Bima, Garda Asakota.-
Ironis nasib yang dialami Iwan Abdullah (38 thn) pasien miskin pengguna kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) warga asal Desa Piong Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. Korban harus meregang nyawa, tanpa pertolongan maksimal dari tenaga medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima, dengan dalih tidak memiliki Kartu Ke¬luarga.
Hal ini dituturkan keluarga korban Shrl (26-thn), kepada sejumlah warta¬wan, pasien yang telah meninggal awalnya dirawat di zal penyakit dalam RSUD Bima. “Cerita ini saya pendam sejak di Instalasi Gawat Darurat (IGD) minggu lalu, karena waktu itu sama sekali tidak mendapat pelayanan dan penanganan serius dari tenaga medis RSUD Bima, hanya karena tidak bisa menunjukan Kartu Keluarga sebagai prasyarat administrasi bagi pasien yang menggunakan kartu Jamkesmas,” akunya belum lama ini. Yang lebih miris, kata Shrl, almarhum yang didiagnosa mengidap penyakit gangguan hati, sempat dicabut cairan infus yang sudah terpasang ditubuh pasien oleh tenaga medis setempat, karena alasan yang sama. Saat ditanya apa jenis obat yang mesti dibeli keluarga pasien untuk penanganan lebih lanjut guna menyembuhkan almar¬hum, tidak diberitahu tenaga medis RSUD Bima. “Kami belum bisa menyodorkan resep obat pasien, sebelum kartu keluarga diserahkan keluarga untuk kelengakapan syarat administrasi pasien Jamkesmas,” kata Shrl menceritakan kembali jawaban tenaga medis. Bahkan kata dia, meski tidak menye¬butkan bahwa telah terjadi malpraktek terhadap penanganan pasien yang telah merenggut nyawa di zal penyakit dalam, selama satu hari lebih dirawat di RSUD Bima hingga almarhum mengehembuskan nafas terkahir, hanya satu kali perlakuan dokter special pada pada pasien. Dan selama itu pula katanya, tidak ada obat dan pelayanan yang maksimal diberikan pihak RSUD Bima. “Bukannya dirawat, malah cairan infus yang terpasang dicabut perawat,” cetusnya. Meski dirinya selaku keluarga mengakui bahwa kematian sebuah takdir, tetapi yang disesalkan pihak keluarga ujarnya, pe¬nanga¬nan pasien mesti dikedepankan secara maskimal. Artinya ada usaha dan tindakan penyelamatan yang dilakukan pihak RSUD Bima pada setiap pasien hingga tidak terjadi kematian sebagaimana dialami keluarganya yang tanpa penanganan dan pelayanan pihak medis. Soal belum diserahkannya kartu keluarga sebagaimana permintaan pihak RSUD Bima bagi pasien miskin pengguna kartu Jamksemas, kata dia, murni keterlambatan akibat tempat tinggal yang jauh dari RSUD Bima. Sebagai pihak keluarga yang dikece¬wakan pelayanan RSUD, Shrl, berharap kejadian dan bentuk pelayanan yang tidak becus yang terkesan tidak manusiawi hingga berdampak fatal pada nyawa pasien tidak terulang lagi dan dialami pasien lain. “Kami tidak akan menuntut, hanya mengeluhkan pelayanan yang tidak maksi¬mal pihak RSUD,” keluhnya. Sementara itu, Direktur RSUD Bima, Dr. HM Ali, yang dimintai tanggapan via handphone, menga¬ku tidak tahu kalau ada pasien yang diter¬lantarkan hingga meninggal dunia, karena alasan tidak menyerahkan kartu keluarga sebagai prasyarat administrasi pasien pengguna kartu Jamkesmas. Saking tidak tahunya, Direktur yang baru dilantik menggantikan Direktur lama, dr. Hj. Tini Wijanari ini, malah balik ber¬tanya pasien dirawat di zal mana dan apa penya¬kitnya. Maksudnya, agar pihaknya dapat mengkoordinasikan pada pengang¬gung jawab ruangan dan pada dokter yang menanganinya, “Saya tanya dulu sama penanggung jawab ruangan dan dokter yang menanganinya,” ucapnya singkat, Jumat lalu (5/10). (GA. 334*)
Ironis nasib yang dialami Iwan Abdullah (38 thn) pasien miskin pengguna kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) warga asal Desa Piong Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. Korban harus meregang nyawa, tanpa pertolongan maksimal dari tenaga medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima, dengan dalih tidak memiliki Kartu Ke¬luarga.
