Kepala Dinas DPMPTSP Provinsi NTB, Ir H Mohammad Rum.
Mataram, Garda
Asakota.-
Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) menjadi salah satu
kunci bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB melalui Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) untuk mengetahui indeks atau grafik pergerakan
investasi di NTB.
“Jumlah investasi di NTB ini berkisar ratusan yang terdiri
dari berbagai sektor investasi. Namun masih banyak investor di NTB yang belum
menyampaikan Laporan LKPM nya kepada DPMPTSP. Oleh karenanya, untuk
meningkatkan kepatuhan para investor dalam menyampaikan laporan LKPM nya, maka
DPMPTSP akan intens melakukan kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) secara
langsung terhadap kegiatan investasi di NTB,” jelas Kepala Dinas DPMPTSP
Provinsi NTB, Ir H Mohammad Rum, kepada sejumlah wartawan belum lama ini di
Kantor DPMPTSP NTB, Jalan Udayana.
Dari kesadaran para investor untuk menyampaikan LKPM,
menurutnya, pihak DPMPTSP akan mengetahui seberapa besar indeks pencapaian
realisasi investasi di NTB.
“LKPM ini berfungsi untuk mengetahui indeks investasi di
daerah. Kalau investor tidak melaporkan LKPM maka tidak akan terecord indeks
investasinya. Kalau tahun ini indeks LKPM nya agak tinggi. Makanya DPMPTSP
berencana untuk intens melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan
investasi di daerah untuk terus memacu kepatuhan para investor ini melaporkan
LKPM nya,” terangnya.
Dikatakannya, dari target investasi di Provinsi NTB sebesar
Rp16 Trilyun, yang terealisasi untuk Triwulan I Tahun 2020 adalah sebesar Rp2,1
Trilyun.
“Namun akibat Pandemi Covid19, target investasi sebesar Rp16
Trilyun tersebut direvisi menjadi sebesar Rp7 Trilyun, masih diatas target investasi yang ditetapkan Pemerintah Pusat
untuk NTB yakni sebesar Rp6,5 Trilyun,” ungkap H Mohammad Rum.
Target investasi menurutnya adalah target yang ditetapkan
untuk memacu semangat dalam meraih dan meningkatkan investasi di daerah. “Dan
realisasi pada triwulan I ditengah masa pandemic sebesesar Rp2,1 Trilyun ini
berasal dari kegiatan investasi di bidang pertambangan, perhubungan dan
pariwisata serta investasi lainnya,” terangnya.
Jika dibandingkan dengan tahun 2019, lanjutnya, pada triwulan
I 2019 lebih tinggi angka investasi pada tahun 2020 yakni sebesar Rp2,1
trilyun. Pada Tahun 2019 itu menurutnya, hanya sekitar Rp1,9 trilyun pada
triwulan I nya. “Justru di Tahun 2020 ini lebih progresif,” imbuhnya. (GA. Im*).