Pelatihan dan Pemagangan sektor pariwisata hasil kerjasama Disnakermobduk Aceh dengan LPKN Mataram di Hotel Idoop, Senin (20/05/2024).
Mataram, Garda Asakota.-
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos, M.H, membuka Pelatihan
dan Pemagangan sektor pariwisata hasil kerjasama Disnakermobduk Aceh dengan
LPKN Mataram di Hotel Idoop, Senin (20/05/2024).
Pelatihan yang telah berjalan
selama tiga tahun atau sejak tahun 2022 ini bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi generasi muda agar siap memasuki dunia kerja, terutama di sektor
pariwisata. Kegiatan pembukaan ini dihadiri oleh Kadisnakertrans Kota Mataram,
Lalu H. Rudi Suryawan, Kepala Seksi Penyelenggaraan Pelatihan dan Kelembagaan
Disnakermobduk Aceh, Taswir, ST., M.Si., dan Kepala Seksi Pemagangan dan
Peningkatan Produktivitas Disnakermobduk Aceh, Veraningsih, S.Tp.
“Potensi sektor pariwisata
yang dimiliki NTB menjadi salah satu alasan dipilihnya NTB sebagai lokasi
pelatihan. Selain itu, budaya NTB dan Aceh tidak beda jauh, terutama culture
islaminya,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Aryadi
menyampaikan bahwa awal bulan Mei ini, Disnakertrans NTB telah melepas 58
peserta pemagangan ke Jepang dan sudah menandatangani kontrak dengan perusahaan
di Jepang, serta saat ini sedang mengikuti orientasi di Cevest Bekasi.
"Permintaan magang dari
perusahaan-perusahaan Jepang untuk pemuda-pemudi asal NTB meningkat terus
setiap tahunnya. Bahkan setelah magang mereka akan mengikuti program Specified
Skilled Workers (SSW). Hal ini menunjukkan peserta magang Jepang asal NTB
memenuhi standar perusahaan Jepang," ungkap Aryadi.
Walaupun daerahnya kecil,
Provinsi NTB merupakan pengirim PMI terbanyak ke-4 di seluruh Indonesia. Jumlah
PMI NTB di luar negeri sebanyak 589.023 orang yang tersebar di 108 negara
penempatan dengan 19 negara favorit. Sebanyak 16% dari angkatan kerja adalah
PMI.
"Sebagai lumbung PMI,
tentu saja banyak permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu, selama tiga tahun
terakhir saya melakukan gebrakan di Disnaker untuk mengurangi kasus PMI non
prosedural. Salah satunya adalah menyiapkan kompetensi CPMI. Lembaga Pelatihan
harus kredibel, terakreditasi, memiliki jaringan (link) untuk pasar kerja dalam
dan luar negeri, dan infrastruktur lengkap. Jika tidak punya link, lembaga
pelatihan hanya akan menambah pengangguran," terang Aryadi.
Karena itu, pada tahun 2021
Disnakertrans NTB meluncurkan program inovasi "Pepadu Plus", yaitu
mewajibkan lembaga Pelatihan Kerja (LPK)/LPK-Swasta membangun kerjasama dengan
perusahaan dalam dan luar negeri agar lulusan pelatihan bisa langsung terserap,
sehingga dapat mengurangi pengangguran yang akan berdampak pada masalah-masalah
lainnya.
Aryadi menjelaskan ada empat
cara mengakses kesempatan kerja luar negeri, antara lain:
1. P to P (Private to Private)
adalah sistem pengiriman tenaga kerja yang melibatkan kerjasama antara
perusahaan swasta di negara pengirim dengan perusahaan swasta atau lembaga
penerima di negara tujuan (P3MI). Sistem P to P tidak melibatkan pemerintah kedua
negara, tetapi melalui agen-agen atau perusahaan swasta yang memiliki izin.
Proses P to P memungkinkan
perusahaan swasta untuk merekrut tenaga kerja secara langsung, memberikan
mereka peluang untuk menjalani prosedur yang lebih fleksibel dibandingkan
dengan program G to G (Government to Government).
"Meskipun demikian, calon
pekerja migran tetap harus melalui agen resmi yang bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa semua persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh negara
tujuan terpenuhi," tegas Aryadi.
2. Melamar secara mandiri:
Pencari kerja bisa melamar langsung ke perusahaan luar negeri. Nanti setelah
kontrak keluar baru akan mendapatkan izin ke luar negeri.
3. G to G adalah penempatan
PMI dengan skema Government to Government melalui Badan Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia (BP2MI).
4. Beasiswa dan Program
Pendidikan: Beasiswa dan program pendidikan di luar negeri sering kali
menyediakan kesempatan kerja atau magang setelah lulus.
Terakhir, Aryadi menekankan
pentingnya menyiapkan kompetensi dan mental untuk bersaing di pasar kerja, baik
dalam negeri maupun luar negeri. Persiapan ini mencakup keterampilan,
komunikasi, etos kerja, dan kerjasama.
Sementara itu, Direktur LPKN
Mataram, Naktika Sari Dewi, menjelaskan peserta pelatihan tahun ini sebanyak 10
orang laki-laki. Berbeda dari tahun lalu yang berjumlah 20 orang terdiri dari
laki-laki dan perempuan. Dipilihnya laki-laki karena pelatihan tahun ini
difokuskan untuk penempatan kerja luar negeri.
Pelatihan tahun ini
berlangsung lebih lama, yaitu 8 bulan, dengan 3 bulan praktek di LPKN dan 5
bulan magang di industri. Peserta disaring dari ratusan pendaftar hingga
menjadi 10 orang terbaik. Karena itu, Naktika menekankan pentingnya tekun dan
disiplin.
Untuk mendapatkan peluang
kerja itu, Naktika menyampaikan beberapa tahapan yang harus diikuti oleh
peserta, diantaranya: lulus tes bahasa Inggris, memiliki keterampilan
perhotelan, dan teknik wawancara.
"Kami berharap pelatihan dan pemagangan ini menghasilkan lulusan kompeten yang siap bersaing di dunia kerja internasional dan membantu mengurangi angka pengangguran di NTB dan Aceh," ujarnya. (**)