Kota Bima, Garda Asakota.-
Drg. Yuni Ardie, yang sebelumnya sempat ditangkap, Jumat (13/4) lalu, bersama dr. Kamaluddin, akhirnya bisa bernapas lega. Pasalnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri, telah melepasnya dari jeratan hukum teroris. Dokter gigi yang berpraktek di lingkungan Pane Kota Bima ini, tidak terbukti terlibat menyembunyikan tersangka teroris, dr. Kamaluddin, yang memang telah lama menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO). Sejak hari Minggu (22/4), dokter Yuni,
sudah kembali bercengkrama dengan ke¬luarga yang dicintainya. Terang saja, perte¬muan dengan seluruh keluarga besarnya, cukup mengharukan, apalagi di tengah suasana itu, Ibunda dokter Yuni ada di tengah mereka. “Al-Ham¬dulillah, saya tidak terbukti telah menyem¬bunyikan seseorang yang terduga teroris,” ucapnya. Diakuinya, Densus 88 salah tangkap dirinya, dan sebenarnya yang menjadi target adalah Kamaluddin, yang menjadi DPO. Diakuinya pula, Kamaluddin bekerja sebagai stafnya di praktek sejak tiga bulan lalu. Namun dalam pemeriksaan, Densus sendiri tidak bisa membuktikan keterlibatan dirinya dalam jaringan teroris, seperti yang diduga selama ini. “Selama ditangkap saya diperlakukan dengan baik,” katanya seraya meminta warga masyarakat untuk tidak mempercayai isu yang mencuat sebelum¬nya, bahwa dirinya diduga teroris. Seperti dilansir Garda Asakota sebe¬lumnya, Kota Bima kembali dihebohkan informasi adanya penangkapan dua orang warga oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri. Salah satu dari keduanya diketahui bernama, drg. Yuni Ardhie, yang berpraktek di kediamannya Rt.02/Rw.01 lingkungan Pane Kecamatan Rasanae Barat. Sedangkan satunya lagi, Kamaluddin, disebut-sebut ‘menyamar’ sebagai asisten pribadinya dokter Yuni. Berdasarkan informasi yang dihimpun Garda Asakota dari berbagai sumber, Kama¬luddin sebenarnya juga seorang dokter, na¬mun teridentifikasi terlibat dalam jaringan terorisme Cikampek, Jawa Barat. Diduga, Dia juga teridentifikasi pernah mengikuti pelatihan terorisme di Aceh, dan dikenal se¬bagai ahli persenjataan. Ia dika¬bar¬kan juga terlibat dari aksi terorisme di Poso, dan ka¬bur kemudian bersembunyi di Bima, NTB. Namun belakangan, hasil penye¬lidikan Densus 88, dokter Yuni dipastikan tidak terlibat jaringan teroris ataupun menyem¬bunyikan pelaku terror, sementara Kama¬luddin, menurut informasi wartawan, hingga saat ini masih diperiksa oleh Densus 88 di Mabes Polri Jakarta. (GA. 212*)
Drg. Yuni Ardie, yang sebelumnya sempat ditangkap, Jumat (13/4) lalu, bersama dr. Kamaluddin, akhirnya bisa bernapas lega. Pasalnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri, telah melepasnya dari jeratan hukum teroris. Dokter gigi yang berpraktek di lingkungan Pane Kota Bima ini, tidak terbukti terlibat menyembunyikan tersangka teroris, dr. Kamaluddin, yang memang telah lama menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO). Sejak hari Minggu (22/4), dokter Yuni,
sudah kembali bercengkrama dengan ke¬luarga yang dicintainya. Terang saja, perte¬muan dengan seluruh keluarga besarnya, cukup mengharukan, apalagi di tengah suasana itu, Ibunda dokter Yuni ada di tengah mereka. “Al-Ham¬dulillah, saya tidak terbukti telah menyem¬bunyikan seseorang yang terduga teroris,” ucapnya. Diakuinya, Densus 88 salah tangkap dirinya, dan sebenarnya yang menjadi target adalah Kamaluddin, yang menjadi DPO. Diakuinya pula, Kamaluddin bekerja sebagai stafnya di praktek sejak tiga bulan lalu. Namun dalam pemeriksaan, Densus sendiri tidak bisa membuktikan keterlibatan dirinya dalam jaringan teroris, seperti yang diduga selama ini. “Selama ditangkap saya diperlakukan dengan baik,” katanya seraya meminta warga masyarakat untuk tidak mempercayai isu yang mencuat sebelum¬nya, bahwa dirinya diduga teroris. Seperti dilansir Garda Asakota sebe¬lumnya, Kota Bima kembali dihebohkan informasi adanya penangkapan dua orang warga oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri. Salah satu dari keduanya diketahui bernama, drg. Yuni Ardhie, yang berpraktek di kediamannya Rt.02/Rw.01 lingkungan Pane Kecamatan Rasanae Barat. Sedangkan satunya lagi, Kamaluddin, disebut-sebut ‘menyamar’ sebagai asisten pribadinya dokter Yuni. Berdasarkan informasi yang dihimpun Garda Asakota dari berbagai sumber, Kama¬luddin sebenarnya juga seorang dokter, na¬mun teridentifikasi terlibat dalam jaringan terorisme Cikampek, Jawa Barat. Diduga, Dia juga teridentifikasi pernah mengikuti pelatihan terorisme di Aceh, dan dikenal se¬bagai ahli persenjataan. Ia dika¬bar¬kan juga terlibat dari aksi terorisme di Poso, dan ka¬bur kemudian bersembunyi di Bima, NTB. Namun belakangan, hasil penye¬lidikan Densus 88, dokter Yuni dipastikan tidak terlibat jaringan teroris ataupun menyem¬bunyikan pelaku terror, sementara Kama¬luddin, menurut informasi wartawan, hingga saat ini masih diperiksa oleh Densus 88 di Mabes Polri Jakarta. (GA. 212*)