Bima, Garda Asakota.-
Keberhasilan pembinaan yang dilaku¬kan oleh keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Maliki di Desa Penapali Keca¬matan Woha Kabupaten Bima sebagai salah satu wadah pendidikan pilihan masyarakat Bima yang menggabungkan kurikulum umum dan kurikulum pondok, menarik perhatian anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Utusan NTB, Prof. DR. Brigjend (Purn) Farouk Muhammad,
untuk datang melihat dari dekat sekaligus melakukan dialog terbuka dengan civitas pondok dan masyarakat sekitar Ponpes Al-Miliki, Kamis lalu (20/4). Pimpinan Ponpes Al-Maliki, Drs. H. A. Fitrah Malik, pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa salah satu tujuan didirikannya Ponpes ini adalah sebagai salah satu wadah pengabdian terhadap tanah kelahiran Bima yang dicintai ini. Diakui¬nya, Bima dulu sangat terkenal sebagai salah satu daerah yang tingkat pemahaman dan aplikasi agamanya sangat tinggi di tengah-tengah masyarakat, namun pada akhir-akhir ini sangat merosot sekali di tengah gempuran modernisasi yang tidak difilter dengan baik oleh masyarakat Bima. Dia berharap, dengan munculnya Ponpes-ponpes semacam ini, sedikit demi sedikit dapat mengembalikan Bima enjadi daerah yang pemahaman dan aktualisasi agama Islamnya sangat baik. “Kita kembalikan ruh Bima ini seperti Bima tempo dulu yang sarat akan nilai-nilai keagamaan,” harapnya optimis. Prof. DR. Farouk Muhammad, pada kesempatan dialog tersebut menyampaikan rasa bangga dan terharunya atas kerja keras dan keberhasilan yang diraih oleh keluarga besar Ponpes Al-Maliki. Para santri yang mengenyam pendidikan di Ponpes Al-Miliki, ungkap Farouk, patut berbahagia karena bisa menjadi santri dibandingkan dengan teman-teman lainnya. “Di luar sana, banyak generasi kita meng¬alami dekradasi moral akibat penye¬rapan ilmu dan pergau¬lan yang tidak terkon¬trol,” ucapnya. Mantan Kapolda NTB ini¬pun berharap, kedepannya akan lahir pe¬mim¬pin-pemimpin yang lebih baik lagi bagi bangsa, daerah, dan agama, dari alumni-alumni Ponpes milik H. Fitrah Malik ini. Secara khusus, Garda Asakota meminta tanggapan Farouk terkait dengan penang¬kapan beberapa tersangka teroris di Bima. Ia berharap kepada seluruh elemen masya¬rakat, agar saling memperkuat diri di ling¬kungan masing-masing. Salah satu cara un¬tuk mengingatkan kepada seluruh masya¬rakat adalah seperti yang sering dilaku¬kannya apabila turun di tengah masyarakat dengan memberikan informasi yang jelas dan langkah-langkah apa yang harus dila¬kukan. “Sosialisasi apapun jangan hanya berpatokan kepada mekanisme formal semata, sebab sistem tersebut tidak lagi berpengaruh di tengah masyarakat. Seka¬rang masyarakat lebih cenderung melihat siapa yang menyampaikan informasi tersebut,” ungkapnya. Kepada pemerintah daerah dimintanya untuk membikin program-program yang dapat mengontrol isu-isu yang menyesatkan di tengah-tengah masyarakat. Begitupun kepada pihak kepolisian untuk meningkat¬kan lagi fungsi polisi masyarakat (Polmas) yang nantinya berfungsi untuk memfa¬silitasi masyarakat menjadi masyarakat yang tangguh menghadapi perubahan sosial yang ada. “Dan terakhir, waspadai warga yang baru masuk di lingkungan kita. Sebab biasanya kalau identitasnya tidak jelas kemungkinan mereka itu ada dua, yang pertama datang setelah bisa beradaptasi akan mencoba mengadu domba sehingga tidak ada lagi ketenangan, dan yang kedua adalah mereka itu pelarian baik terkait kasus kejahatan maupun terorisme,” tandasnya. (GA. 321*)
