:29,8 WIT. (GA. 211*).