Oleh: Dr.
Mariani
Dalam bekerjapun kita akan mendapati ketidak puasan
kerja ketika seseorang tidak
menemukan harapan-harapan yang diinginkan dalam pekerjaannya. Rosenblatt, Z.
& Ofer, S. (2001). Pendapat ini sesuai dengan teori harapan, bahwa
kuatnya kecenderungan seseorang bertindak dengan cara tertentu tergantung pada
kekuatan harapan. Sebagai contoh, jika seorang guru/pegawai mengharapkan
kejelasan kondisi kerja yang aman dan kemudian hal ini tidak terpenuhi,
maka ketidak puasan dan kekecewaan akan muncul. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk ungkapan yang bernuansa pada munculnya konflik. Pendapat ini menjelaskan dimana kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaan dan keadaan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Perasaan itu bisa puas atau tidak puas. Dengan demikian kepuasan kerja guru, pada pendidikan dasar (SD)/SMP/SMA/SMK adalah perasaan guru terhadap pekerjaan dan keadaan disekitar pekerjaannya.
maka ketidak puasan dan kekecewaan akan muncul. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk ungkapan yang bernuansa pada munculnya konflik. Pendapat ini menjelaskan dimana kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaan dan keadaan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Perasaan itu bisa puas atau tidak puas. Dengan demikian kepuasan kerja guru, pada pendidikan dasar (SD)/SMP/SMA/SMK adalah perasaan guru terhadap pekerjaan dan keadaan disekitar pekerjaannya.
Dalam proses pembelajaran,
kegiatan mengarahkan dan memotivasi siswa untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, memberikan pengalaman belajar yang berguna melalui pengajaran dalam
rangka mencapai tujuan, dan mengembangkan aspek-aspek kepribadian secara menyeluruh.
Guna melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan baik, guru memerlukan kemampuan.
Cooper (1977) mengatakan, guru harus memiliki kemampuan merencanakan
pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran,
memberikan pertanyaan kepada siswa, mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan
siswa, mengamati kelas, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Artinya, kegiatan
guru dalam proses pembelajaran dibatasi pada merencanakan pengajaran,
menggunakan metode, media dan bahan pengajaran, berkomunkasi dengan siswa,
mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa, menguasai bahan, mengorganisasikan
waktu, ruang, bahan dan perlengkapan, melakukan evaluasi hasil belajar, dan
melaksanakan kegiatan tindak lanjut.
Guru dalam proses pembelajaran
cenderung untuk merespon secara positif atau negatif terhadap
kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakannya dalam proses pengajaran.
Sebagaimana sikap guru pada umumnya, sikap guru dalam proses pembelajaran
merupakan persoalan yang sangat luas dan kompleks. Pertumbuhan dan perkembangan
sikap seseorang terhadap suatu obyek tertentu dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Krech dan Crutchfeid (1962), mengemukakan bahwa sikap seseorang
ditentukan oleh faktor kebutuhan-kebutuhan individu, informasi yang diperoleh
mengenai obyek sikap, kelompok tempat individu berafiliansi, dan kepribadian
individu. Guru dalam proses pembelajaran dapat juga dipengaruhi oleh empat
faktor tersebut. Disamping itu faktor lain yang ikut mempengaruhi
sikap guru dalam proses belajar mengajar adalah kepuasan kerja.
Hasil penelitian Golloway,
sebagaimana dikutip oleh Bafadal (1992 bahwa aspek-aspek yang menentukan
sikap guru adalah hubungan dengan murid, hubungan dengan guru-guru, kebebasan
memilih metode, kebebasan memilih materi, perlakuan yang jujur, rasa mampu,
rasa puas terhadap pekerjaan, kelengkapan fasilitas.