Keberhasilan pembinaan yang dilaku¬kan oleh keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Maliki di Desa Penapali Keca¬matan Woha Kabupaten Bima sebagai salah satu wadah pendidikan pilihan masyarakat Bima yang menggabungkan kurikulum umum dan kurikulum pondok, menarik perhatian anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Utusan NTB, Prof. DR. Brigjend (Purn) Farouk Muhammad,
untuk datang melihat dari dekat sekaligus melakukan dialog terbuka dengan civitas pondok dan masyarakat sekitar Ponpes Al-Miliki, Kamis lalu (20/4). Pimpinan Ponpes Al-Maliki, Drs. H. A. Fitrah Malik, pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa salah satu tujuan didirikannya Ponpes ini adalah sebagai salah satu wadah pengabdian terhadap tanah kelahiran Bima yang dicintai ini. Diakui¬nya, Bima dulu sangat terkenal sebagai salah satu daerah yang tingkat pemahaman dan aplikasi agamanya sangat tinggi di tengah-tengah masyarakat, namun pada akhir-akhir ini sangat merosot sekali di tengah gempuran modernisasi yang tidak difilter dengan baik oleh masyarakat Bima. Dia berharap, dengan munculnya Ponpes-ponpes semacam ini, sedikit demi sedikit dapat mengembalikan Bima enjadi daerah yang pemahaman dan aktualisasi agama Islamnya sangat baik. “Kita kembalikan ruh Bima ini seperti Bima tempo dulu yang sarat akan nilai-nilai keagamaan,” harapnya optimis. Prof. DR. Farouk Muhammad, pada kesempatan dialog tersebut menyampaikan rasa bangga dan terharunya atas kerja keras dan keberhasilan yang diraih oleh keluarga besar Ponpes Al-Maliki. Para santri yang mengenyam pendidikan di Ponpes Al-Miliki, ungkap Farouk, patut berbahagia karena bisa menjadi santri dibandingkan dengan teman-teman lainnya. “Di luar sana, banyak generasi kita meng¬alami dekradasi moral akibat penye¬rapan ilmu dan pergau¬lan yang tidak terkon¬trol,” ucapnya. Mantan Kapolda NTB ini¬pun berharap, kedepannya akan lahir pe¬mim¬pin-pemimpin yang lebih baik lagi bagi bangsa, daerah, dan agama, dari alumni-alumni Ponpes milik H. Fitrah Malik ini. Secara khusus, Garda Asakota meminta tanggapan Farouk terkait dengan penang¬kapan beberapa tersangka teroris di Bima. Ia berharap kepada seluruh elemen masya¬rakat, agar saling memperkuat diri di ling¬kungan masing-masing. Salah satu cara un¬tuk mengingatkan kepada seluruh masya¬rakat adalah seperti yang sering dilaku¬kannya apabila turun di tengah masyarakat dengan memberikan informasi yang jelas dan langkah-langkah apa yang harus dila¬kukan. “Sosialisasi apapun jangan hanya berpatokan kepada mekanisme formal semata, sebab sistem tersebut tidak lagi berpengaruh di tengah masyarakat. Seka¬rang masyarakat lebih cenderung melihat siapa yang menyampaikan informasi tersebut,” ungkapnya. Kepada pemerintah daerah dimintanya untuk membikin program-program yang dapat mengontrol isu-isu yang menyesatkan di tengah-tengah masyarakat. Begitupun kepada pihak kepolisian untuk meningkat¬kan lagi fungsi polisi masyarakat (Polmas) yang nantinya berfungsi untuk memfa¬silitasi masyarakat menjadi masyarakat yang tangguh menghadapi perubahan sosial yang ada. “Dan terakhir, waspadai warga yang baru masuk di lingkungan kita. Sebab biasanya kalau identitasnya tidak jelas kemungkinan mereka itu ada dua, yang pertama datang setelah bisa beradaptasi akan mencoba mengadu domba sehingga tidak ada lagi ketenangan, dan yang kedua adalah mereka itu pelarian baik terkait kasus kejahatan maupun terorisme,” tandasnya. (GA. 321*)