Dompu, Garda Asakota.-
Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan masyarakat, dampak ekstrim dari perubahan iklim terutama terjadinya kenaikan tempe¬ratur serta pergeseran musim. Pola musim menunjukkan ketidak-beraturan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini dimana
hingga kini dapat mengganggu kehidupan masyarakat yang mata pencahariannya sangat tergantung pada curah hujan. Mun¬culnya kondisi cuaca ekstrim yang seing terjadi ini menimbulkan berabagai bencana diantaranya banjir dan tanah longsor. Masyarakat petani yang tinggal di kawa¬san Tambora banyak mengalami penurunan produksi Jambu Mente sebagai akibat dari curah hujan yang begitu tinggi serta ber¬dam¬pak pada penurunan penghasilan petani sehingga mengakibatkan pula menurunya daya beli petani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tantangan gagal panen Mente yang dialami oleh petani berpengauh pada tujuan pencapaian pembangunan masyarakat di Kabupaten dompu, dengan perubahan iklim maupun bencana yang di akibatkan oleh perubahan iklim dan bencana secara alami yang akhir-akhir ini semakin sering terjadi, menuntut para pemnggku kepentingan pem¬bangunan untuk memasukan aspek bencana ke dalam pembangunan masyarakat. Menurut Ketua Forum Masyarakat Kawasan Tambora (FMKT), Hasdin Kasipahu, keberhasilan pembangunan juga dipengaruhi oleh keberhasilan dalam menangggulangi bencana, dan keberhasilan dalam penanggulangan bencana tergantung pada upaya-upaya yang ilakukan sebelum bencana itu dating. “Dan untuk memani¬malisir dampak yang diakibatkan oleh suatu bencana. Kesiapan di setiap siklus pengelo¬laan bencana ini akan membantu untuk ke¬ber¬hasilan pembangunan yang berkelanju¬tan,” ungkapnya di sela-sela pertemuan Antisipasi Pengurangan Resiko Bencana (PRB) yang diadakan oleh World Neighbors (WN) bersama Forum Masyarakat Kawasan Tambora (FMKT) di aula kantor Bappeda Kabupaten Dompu baru-baru ini. Menurutnya, dalam pertemuan yang turut dihadiri oleh beberapa utusan SKPD Pemkab Dompu seperti Kantor Badan Penanggulangan Bencana (BPBD), Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Diskoperin¬dag¬tamben, Dinas Sosial, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), PU, DPRD, BP3KP dan KLH, itu, terhimpun sebuah komitmen untuk berupaya menyelamatkan lingkungan serta meningkatkan pengetahuan masyara¬kat tentang isu-isu perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya. Sebagaimana diketahui, kata dia, perta¬nian dan perkebunan (Taman Komoditi ) sangat tergantung pada cuaca dan iklim, pasalnya perubahan iklim sangat berdam¬pak langsung terhadap produksi dan pro¬duk¬tivitas pertanian sehingga mengakibat¬kan perekonomian petani menurun. “Maka dalam hal inilah WN dan FMKT terdorong mengembangkan program yang memasu¬kan isu-isu perubahan iklim sebagai faktor penting dalam pembangunan. Sudah saatnya masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha serta multi-pihak menyatukan perspsi tentang kepedulian terhadap bencana,” tegasnya seraya berharap dalam pertemuan tersebut akan lahir rencana aksi pengelolaan bencana dan peran masing-masing pihak dalam pengurangan bencana. (GA. 555*)
Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan masyarakat, dampak ekstrim dari perubahan iklim terutama terjadinya kenaikan tempe¬ratur serta pergeseran musim. Pola musim menunjukkan ketidak-beraturan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini dimana
hingga kini dapat mengganggu kehidupan masyarakat yang mata pencahariannya sangat tergantung pada curah hujan. Mun¬culnya kondisi cuaca ekstrim yang seing terjadi ini menimbulkan berabagai bencana diantaranya banjir dan tanah longsor. Masyarakat petani yang tinggal di kawa¬san Tambora banyak mengalami penurunan produksi Jambu Mente sebagai akibat dari curah hujan yang begitu tinggi serta ber¬dam¬pak pada penurunan penghasilan petani sehingga mengakibatkan pula menurunya daya beli petani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tantangan gagal panen Mente yang dialami oleh petani berpengauh pada tujuan pencapaian pembangunan masyarakat di Kabupaten dompu, dengan perubahan iklim maupun bencana yang di akibatkan oleh perubahan iklim dan bencana secara alami yang akhir-akhir ini semakin sering terjadi, menuntut para pemnggku kepentingan pem¬bangunan untuk memasukan aspek bencana ke dalam pembangunan masyarakat. Menurut Ketua Forum Masyarakat Kawasan Tambora (FMKT), Hasdin Kasipahu, keberhasilan pembangunan juga dipengaruhi oleh keberhasilan dalam menangggulangi bencana, dan keberhasilan dalam penanggulangan bencana tergantung pada upaya-upaya yang ilakukan sebelum bencana itu dating. “Dan untuk memani¬malisir dampak yang diakibatkan oleh suatu bencana. Kesiapan di setiap siklus pengelo¬laan bencana ini akan membantu untuk ke¬ber¬hasilan pembangunan yang berkelanju¬tan,” ungkapnya di sela-sela pertemuan Antisipasi Pengurangan Resiko Bencana (PRB) yang diadakan oleh World Neighbors (WN) bersama Forum Masyarakat Kawasan Tambora (FMKT) di aula kantor Bappeda Kabupaten Dompu baru-baru ini. Menurutnya, dalam pertemuan yang turut dihadiri oleh beberapa utusan SKPD Pemkab Dompu seperti Kantor Badan Penanggulangan Bencana (BPBD), Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Diskoperin¬dag¬tamben, Dinas Sosial, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), PU, DPRD, BP3KP dan KLH, itu, terhimpun sebuah komitmen untuk berupaya menyelamatkan lingkungan serta meningkatkan pengetahuan masyara¬kat tentang isu-isu perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya. Sebagaimana diketahui, kata dia, perta¬nian dan perkebunan (Taman Komoditi ) sangat tergantung pada cuaca dan iklim, pasalnya perubahan iklim sangat berdam¬pak langsung terhadap produksi dan pro¬duk¬tivitas pertanian sehingga mengakibat¬kan perekonomian petani menurun. “Maka dalam hal inilah WN dan FMKT terdorong mengembangkan program yang memasu¬kan isu-isu perubahan iklim sebagai faktor penting dalam pembangunan. Sudah saatnya masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha serta multi-pihak menyatukan perspsi tentang kepedulian terhadap bencana,” tegasnya seraya berharap dalam pertemuan tersebut akan lahir rencana aksi pengelolaan bencana dan peran masing-masing pihak dalam pengurangan bencana. (GA. 555*)