Mataram, Garda Asakota.-
Kendati
terbilang singkat, masa kepemimpinan Bupati Bima, Drs. H. Syafruddin HM.
Nur, M.Pd, bakal dikenang sejarah bila bisa mengembalikan passion atau
energi Al-quran dengan cara mengevaluasi kembali hubungan yang harmonis dengan
Alquran, yang memang sudah menunjukkan gejala menjauh dari masyarakat Bima.
Indikasinya tampak dari kultus invidu pada diri pemimpin, menyikapi jabatan
sebagai secara berlebihan baik kala naik apalagi turun serta praktik seks
bebas, penggunaan miras dan narkoba yang kian akut di kalangan kaum muda.
Demikian rangkuman wawancara dengan Muslimin Hamzah, kritikus sejarah Bima di
Mataram, Rabu (17/2).
Menurut
dia, implementasinya dari menguatkan kembali hubungan yang harmonis dengan
Alquran itu antara lain dengan memunculkan rasa cinta Alquran lewat program
hafal Alquran one day ane ayat (satu hari satu ayat) di kalangan pejabat
dan pelajar/mahasiswa. Selama ini gerakan Membumikan Alquran sudah dilakukan
lewat khataman massal serta MTQ antar pejabat.
Nah, kata Muslimin menguatkan
kembali hubungan ini tidak sekadar seremoni
karena nyatanya ada pejabat yang “nekad” mengaji Alquran dengan membaca
huruf latinnya. Begitu pun pelajar, nyatanya menurut seorang tim penilai dari
provinsi ada pelajar di Bima yang tidak mampu menghafal Surat Fatihah ketika
dites ulang usai wisuda khataman.
Langkah
ini perlu ditempuh, menurut Muslimin karena Bima saat ini kehilangan
keberkahan sebagai daerah Islami akibat wabah demoralisasi pejabat serta
degradasi akhlak kaum muda. Sebagai obat, Alquran bisa menjadi solusi untuk
menyembuhkan aneka penyakit sosial yang merebak di Bima saat ini. Gelombang demoralisasi
pejabat yang akut ditandai dengan korupsi serta cinta harta dan jabatan yang
berlebihan akan terus mengancam. Sementara kerusakan moral kaum muda tampak
dari kian tingginya penggunaan narkoba dan miras serta seks bebas. Jika ini
dibiarkan, penulis buku Gajah Mada itu yakin, “Bima akan kehilangan generasi
unggul, kalah jauh dari daerah lain di Indonesia”.
Di
mata pengkritik sejarah Bima itu menilai usaha Membumikan Alquran tidak sekadar
jargon tapi dalam arti yang sebenar-benarnya dengan menetapkan jumlah hafalan
dalam hitungan juz bagi lulusan SD, SMP dan SMK/SMK/MTS. Untuk aparatur pun
tidak sekadar MTQ antarpejabat tapi diharus menghafal sekian juz untuk setiap
kenaikan jabatan. Muslimin Hamzah yakin Bupati H Syafruddin bakal mampu
mewujudkan hal itu karena Bima punya modal spiritual sebagai daerah Islami yang
punya riwayat panjang dalam sejarah.
Tentu
tidak berhenti di situ tapi melangkah ke visi yang jauh lebih agung yakni menciptakan
Bima sebagai kabupaten Qurani dengan mencetak dalam setahun ini minimal 100
hafidz atau penghafal Alquran.
Sebagai
gambaran, kata putra Silaini, Lombok saat ini punya hampir 1 juta penghafal
Alquran dan sekitar 1000 kandidat doktor Islam untuk aneka keahlian seperti
ekonomi Syariah, tafsir, fikih serta hadis yang tersebar di perguruan-perguruan
tinggi Islam bergengsi di Timur Tengah hingga Afrika seperti di Universitas Al
Azhar di Mesir, Universitas King Saud Mekah serta Madinah, Yordania, Syria,
Sudan, Iran, Irak, Kuwait serta Uni Emirat Arab.
Muslimin
mengingatkan penglaman Bima era terdahulu ketika Sultan M. Salahuddin mengirim
santri-santri terbaik Bima ke Mekah di abad ke-20 dengan biaya kesultanan.
Generasi Qurani gelombang pertama itu terbukti mampu melakukan reformasi sosial
dan pendidikan bahkan ekonomi di Bima hingga daerah ini pernah jaya. Di era
sekarang, katanya, dengan infrastruktur yang bagus, uang pemerintah yang
tersedia, hal itu akan mampu dilakukan untuk mengirim generasi Qurani, sebut
saja gelombang kedua, ke perguruan tinggi terbaik di Timur Tengah. Seperti
kecenderungan ekonomi Syariah dengan munculnya bank-bank Syariah di Tanah Air,
Bima seperti bukan bagian dari dinamika itu. Nah, untuk menyongsong era syariah
sekarang, Muslimin menilai perlu lapisan generasi muda yang jago dalam hal ini.
Begitu pun kecenderungan fikih sosial yang sangat dinamis, orang Bima juag
seperti jauh tertinggal dari fenomena tersebut.
Muslimin
menyarankan, untuk langkah pertama Bupati H Syafruddin bisa memberikan
beasiswa 10-50 orang pelajar/santri ke Timur Tengah. Jumlah itu bisa bertambah
dari tahun ke tahun sesuai dengan kemampuan daerah. “Saya yakin, meskipun terbilang
singkat, kepemimpinan H. Syafruddin
mampu melakukan lompatan kuantum mengembangkan sumber daya manusia
khususnya kaum muda. Faktanya Bima kini miskin generasi unggul. Dalam kompetisi
IPA, secara keseluruhan Bima selalu kalah dari Lombok dan Sumbawa”.
Lebih
dari itu, menurut Muslimin Hamzah, H. Safru sendiri harus menunjukkan
integritas dengan mengedepankan akhlak Islami. Dalam mengangkat pejabat
misalnya bukan karena faktor kedekatan semata tapi mengedepankan merit atau
kecakapan atau kualitas. Untuk balas jasa pada tim sukses misalnya, berikan
kesempatan pada dia selama enam bulan. Jika tidak berprestasi, copot dia. Hilangkan dendam, sak wasangka serta laporan
ABS orang-orang dekat karena hal itu cenderung membutakan dan menghancurkan.
Bima
juga kini mengalami krisis keteladanan. Muslimin berharap Bupati Syafru pun
kiranya mampu memberi keteladaan dalam sikap dan perilaku, tidak terjebak
kesalahan masa lalu cenderung dikultus, dihormati berlebihan seolah-olah
didewa-dewakan dengan pejabat yang mengekor ke mana-mana, kemudian hanya
mengurus proyek dan kepentingan diri serta keluarga. Kata Muslimin, “Kalau mau
selamat dan berkah, hindari proyek. Berikan kepada sekitar 900 pemborong dan
kontraktor di Bima yang mati suri selama ini karena hanya dikerjakan oleh
penguasa serta keluar ganya,” tandas Muslimin. (GA. Imam*)