Mataram, Garda Asakota.-
Gubernur Dr. H. Zulkieflimansyah, menyatakan kesiapan NTB untuk mengembangkan Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming) di Labangka. Bak gayung bersambut, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian juga akan menyiapkan berbagai kebutuhan untuk mendukung Sistem Pertanian Terpadu Labangka menjadi Food estate (Lumbung Pangan) NTB.
NTB akan menjadi satu dari empat provinsi di Indonesia yang akan dikembangkan menjadi food estate untuk menjaga ketersediaan kebutuhan dan pasokan pangan lokal dan nasional.
Food Estate sendiri merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan, dan peternakan dalam satu kawasan terpadu. Selain menjadi Food estate, Labangka Integrated Farming juga akan menjadi tujuan desa wisata dan dalam perencanaannya akan menerapkan pengolahan sampah menjadi energi (waste to energy).
Hal ini disampaikan Doktor Zul, sapaan Gubernur NTB saat mengikuti rapat koordinasi melalui Video konferensi dengan para Pejabat Eselon I dan II Kementerian Pertanian RI, Sabtu (3/10/2020) bertempat di Pendopo Gubernur NTB.
"Provinsi NTB sangat berterima kasih, kami didukung penuh untuk membangun Sistem Pertanian Terpadu untuk mendukung Food Estate di NTB bahkan Indonesia, di bulan Oktober ini. Segalanya akan kami persiapkan," kata Doktor Zul didampingi Husnul Fauzi, Kadis Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB.
Sementara itu, Sekretaris Jendral Kementerian Pertanian Dr. Ir. Momon Rusmono, mengapresiasi kesiapan Pemprov NTB dalam perencanaan pengembangan kawasan Pertanian Terpadu di Labangka.
"Diharapkan nanti lahan food estate bisa menaikkan cadangan pangan nasional,"katanya.
Dijelaskan pula pengembangan food estate ini dilakukan dengan sinergi antara kementerian/lembaga dengan pemerintah daerah. Bahkan, kebermanfaatannya akan dirasakan langsung oleh masyarakat.
Sinergi antara berbagai pihak tersebut mulai dari hulu, hilir hingga distribusi pasar. Tak hanya itu, ada pula upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan korporasi petani, peningkatan kapasitas dan diversifikasi produksi pangan, serta penataan kawasan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian.
"Pernyataan dari beberapa dirjen sudah siap untuk menyediakan segala kebutuhan dan program untuk mendukung Labangka. Kita upayakan minggu kedua Oktober sudah mulai bergerak," jelas Sekjen Kementan.
Selain itu, Ia meminta Pemrov NTB untuk segera merealisasikan daftar kebutuhan untuk mendukung perencanaan kawasan labangka sesuai grand designnya. "Sehingga rencana kegiatan untuk tahun 2020 tetap tetap terus dilaksanakan," pintanya.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Distanbun NTB, Husnul Fauzi yang ikut mendampingi Gubernur, menjelaskan dengan lahan lebih dari 10,000 Ha, direncanakan lahan akan siap untuk ditanam tanaman produktif seperti seperti Padi Gogo, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan serta Perikanan.
"Kawasan Labangka Integrated Farming Sistem ini pak sekjen, ada industri pengolahan hasil pemasaran, produksi tanaman pangan, holti, perkebunan dan perternakan tentu terintegrasi komposting dengan energi listrik untuk pemukiman," katanya.
Dijelaskan pula, subsektor ketahanan pangan ada 10.000 Ha untuk padi, jagung kemudian hortikultura 125 Ha untuk cabai, 20 Ha untuk bawang.
Untuk itu kata Husnul, dukungan dari Kemenpen sangat diharapkan, seperti sarpras untuk budidaya membutuhkan perpipaan, Perpompaan, Embung, Drip irigation. Sedangkan untuk pengolahan hasil membutuhkan MRMU, Dryer , SILLO, Solar Dryer, Mesin penggiling cabe, alat pembuat kripik, oven, pemeras santan, pengupas kelapa, alat kemas, kacip mete. (red*)