Beberapa pakar mengemukakan ada
beberapa sebab kepuasan kerja. Seperti; (1) pekerjaan yang penuh tantangan,
(2) penerapan sistem penghargaan yang adil, (3) kondisi kerja yang mendukung,
dan (4) sikap rekan kerja/teman sejawat yang mendukung. Dapat dijelaskan bahwa untuk
melihat kepuasan kerja perlu dianalisis dari; (1) prestasi kerja, dalam
arti kebanggaan terhadap hasil kerjannya, (2) tingkat kemangkirannya rendah,
atau tingkat kehadirannya tinggi, (3) tidak berkeinginan pindah atau kemampuan
bertahan kerja, (4) usia kerja atau panjang waktu kerja, (5) tingkat jabatan,
(6) besar kecilnya organisasi yang menunjukkan kebermaknaannya dalam
organisasi itu. Robbins (1998), menjelaskan beberapa hal yang menentukan
kepuasan kerja, antara lain: (a) kerja yang secara mental menantang, (b)
ganjaran yang pantas, (c) kondisi kerja yang mendukung, (d) rekan kerja yang
mendukung, (e) kesesuaian kerja antara kepribadian dengan pekerjaan.
Tulisan hasil kajian/penelitian
ilmiah ini difokuskan pada kepuasan kerja guru dimana dilihat dari dua
faktor yaitu; faktor internal dan
faktor eksternal (dari dalam diri maupun dari luar diri guru) seperti imbalan
dalam bentuk material maupun non-material, pekerjaan itu sendiri, kemampuan
kepemimpinan dan teman sejawat dalam bekerja sama, kesempatan mengaktualisasikan
diri, dan kondisi kerja yang mendukung.dengan mengunakan metode desain
deskriptif korelasional dengan bentuk survei, dengan obyek penelitian adalah semua guru SMU Negeri dan Swasta di
Kabupaten Bima/Kota Bima. Sampel diambil secara purposif sebanyak 50 persen
dari jumlah sekolah yang ada, yaitu 8 (delatan) buah SMU dan SMU swasta,
sedangkan responden guru diambil sebanyak 25% dari jumlah guru kelas I sampai
kelas III dan berjumlah 102 orang.
Hasil temuan menyatakan,
kepusan kerja guru secara keseluruhan
dalam kategori baik (skor 367), ada tiga indikator yang tergolong
sedang, yaitu kepuasan terhadap gaji yang dapat mencukupi hidup, pendapatan
tambahan yang dapat meningkatkan taraf hidup dan kecilnya desempatan untuk
bersekolah lagi. Indikator yang tergolong tidak baik ádalah bahwa kepala
sekolah kurang memperhatikan fasilitas belajar dan kurang memberi kesempatan
mengembangkan minat di sekolah.
Secara keseluruhan kepusan
kerja guru dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran dinyatakan baik
(skor 350). Terdapat empat indikator yang masuk ke dalam kategori cukup,
yaitu sikap guru yang berpandangan bahwa hasil penilaian tidak perlu
dikomunikasikan kepada murid,
menyerahkan sepenuhnya penanganan siswa yang berkesulitan kepada petugas
bimbingan, tidak perlu menentukan urutan kegiatan dalam pembelajaran, dan
sikap guru yang menganggap tidak perlu memberikan penjelasan lagi kepada siswa
yang belum memahami materi pelajaran. Dan dari 15 indikator hanya ada
dua yang tergolong kurang baik, yaitu sikap guru yang menganggap bahwa
meringkas pada akhir pelajaran bukanlah tugas mereka, dan sikap mereka
yang memandang bahwa tugas dan tujuan utama penilaian hádala untuk menentukan
kenaikan kelas (skor 179 dan 253). Dari hasil perhitungan dengan korelasi
produce moment,menunjukkan hipotesis yang dirumuskan dapat diterima.
Artinya, terbukti benar antara kepuasan kerja guru memiliki hubungan yang
signifikan, dengan koefisien korelasi yang ditemukan sebeasar 0,781 adalah
lebih besar daripada harga kritik dengan tingkat signifikansi 95% dan 99%.
Untuk hasil pengujian tingkat
kepuasan kerja guru, perhitungan korelasinya menunjukkan bahwa koefisien
korelasi ditemukan sebesar 0,831 yang berarti lebih besar daripada harga kritik
dengan tingkat signifikansi 95% dan 99%. Ini menunjukkan bahwa hipótesis
diterima. Dengan penerimaan hipótesis tersebut berarti dapat
dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan kerja guru semakin positif
sikap mereka terhadap proses pembelanjaran.
