Foto : Foto mentor dari Tempo Institute bersama peserta program IBT. (foto : rico)
Mataram, Garda Asakota.-
Produk liputan yang digarap dengan pola investigasi dapat membantu masyarakat mengkonsumsi informasi paling lengkap. Makom tertinggi dari karya jurnalisik ini bisa melawan informasi bohong di era banjir bandang hoax.
Investigasi Bersama Tempo (IBT) menjadi salah satu program melawan hoax, setelah melihat fenomena beredarnya kabar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya di berbagai platform media, khususnya melalui kanal online. Liputan investigasi digambarkan Redaktur Pelaksana Desk Investigasi Majalah Tempo, Bagja Hidayat, banjirnya media online dominan mengejar kecepatan tanpa verifikasi. Belum lagi faktor ramainya sosial media, menjadikan setiap orang bisa langsung menjadi produsen berita dan tumbuhnya hoax.
“Investigasi adalah mahkota karir seorang jurnalis. Investigasi mengembalikan kepercayaan publik terhadap media,” jelasnya.
Pertemuan selama dua hari difasilitasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Mataram, mengupas bagaimana pola membongkar persoalan di daerah yang kuat hubungannya dengan masalah secara nasional, bahkan berkaitan dengan jaringan internasional.
Sehingga, menurut Bagja, wartawan daerah punya kesempatan sama dengan jurnalis Tempo memahami dan memperaktikkan langsung reportase investigasi.
Tujuannya, memperluas tradisi liputan investigasi hingga ke jurnalis daerah, meningkatkan kapasitas atau keahlian jurnalis di bidang investigasi, mengungkap persoalan di daerah, mendorong perubahan kebijakan. “Juga meningkatkan awareness pemangku kepentingan atas sebuah masalah,” jelasnya.
Tempo Institute memberi kesempatan partisipasi puluhan peserta mengajukan Term of Reference (TOR) melalui proposal liputan. Ada 10 usulan peserta yang dibawa ke Jakarta untuk dilakukan seleksi ketat. Tema yang diangkat seperti Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan modus pengiriman TKI ke luar negeri, tambang illegal dan persoalan lahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, vila bodong di kawasan wisata Senggigi, pekerja anak di kawasan wisata Senggigi, karut marut bentang RT RW Kota Mataram akibat monopoli oknum pengusaha, penjualan secara ilegal satwa dilindungi. Proposal lain mengangkat masalah yang masih jadi misteri, terkait dugaan hilangnya ginjal TKW asal Lombok Utara Sri Rabitah. Persoalan sumber daya lain yang diangkat, terkait penjualan sirip hiu secara illegal.
Ditambahkan Ramidi, Koordinator Program Investigasi Bersama Tempo (IBT), proposal yang diajukan akan duji oleh tim Tempo Institute. Selanjutnya masih ada kesempatan bagi para peserta melengkapi TOR dengan data dan dokumen tambahan lainnya sehingga layak dipilih sebagai tema liputan investigasi bersama Tempo.
Ketua AJI Mataram Sirtupillaili menambahkan, program IBT adalah kesempatan yang baik bagi para jurnalis di NTB memperdalam ilmu investigasi. Ia dan anggota AJI lainnya, khususnya para jurnalis NTB merasa mendapat suplai pengetahuan yang selama ini belum diperoleh pada pelbagai pelatihan. Sirtupillaili sepakat bahwa informasi hoax harus dilawan dengan produk jurnalistik berkualitas. “Saya yakin para jurnalis di NTB punya semangat sama untuk melahirkan produk jurnalistik berkualitas, seperti liputan investigasi. Karena banyak masalah di daerah ini yang memenuhi syarat untuk diangkat dalam liputan investigasi,” jelasnya.
Mewakili peserta, Sirtu berharap Tempo Intitute kembali menurunkan program sama untuk jurnalis di NTB, dengan pengetahuan lebih beragam tentang teori dan praktek liputan investigasi. (*)