Gerbang masuk kawasan perumahan relokasi Kadole. |
Kota Bima, Garda Asakota.-
Miliaran anggaran digelontorkan oleh Pemerintah Pusat melalui dana tanggap darurat bencana banjir BNPB pasca Banjir Bandang Kota Bima 2016 silam.
Beberapa itemnya adalah untuk proyek jaringan air bersih dan sanitasi perumahan Oi Fo'o dan Kadole, dengan total kucuran anggaran senilai Rp5,8 miliar pada tahun anggaran 2019 silam.
Anggaran tersebut dipergunakan untuk dua item paket proyek yakni jaringan air bersih dan sanitasi perumahan Oi Fo'o 1 senilai Rp2,5 Milyar dan jaringan air bersih dan sanitasi perumahan Oi Fo'o 2/Kadole senilai Rp3,3 Milyar.
Sayangnya, dalam realisasinya kondisi jaringan dari kedua proyek tersebut fisiknya ada, namun sampai saat ini tidak ada air yang dihasilkan alias total loss.
Harusnya dengan pekerjaan yang menelan anggaran miliaran rupiah tersebut, sudah dapat dinikmati oleh warga penerima bantuan rumah relokasi Kadole dan Oi Fo'o.
"Ini artinya total loss, karena sampai saat ini air yang diharapkan untuk kebutuhan warga perumahan justru tidak bisa dinikmati karena memang tidak ada air bersihnya," ungkap Pegiat Anti Korupsi Kota Bima, Al-Imran, SH, kepada wartawan, Selasa (16/8/2022).
Bahkan Mirisnya lagi, kata dia, sudah tahu hasil dari dua item pekerjaan di tahun anggaran 2019 itu gagal, Pemkot Bima justru kembali menganggarkan dana APBD untuk pembangunan bak air Oi Fo'o 1 senilai Rp345 juta tahun 2020, yang dikerjakan oleh pihak ketiga.
"Ada-ada saja, masa sudah tahu proyek gagal, kemudian dianggarkan lagi untuk pembangunan bak air di tahun anggaran berikutnya?," cetus Al-Imran.
"Lalu bagaimana pertanggungjawaban kinerja dari semua anggaran oleh Dinas BPBD selaku penanggungjawab teknis dan PPK atas diterimanya pekerjaan yang tidak ada airnya ini?," timpalnya lagi.
Menanggapi hal ini, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dua item proyek jaringan air bersih dan sanitasi perumahan Oi Fo'o dan Kadole tahun 2019, Ismunandar, ST, yang berusaha dikonfirmasi wartawan, Selasa siang (16/8/2022) semula enggan memberi komentar, bahkan mengelak untuk menanggapi dengan alasan informasi sudah satu pintu.
"Informasi sudah satu pintu, tidak bisa dilangkahi yaitu di Kominfo," elaknya.
Namun karena desakan wartawan bahwa yang ditanyakan ini berkaitan dengan hal teknis, akhirnya Nandar mau memberikan tanggapannya.
Dirinya mengaku, sejauh ini sudah dua kali pihaknya memperbaiki jaringan air yang ada dengan mengganti pompanya. "Sudah dua kali kami ganti pompanya," ujarnya mengawali penjelannya kepada media ini.
Dia membantah jika dikatakan pekerjaan proyek itu total loss, meski faktanya saat ini tidak ada air bersih yang dihasilkan. "Itu bukan total loss,lokasi air berdasarkan hasil survey tahun 2018, airnya cukup besar.
Namun akibat kondisi kekeringan sekarang, maka debit airnya berkurang dalam gua, berbeda dengan air yang di bor. Itu kan hanya mengandalkan air tadah di dinding dinding gua, makanya terjadi penggantian mesin juga sudah dua kali," akunya lagi.
Lantas kenapa PPK saat itu tetap menerima hasil Pekerjaan padahal jelas debit airnya kurang?, lagi-lagi dia menepis anggapan tidak adanya air. "Airnya ada bahkan saking besarnya debit air banyak titik titik jaringan perpipaan yang pecah," tepisnya.
Sementara itu, mengenai Proyek Reservoir senilai Rp345 juta tahunn 2020 itu dikerjakan oleh pihak ketiga dengan tujuan agar dapat membagi air yang ke Oi Fo o dan Kadole, tapi kembali lagi, katanya, air tetap tidak ada karena kekeringan. (GA. 003/212*)