Pengujian hipótesis kepuasan
kerja guru secara bersama-sama terhadap proses pembelajaran dengan teknik
regresi ganda. Hasilnya menunjukkan bahwa secara nyata hipótesis yang
dirumuskan dapat diterima. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan yang
menunjukkan anggka 0,832 lebih besar dari harga kritik yang dengan tingkat
signifikansi 95% dan 99%. Penerimaan hipótesis tersebut menunjukkan bahwa
semakin positif kepuasan kerja guru semakin positif sikap guru terhadap proses
pembelajara.
Kepusan kerja guru nampak
terlihat dari kelancaran kenaikan pangkat.
Dalam hal ini sebagian besar guru memiliki kepuasan yang tinggi, karena sebagian
besar (68%) merasakan kelancaran dalam kenaikan pangkat, dan hanya sebagian
kecil (6,4% yang merasa kenaikan) pangkatnya kurang lancar. Terkait dengan
peningkatan karier, merupakan dambaan hampir semua guru, namun banyak guru
yang beranggapan bahwa mereka hanya ada sedikit kemungkinan untuk meningkatkan
karier. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan peningkatan karier, kebanyakan
guru merasa cukup puas dengan karier yang dicapai pada saat ini. Apabila
dilihat dari jumlahnya, terlihat sekitar 42 % guru kurang puas dengan sistem
peningkatan karier yang diberikan kepada para guru.
Dari sisi penghargaan
Kepala Sekolah terhadap pendapat para guru yang diajukan untuk hal-hal yang
bertujuan konstruktif, nampak tingkat kepuasan sebagian besar guru sudah
tinggi, karena pendapat mereka umumnya dihargai oleh Kepala sekolah. Namun ada
sebagian guru (11, 3%) yang merasa kurang puas atas penghargaan Kepala Sekolah
terhadap pendapat yang mereka ajukan.
Untuk kepuasan guru
terhadap status dirinya sebagai guru dan terhadap anggapan bahwa pekerjaan guru
adalah pekerjaan yang menyenangkan dan menarik, terlihat bahwa mereka umumnya
menilai status mereka sangat tinggi. Artinya, mereka merasa sangat puas
memiliki pekerjaan yang saat ini ditekuni, yaitu sebagai guru. Yang menarik
adalah bahwa tidak ada seorangpun dari responden yang merasa kecewa atau merasa
tidak puas atau kurang puas terhadap statusnya sebagai guru. Ini berarti bahwa
pekerjaan guru bagi mereka adalah pekerjaan yang mungkin telah menjadi bidang
yang diinginkan sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidupnya.
Terkain dengan perilaku
Kepala Sekolah seperti obyektivitas penilaian Kepala Sekolah, sifat
keterbukaan Kepala Sekolah, dan upaya pembinaan hubungan baik antara guru yang
dilakukan, para guru menilainya tinggi. Artinya, para guru merasa puas
terhadap apa yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah. Namun dalam hal perhatian
Kepala Sekolah terhadap fasilitas belajar dan pemberian kesempatan untuk
mengembangkan karier guru, mereka menilainya masih rendah artinya, hal itu
masih dianggap belum memuaskan.
Untuk interaksi teman
sejawat seperti dorongan teman untuk mengembangkan karier dan penerimaan
teman sejawat atas keluhan yang disampaikan para guru umumnya dinilai tinggi.
Artinya, para guru merasa puas atas hal-hal tersebut. Interaksi dengan murid
dan orang tua murid juga dinilai tinggi dalam arti bahwa mereka merasa puas
dengan adanya interaksi selama ini. Mengenai pembuatan rencana pembelajaran
yang tertulias, penetapan metode, media dan sumber serta pengkomunikasian apa
yang hendaknya dilakukan oleh guru terhadap siswa, nampaknya lebih dari 53 %
guru setuju apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh guru. Oleh karena itu,
dalam kaitannya dengan perencanaan tersebut, sikap guru dapat dinyatakan sebagai
baik. Sikap guru terhadap keharusan seorang guru untuk membangkitkan
motivasi belajar murid terutama di awal kegiatan belajar mengajar juga
tergolong sangat baik; sebagian besar guru sangat setuju hal itu dilakukan
oleh guru dalam proses pembelajaran.
