Mataram, Garda Asakota.-
Proyek Irigasi Tetes atau
Drip Irigation yang dicanangkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB pada 19
September 2019 lalu di Dusun Batu Keruk Desa Akar-akar Kecamatan Bayan
Kabupaten Lombok Utara dipertanyakan aspek kemanfaatannya oleh anggota DPRD
NTB.
“Kami pertanyakan aspek
kemanfaatan dari proyek irigasi tetes ini. Selain di Lombok Utara sebesar Rp19
Milyar pada tahun 2019, ada juga proyek irigasi tetes pada tahun 2020 di
Kabupaten Sumbawa senilai Rp9 Milyar lebih. Jika ditotal, proyek ini hampir
mencapai angka Rp28 Milyar. Sejauh laporan dari warga kepada kami proyek
irigasi tetes ini tidak membawa kemanfaatan kepada masyarakat dan tidak
berfungsi secara maksimal,” sorot Anggota DPRD NTB, H Najamuddin Mustofa,
kepada sejumlah wartawan, Senin 08 Februari 2021.
Politisi vokal yang berasal
dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini mencurigai adanya motivasi yang tidak
benar disebalik munculnya program irigasi tetes. Apalagi menurutnya, daerah
Lombok dan Pulau Sumbawa belum layak untuk menggunakan sistem irigasi tetes.
“Sebab daerah kita ini
memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Maka sebenarnya tidak proporsional ketika
menerapkan sistem irigasi tetes. Sistem irigasi tetes ini sebenarnya hanya
cocok di negara-negara tropis seperti di Afrika. Kalau di daerah kita tidak
cocok menerapkan sistem irirgasi tetes ini sehingga wajar masyarakat
mengeluhkan irigasi tetes ini tidak berfungsi,” cetusnya.
Selaku pihak yang
mendapatkan aspirasi adanya keluhan masyarakat soal dugaan gagalnya proyek
irigasi tetes ini, politisi yang berasal dari Dapil Lotim ini, mengaku akan
menggandeng Komisi II DPRD NTB untuk secara bersama-sama turun secara langsung ke
lokasi proyek irigasi tetes ini untuk melakukan pengecekan terhadap adanya
laporan warga.
“Akan kita jadwalkan untuk
turun langsung bersama dengan Komisi II guna mengecheck adanya laporan warga
berkaitan dengan dugaan gagalnya fungsi irigasi tetes dalam mengairi areal
pertanian warga. Sebab jika proyeknya diduga gagal berfungsi, maka diduga kuat
perencanaannya yang salah dan lebih jauh jika perencanaanya salah, maka akan
muncul pertanyaan selanjutnya, ada apa dibalik itu?,” pungkasnya. (GA. Im*)