Orangtua dari Nurkailah |
Kota Bima, Garda Asakota.-
Diduga hanya karena tidak memiliki uang sebesar Rp350 ribu, pasangan suami-isteri asal Lingkungan Jatiwangi Kecamatan Asakota Kota Bima, atas nama Abimanyu dan Sarmela, tidak diperkenankan untuk menumpangi mobil ambulance milik RSUD Kota Bima guna merujuk balitanya, Nurkailah, yang tengah dalam kondisi kritis ke RSUD Kabupaten Bima.
"Saat itu sekitar pukul 23.00 wita, Jum'at malam lalu, anak kami berada dalam kondisi kritis. Ia dirawat di RSUD Kota Bima tanpa adanya BPJS. Pihak RSUD Kota Bima menyarankan kami untuk merujuk balita kami ke RSUD Kabupaten Bima.
Malam itu juga, kami mau merujuk anak kami ke RSUD Bima, namun, pihak RSUD Kota Bima tidak mau memberikan tumpangan kami menuju ke RSUD Bima yang jaraknya tidak terlalu jauh dari RSUD Kota Bima hanya karena kami tidak memiliki uang untuk membayar mobil ambulance yang harga sewanya saat itu sekitar Rp350 ribu.
Yah mau tidak mau, demi menyelamatkan nyawa balita kami, kami pun terpaksa ngutang uang tetangga malam itu juga untuk membayar transport ambulance," kisah pasutri ini kepada wartawan media ini, Senin 11 April 2022.
Mereka juga mempertanyakan kualitas pelayanan perawat di RSUD Kota Bima saat merawat anak balita mereka. Karena menurut mereka, ketika mereka membawa anak balita mereka ke ruang IGD RSUD Kota Bima, pada Jum'at malam (08/04) sekitar pukul 21.00 wita, kondisi anak balita mereka tengah menderita diare dan muntah darah.
"Petugas RSUD Kota Bima pun merawat balita kami. Hanya saja mereka terlihat kesulitan memasukan cairan infus kedalam tubuh balita kami karena petugas tersebut mengatakan kesulitan mendapatkan nadi anak balita kami. Itu berlangsung beberapa lama, hingga balita kami dirawat tanpa mendapatkan cairan infus," keluh mereka.
Akibat kesulitan memasukan cairan infus, lanjutnya, petugas RSUD Kota Bima pun menyarankan kepada kami untuk merujuk anak balita kami ke RSUD Kabupaten Bima.
"Maka sekitar pukul 23.00 Wita malam itu juga, Balita kami mau kami rujuk kesana. Tapi sayang, pihak RSUD Kota Bima, tak mau tumpangin kami pakai ambulance, gara-gara kami nggak punya uang ongkos yang diminta sebesar Rp350 ribu," ujarnya dengan nada sedih.
Tiba di RSUD Bima, kata pasutri ini, anak kami pun langsung ditangani oleh petugas RSUD Kabupaten Bima.
"Bahkan cairan infus bisa masuk ke tubuh anak balita kami. Saking baiknya petugas disitu, kami tidak dituntut harus memiliki kartu BPJS dulu oleh RSUD Bima, yang penting balita kami di tangani dulu," ujarnya dengan nada sedih.
Hanya saja, takdir berkehendak lain, katanya, kendati sudah dirawat dengan baik, anak balita kami pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 12.25 wita pada keesokan harinya di ruang IGD RSUD Bima.
"Anak kami pun menghembuskan nafas akhirnya. Namun kami bersyukur karena semua pelayanannya digratiskan oleh RSUD Kabupaten Bima, termasuk ambulancenya. Terimakasih RSUD Bima," pungkasnya dengan raut muka sedih.
Menanggapi hal tersebut Direktur RSUD Kota Bima, dr. Faturrahman mengatakan akan segera melakukan koordinasi kepada seluruh jajaran RS agar hal serupa tidak terulang lagi. Direktur menegaskan bahwa selama ini bagi pasien yang kekurangan biaya pun tetap dibantu oleh pihaknya.
"Kita akan segera lakukan koordinasi, selama ini jangankan ambulance, pasien rawat yang kekurangan biaya saja pasti kami bantu apalagi dari kalangan warga tak mampu," pungkasnya. (GA. 003*)