Hal ini dituturkan keluarga korban Shrl (26-thn), kepada sejumlah warta¬wan, pasien yang telah meninggal awalnya dirawat di zal penyakit dalam RSUD Bima. “Cerita ini saya pendam sejak di Instalasi Gawat Darurat (IGD) minggu lalu, karena waktu itu sama sekali tidak mendapat pelayanan dan penanganan serius dari tenaga medis RSUD Bima, hanya karena tidak bisa menunjukan Kartu Keluarga sebagai prasyarat administrasi bagi pasien yang menggunakan kartu Jamkesmas,” akunya belum lama ini. Yang lebih miris, kata Shrl, almarhum yang didiagnosa mengidap penyakit gangguan hati, sempat dicabut cairan infus yang sudah terpasang ditubuh pasien oleh tenaga medis setempat, karena alasan yang sama. Saat ditanya apa jenis obat yang mesti dibeli keluarga pasien untuk penanganan lebih lanjut guna menyembuhkan almar¬hum, tidak diberitahu tenaga medis RSUD Bima. “Kami belum bisa menyodorkan resep obat pasien, sebelum kartu keluarga diserahkan keluarga untuk kelengakapan syarat administrasi pasien Jamkesmas,” kata Shrl menceritakan kembali jawaban tenaga medis. Bahkan kata dia, meski tidak menye¬butkan bahwa telah terjadi malpraktek terhadap penanganan pasien yang telah merenggut nyawa di zal penyakit dalam, selama satu hari lebih dirawat di RSUD Bima hingga almarhum mengehembuskan nafas terkahir, hanya satu kali perlakuan dokter special pada pada pasien. Dan selama itu pula katanya, tidak ada obat dan pelayanan yang maksimal diberikan pihak RSUD Bima. “Bukannya dirawat, malah cairan infus yang terpasang dicabut perawat,” cetusnya. Meski dirinya selaku keluarga mengakui bahwa kematian sebuah takdir, tetapi yang disesalkan pihak keluarga ujarnya, pe¬nanga¬nan pasien mesti dikedepankan secara maskimal. Artinya ada usaha dan tindakan penyelamatan yang dilakukan pihak RSUD Bima pada setiap pasien hingga tidak terjadi kematian sebagaimana dialami keluarganya yang tanpa penanganan dan pelayanan pihak medis. Soal belum diserahkannya kartu keluarga sebagaimana permintaan pihak RSUD Bima bagi pasien miskin pengguna kartu Jamksemas, kata dia, murni keterlambatan akibat tempat tinggal yang jauh dari RSUD Bima. Sebagai pihak keluarga yang dikece¬wakan pelayanan RSUD, Shrl, berharap kejadian dan bentuk pelayanan yang tidak becus yang terkesan tidak manusiawi hingga berdampak fatal pada nyawa pasien tidak terulang lagi dan dialami pasien lain. “Kami tidak akan menuntut, hanya mengeluhkan pelayanan yang tidak maksi¬mal pihak RSUD,” keluhnya. Sementara itu, Direktur RSUD Bima, Dr. HM Ali, yang dimintai tanggapan via handphone, menga¬ku tidak tahu kalau ada pasien yang diter¬lantarkan hingga meninggal dunia, karena alasan tidak menyerahkan kartu keluarga sebagai prasyarat administrasi pasien pengguna kartu Jamkesmas. Saking tidak tahunya, Direktur yang baru dilantik menggantikan Direktur lama, dr. Hj. Tini Wijanari ini, malah balik ber¬tanya pasien dirawat di zal mana dan apa penya¬kitnya. Maksudnya, agar pihaknya dapat mengkoordinasikan pada pengang¬gung jawab ruangan dan pada dokter yang menanganinya, “Saya tanya dulu sama penanggung jawab ruangan dan dokter yang menanganinya,” ucapnya singkat, Jumat lalu (5/10). (GA. 334*)