Wartawan salah satu media online di NTB, Ahmad Sahib, yang menjadi korban penganiayaan saat mendapat perawatan petugas medis.
Lombok Barat, Garda Asakota.-
Apapun dalilnya, tindakan kekerasan terhadap setiap warga Negara itu tidak dibenarkan. Apalagi tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap seorang jurnalis yang berusaha mengungkap fakta dimasyarakat. Ada banyak jalan sebenarnya yang bisa ditempuh ketika seseorang merasa dirugikan oleh adanya sebuah tulisan. Baik itu melalui penggunaan hak jawab atau bisa dengan upaya-upaya lain yang lebih bermartabat.
Jika hal itu dilakukan, maka kejadian yang memprihatinkan yang menimpa salah seorang rekan wartawan salah satu media online di NTB, Ahmad Sahib, tidak akan terjadi. Mirisnya, Ahmad Sahib, karena dianggap telah menulis sesuatu yang dianggap kritis berkaitan kondisi salah seorang nenek bernama papuk kalsum yang beralamat di Karang Bedil Utara Desa Kediri Induk Kecamatan Kediri Lombok Barat, harus mengalami nasib tragis digebuk hingga tulang hidungnya patah.
Nasib Naas menimpa seorang wartawan media online bernama ahmad Sahib warga desa Kediri kabupaten Lombok barat, Lantaran Berita yang ia tulis berimbas terhadap pemukulan yang di lakukan oleh Seorang kepala dusun karang bedil Utara di Wilayah Desa Kediri induk, Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat.
Kejadian bermula ketika ahmad sahib menulis berita seorang nenek tua renta asal dusun karang bedil Utara yang kehidupannya di bawah garis kemiskinan, dalam berita tersebut diterangkan bahwa nenek tua itu jarang mendapat bantuan sosial dari pemerintah terutama disinyalir minim perhatian dari pemerintah setempat.
Laman berita online yang dishare di beberapa akun media sosial warga itu VIRAL dan menuai protes serta tanggapan para netizen. Dimana berdasarkan pantauan media ini, bahwa berita tersebut tidak diterima oleh oknum Kadus yang menjadi pemegang kebijakan di wilayah tersebut.
Salah seorang warga Desa Kediri yang berada di Lokasi kejadian mengatakan, Pemukulan terjadi ketika korban berada di rumahnya sedang menunggu waktu berbuka puasa, lalu datang pelaku, kemudian terjadi cek cok mulut dan berakhir dengan pemukulan.
"Kejadiannya tadi sebelum datang waktu berbuka puasa, karena kebetulan saya tetanggan sama korban, saya dengar mereka cek cok mulut, setelah saya datang, korban sudah berlumuran darah," ungkap Radi salah satu tetangga korban, sebagaimana dimuat oleh seputarlombok.com, Rabu 13 Mei 2020.
Ditambahkan oleh Radi yang juga sebagai petugas puskesmas Kediri bahwa saat ini kondisi korban sangat kritis mengingat tulang hidungnya mengalami patah ringan, dan rahangnya juga mengalami luka sehingga berlumuran darah.
"Saat ini, pasien sedang dalam perawatan Medis dan kami akan rujuk ke rumah Sakit Umum Patut Patuh Patju untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut," jelas Radi.
Menurut pengakuan korban saat dikunjungi awak media di puskesmas Kediri mengungkapkan, bahwa saat sedang berbuka puasa di rumahnya, dirinya di datangi oleh oknum Kadus tersebut dan mencaci makinya dengan bermacam pernyataan.
"Saat sedang berbuka puasa tiba-tiba dia datang sambil memaki maki saya, dan melemparkan pukulan ke arah hidung dan mulut saya dan akhirnya saya bertengkar dengannya," ungkap Ahmad Saheb sambil merintih kesakitan.
Ahmad Saheb berharap agar pihak kepolisian bisa segera mengusut kasus pemukulan yang dialaminya, karena selain merasa dirugikan, tindakan kriminal ini dianggapnya merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap jurnalis yang harus diusut.
"Gara-gara penulisan berita saya di aniaya begini, saya pastikan akan membawa kejadian ini ke aparat penegak hukum." Imbuhnya. (red*)