Dalam hal penyampaian bahan
belajar secara kronologis nampaknya sangat disetujui oleh sebagian besar
guru, ini ditunjukan dengan (skor 51%). Artinya sebagian besar guru setuju,
dan 41% sangat setuju dilakukan penilaian sesuai kegiatan pembelajaran,
dan penilaian itu tidak saja menyangkut pengetahuan, melainkan meliputi
juga aspek sikap dan perilakunya. Namun
masih juga ada sebagian kecil dari responden 5,6% yang ragu-ragu tentang
perlu tidaknya penilaian terhadap aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku
sesuai kegiatan belajar mengajar. Meskipun demikian, apabila dilihat secara
rerata, terlihat bahwa sikap guru terhadap hal ini sangat positif.
Pengayaan bahan belajar dan
perbaikan belajar untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran nampaknya disetujui oleh responden
umumnya. Ini berarti bahwa kepuasan guru dalam hal tersebut dapat dinyatakan
positif. Meskipun demikian perlu ada kehati-hatian karena masih ada
sebagian kecil guru atau sekitar 11% yang tidak setuju adanya pengayaan
terhadap murid yang cepat menerima materi/mata pelajaran.
Mengenai perlunya pemberian
penjelasan apabila murid belum memahami materi pelajaran, nampaknya sikap
guru dalam hal ini cukup positif. Sekitar 55% guru setuju apabila
murid/siswa yang kurang mampu menerima materi diberi penjelasan lagi. Dalam hal
ini murid-murid mengalami kesulitan
belajar, nampaknya sebagian guru setuju kalau masalahnya diserahkan
sepenuhnya kepada guru bimbingan konseling. Sebagian lagi menyatakan tidak
setuju, karena guru juga harus ikut bertanggungjawab terhadap masalah
kesulitan belajar yang dialami oleh murid.
Selanjutnya dalam hal tugas untuk meringkas bahan yang diajarkan, para
guru nampaknya memiliki sikap yang ’negatif”. Para guru berpandangan
bahwa meringkas materi dalam setiap akhir proses pemelajaran adalah tugas
murid/siswa.
Dari hasil analisis dengan
menggunakan statistik korelasi produc momen, hipotesis yang dirumuskan ternyata
diterima. Antara kepuasan kerja guru terhadap proses pembelajaran
di SMU di Kabupaten dan Kota Bima, memiliki hubungan yang signifikan.
Hal ini terbukti hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa koefisien korelasi
sebesar 0,871 adalah lebih besar daripada harga kritik dengan tingkat
signifikansi baik 95% maupun 99%. Dengan penerimaan hipotesis tersebut
berarti dapat dinyatakan bahwa semakin positif kepuasan kerja guru maka semakin
positif dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan dari hasil
penelitian ini menunjukan bahwa Kepusan kerja guru-guru SMU di Kabupaten dan
Kota Bima secara rerata memiliki
kategori kepuasan kerja yang baik. Akan tetapi apabila dicermati ada
dua indikator kepuasan kerja guru yang kurang baik, yaitu mereka tidak puas
karena Kepala Sekolah kurang memperhatikan fasilitas belajar, dan mereka tidak
puas karena Kepala Sekolah tidak memberi kesempatan mengembangkan minat guru di
sekolah. Kepuasan guru dalam proses pembelajaran secara rerata adalah baik,
namun apabila lebih dicermati ada
indikator sikap guru yang tergolong positif, yaitu kepuasan guru yang
menganggap bahwa meringkas bahan pelajaran pada akhir proses pembelajaran
bukanlah tugas mereka tapi tugas murid.
Kepuasan kerja yang
dimiliki oleh para guru memiliki hubungan yang signifkan dalam proses pembelajaran. Artinya semakin puas guru dalam bekerja maka semakin
positif sikap dalam proses pembelajaran.
Mengingat masih ada guru
yang kurang puas, hendaknya pihak terkait memberikan saran terhadap
mereka. Perhatian Kepala Sekolah dalam hal pemberian fasilitas belajar dan
pengembangan minat guru di sekolah perlu lebih ditingkatkan dan
diintensifkan/diberdayakan.
Diharapkan Kepala Sekolah memberikan pengarahan
kepada para guru mengenai tujuan penilaian dan pentingnya penilaian dalam
proses pembelajaran. Kepuasan kerja guru hendaknya lebih diupayakan
peningkatannya dengan melalui kegiatan penataran dan sejenisnya guna
pengembangan diri mereka.*)