Bima, Garda Asakota.-Proyek penataan lapangan Desa Keli Kecamatan Woha Kabupaten Bima yang dikerjakan melalui anggaran Dinas Pekerjaaan Umum (PU) menuai aksi protes dari sejumlah warga. Sebagian warga menolak adanya pengadaan lapangan volley-ball dibalik penataan itu karena dianggap akan mempersempit lokasi lapangan. Sayangnya, aksi protes yang disuarakan warga melalui Gerakan PemudaPeduli Samili (GPPS) Rabu siang (9/10) terjadi bentrok,
dengan warga lain yang justru menyatakan kesepakatan dihadirkannya lapangan volley-ball di kawasan itu. Akibatnya, seorang massa aksi, Hamzah mengalami luka di bagian tangan kanannya.Massa aksi awalnya melakukan blokir jalan umum di desa setempat serta berorasi secara bergantian. Mereka mempertanyakan sikap tidak transparannya pihak pemerintah terkait pembangunan lapangan volley tersebut. Padahal di mata mereka, lokasi untuk pembangunan lapangan volley tidak layak. “Bukannya menolak, tapi kita minta dicarikan tempat lainnya saja,” pinta warga. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bima, Ir. H. Nggempo, yang dimintai tanggapannya menjelaskan bahwa pada prinsipnya proyek penataan lapangan Samili dengan dana sekitar Rp900 juta itu tidak ada masalah. Hanya saja diakuinya bahwa ketika akan dibangun item lapangan volley-ball, muncul pro dan kontra di masyarakat. “Bagi kita tidak ada masalah, silahkan masyarakat berembuk dulu, apakah setuju dibangun lapangan volley ball atau tidak. Kita kembalikan ke masyarakat untuk merembuknya,” ujar Nggempo.
Dia menegaskan bahwa, pembangunan lapangan volley ball itu adalah salah satu item penataan lapangan Samili, jika kemudian masyarakat sepakat tidak dibangun lapangan volley-ball, maka bisa saja dananya akan dialihkan ke item pekerjaan lain sesuai keinginan masyarakat setempat. “Bagaimana solusinya, sampai saat ini kita masih menunggu surat resmi masyarakat setelah diberikan ruang untuk urung-rembuk,” tandasnya. (GA. 212*)
dengan warga lain yang justru menyatakan kesepakatan dihadirkannya lapangan volley-ball di kawasan itu. Akibatnya, seorang massa aksi, Hamzah mengalami luka di bagian tangan kanannya.Massa aksi awalnya melakukan blokir jalan umum di desa setempat serta berorasi secara bergantian. Mereka mempertanyakan sikap tidak transparannya pihak pemerintah terkait pembangunan lapangan volley tersebut. Padahal di mata mereka, lokasi untuk pembangunan lapangan volley tidak layak. “Bukannya menolak, tapi kita minta dicarikan tempat lainnya saja,” pinta warga. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bima, Ir. H. Nggempo, yang dimintai tanggapannya menjelaskan bahwa pada prinsipnya proyek penataan lapangan Samili dengan dana sekitar Rp900 juta itu tidak ada masalah. Hanya saja diakuinya bahwa ketika akan dibangun item lapangan volley-ball, muncul pro dan kontra di masyarakat. “Bagi kita tidak ada masalah, silahkan masyarakat berembuk dulu, apakah setuju dibangun lapangan volley ball atau tidak. Kita kembalikan ke masyarakat untuk merembuknya,” ujar Nggempo.
Dia menegaskan bahwa, pembangunan lapangan volley ball itu adalah salah satu item penataan lapangan Samili, jika kemudian masyarakat sepakat tidak dibangun lapangan volley-ball, maka bisa saja dananya akan dialihkan ke item pekerjaan lain sesuai keinginan masyarakat setempat. “Bagaimana solusinya, sampai saat ini kita masih menunggu surat resmi masyarakat setelah diberikan ruang untuk urung-rembuk,” tandasnya. (GA. 212*)