Foto: TGB bersama Kapolda NTB, Brigjen Pol. Firli, M.Si, Danrem 162/WB, Farid Ma’ruf, Danlanal Mataram. |
Mataram, Garda Asakota.-
Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, menghadiri Do’a Bersama dan Silaturrahmi TNI/Polri, Ulama dan Masyarakat guna memelihara Kebhinekaan serta memperkokoh Persatuan dan Kesatuan NKRI, di Masjid Baitussalam, Polda NTB, Selasa (24/05). Pada saat itu Gubernur menegaskan NKRI merupakan salah satu akad besar (komitmen) dalam kehidupan kita sebagai warga negara dan sebagai manusia nusantara. "Demikian juga sebagai umat Islam, Republik ini sesungguhnya adalah warisan ulama," tutur Gubernur.
Oleh karena itu, kata dia, tiada kata lain dalam konsep Islam terhadap sesuatu yang baik yang kita warisi dari orang lain, kecuali dengan manjaganya dan marawatnya.
Gubernur menguraikan di dalam Al-Quran sudah jelas disebutkan, di Surah Al-Maidah ayat 1, bahwa Allah memerintah orang-orang beriman untuk menunaikan akad-akad. “Tunaikan itu, penuhilah. Komitmen itulah yang dimaksud akad,” jelasnya dihadapan Kapolda NTB, Brigjen Pol. Firli, M.Si, Danrem 162/WB, Farid Ma’ruf, Danlanal Mataram.
Menurut TGB, akad atau komitmen itu tidak hanya menyangkut akad seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam lembaga pernikahan atau akad antara seorang pembeli dengan seorang penjual dalam suatu transaksi bisnis. Tetapi bagi kita sebagai warga negara, salah satu yang akad yang utama adalah negara kesatuan Republik Indonesia, dengan pancasila dan undang-undang dasar 1945 dengan seluruh peraturannya. “Kalau kita mengaku orang beriman, maka tidak ada kata lain, laksanakan apa yang diperintahkan Allah, yaitu tunaikan akad-akad itu,” ungkap TGB. Maka dari itu, Gubernur menghimbau semua pihak untuk tidak perlu menunggu sesuatu itu lemah atau rusak baru kemudian dirawat dan dijaga kembali.
Sebelumnya, Kapolda NTB, Brigjen Pol. Firli, M.Si, menyampaikan bahwa silaturahmi tersebut digelar dalam rangka memelihara kebhinekaan serta memperkokoh persatuan. Pada saat itu, Kapolda mengingatkan bangsa ini masih mengalami hal-hal yang dapat mengusik idiologi yang disepakati. Masih didapati masyarakat yang ingin mengembangkan ideologi baru selain Pancasila, tegasnya.
Menurutnya, tindakan seperti itu telah melanggar kesepakatan para pahlawan yang memperjuangkan berdirinya NKRI.
“Saya pikir, sangatlah tepat kita mengadakan acara ini. Yaitu memelihara kebhinekaan serta memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam wadah NKRI,” jelasnya
Acara tersebut juga digelar sebagai wadah silaturrahim menjelang bulan puasa. Puasa yang beberapa hari lagi akan tiba, menjadi momentum untuk menguatkan persaudaraan sebagai bangsa. Menurutnya, kita harus bersyukur dapat hidup di Indonesia, dengan beragam suku dan agama. “Ini adalah kekuatan bangsa. Dan ini bukan keinginan kita, namun kehendak ALLAH SWT,” pungkasnya. (GA. IAG*)