Masyarakat Ingin Buktikan Lambu Sangat KondusifBima, Garda Asakota.-
Merefleksikan kembali berbagai peris¬tiwa ‘anarkhis’ yang terjadi dan dialami segenap warga masyarakat di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima beberapa bulan silam, digelar acara Do’a Dana dan Dzikir Akbar yang dipusatkan di Lapangan Temba Romba Desa Rato, Kamis lalu (27/9). Selain sebagai ajang silaturrahmi dan momentum puncak Rekonsiliasi antara warga masyara¬kat
dengan Pemerintah, aca¬ra ini juga seka¬li¬gus dikemas sebagai momentum permo¬ho¬nan ampunan kepada Allah SWT dan permohonan ma’af kepada warga Negara atas kejadian dan akibat di¬tim-bulkan¬nya selama ‘Lambu Bergejolak’. Ber¬kumpulnya ‘lautan massa’ ini, juga sebagai momentum untuk memberikan keyakinan dan sekaligus upaya mensucikan pikiran banyak pihak yang sampai saat ini menganggap masyarakat Kecamatan Lambu sebagai masyarakat yang buas, hobi bertengkar, suka merusak dan tidak bisa hidup rukun. Sayangnya, momentum baik yang dihadiri oleh ribuan masyarakat, Camat Lambu, seluruh jajaran kepala sekolah, KUPT Dikpora, KUPT Kehutanan Lambu, para Kepala Desa, dan Ketua MUI Kecamatan Lambu ini, tidak dihadiri oleh Bupati Bima, H. Ferry Zulkarnain, dan hal ini tentu sangat disayangkan, padahal masyarakat mengharapkan kehadiran orang nomor satu di Kabupaten Bima itu. Meski demikian, tanpa kehadiran Bupati Bima atau Pejabat yang mewakili, ke¬khusyuan acara Do’a Dana dan Dzikir Akbar itu tetap berlangsung. Merdunya lan¬tu¬nan ritual dzikir yang dipimpin langsung oleh Ustad Abdul Khalik, S. Ag, mampu membius warga masyarakat Lambu hingga membuat suasana hening. Pantauan langsung Garda Asakota, setelah ritual Do’a Dana dan Dzikir Akbar, acara dilanjutan dengan taujiah yang disam¬paikan oleh Ustadz, Drs. H. M. Shatur. Warga masyarakat diingatkan bahwa, dalam kehidupan ini harus memperbanyak dzikir, sebab dengan dzikir hati akan menjadi la-pang dan tenang. Pada kesempatan itu pula, Shatur mengajak segenap warga masyara¬kat Lambu untuk saling memaafkan antara satu sama lain, serta mengajak untuk perbanyak Istigfar. “Karena dalam bahasa komputer Istigfar itu adalah alat scan untuk membersihkan virus-virus yang ada dalam hati,” ujarnya. Sementara itu, Camat Lambu, Drs. Mustafa, M.AP, mengakui bahwa, kegiatan yang dihelat pihaknya itu dilakukan sebagai ajang silaturahmi antara pemerintah terhadap masyarakat, dan untuk menepis terkait banyaknya tudingan dari orang-orang yang menilai bahwa masyarakat Lambu adalah masyarakat yang buas. Padahal kondisi yang sebenarnya saat ini, kata dia, masyarakat Kecamatan Lambu telah dapat menjalani aktivitas keseharian¬nya dengan penuh rasa aman, ramah, santun dan saling menghormati antara satu sama lain. “Karena sejak tujuh bulan terakhir ini, kami telah berusaha sungguh-sungguh merajut kembali rasa ukhuwah Islamiah dan solidaritas sosial pasca kerusuhan tahun 2010/2011,” ucapnya. Selaku pemerintah Kecamatan pihaknya telah melakukan berbagai upaya pemulihan pasca tragedy Lambu diantaranya dengan membangun komunitas lintas batas yang menembus seluruh lapisan masyarakat, menembus batas waktu sebagai aparatur pemerintah yang secara normatif hanya bekerja dari jam 07.00 sampai jam 14.00. “Namun hal itu dirasa belum cukup, sehingga kami juga harus melakukan sila¬turahmi, melakukan kunjungan keluarga, mengadakan dan mengikuti pertemuan masyarakat dan pemuda di kampung-kampung di mushola dan masjid, bahkan di lapangan terbuka dengan do’a dan harapan semoga kesholehan yang diwarisi leluhur mewarnai kehidupan masyarakat kecamatan Lambu,” paparnya. KOPEM Nilai Warga Lambu Hidup Dibawah Tekanan Psikologis Komisi Peduli Masyarakat (KOPEM) Kecamatan Lambu Kabupaten Bima menilai bahwa selama ini warga masyarakat di Lambu hidup dibawah tekanan intimidasi secara psikologis, penuh dengan keresahan dan rasa takut. Pengurus KOPEM, Fendi, kepada wartawan mengaku sangat menya-yangkan adanya tindakan sekelompok oknum masyarakat yang berdampak pada penderitaaan masyarakat Lambu secara menyeluruh. “Dan sekarang kami telah sadar bahwa apa yang telah terjadi selama ini adalah sebuah kebodohan dan pem¬bodohan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. 99 % masyarakat Lambu saat ini sudah mulai jenuh dan gerah melihat tindakan sekelompok oknum masyarakat yang mengatasnamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelom¬pok¬nya, yang selalu membuat kegaduhan dan kerusuhan masyarakat Lambu,” katanya. Sebenarnya, kata dia, warga masyarakat Lambu patut bersyukur kepada Pemerintah yang begitu sabar dan bijak menanggapi ber¬ bagai persoalan dan isu. Untuk itu, sela¬ku un¬sur pemuda yang tergabung dalam KOPEM Lambu, dirinya mengajak dan meng¬himbau pada masyarakat yang sadar akan hidup bermasyarakat dan segenap tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, para alim ulama, generasi muda, agar bangkit dan menyadari bahwa men¬ciptakan keda¬maian itu sangat indah. “Saya mengajak seluruh komponen dan lapisan masyarakat Lambu untuk bersatu mera¬patkan barisan, menciptakan lingkungan dan keamanan yang kondusif,” ajaknya. (GA. 333*)