Peneliti dari Universitas Mataram, Dr. Haeril saat memaparkan skenario Intervensi dalam mengendalikan penyebaran Covid-19 di NTB dengan menggunakan Pendekatan Model SEIR (Susceptibles, Exposed, Infected, Recovered) di hadapan Gubernur dan Wagub NTB, Rabu 06 Mei 2020.
Mataram,
Garda Asakota.-
Peneliti
dari Universitas Mataram, Dr. Haeril memaparkan skenario Intervensi dalam
mengendalikan penyebaran Covid-19 di NTB dengan menggunakan Pendekatan Model
SEIR (Susceptibles, Exposed, Infected, Recovered).
SEIR
menggunakan pendekatan kepada kelompok individu yang rentan, kelompok terkena
Covid-19 namun tidak tampak gejalanya, kelompok individu yang terinfeksi
Covid-19 dan terakhir kelompok yang sembuh dari Covid-19.
Dihadapan
Gubernur Dr. H. Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah
Rabu (6/04/2020) didampingi peneliti lainnya, Dr. Haeril menjelaskan bahwa
di NTB diperlukan skenario Intervensi kebijakan yang ketat atau moderat
untuk bisa memutus lebih cepat rantai penyebaran penyebaran Covid-19 ditengah
masyarakat. Efektivitas kebijakan tersebut, sangat tergantung dari komitmen
masyarakat dan pemerintah dalam mengendalikan penyebaran Covid-19.
"Masyarakat merupakan garda terdepan dalam upaya pengendalian penyebaran
Covid-19,” tegasnya pada sesi pemaparan di ruang kerja Gubernur yang lebih
akrab disapa Dr. Zul tersebut.
Ia
mensimulasikan tiga skenario pengendalian yang mungkin diterapkan di NTB.
Yakni, pertama : Skenario Longgar dengan efektivitas implementasi intervensi 25
%. Kedua, Skenario moderat dengan efektivitas implementasi intervensi 50
%. Dan ketiga adalah skenario ketat/wajib dengan efektivitas implementasi
intervensi >75 %.
Ia
memprediksi, jika hanya menerapkan skenario pertama (longgar) seperti saat ini,
maka 2000 an warga ( NTB) bisa terinfeksi pada hari ke 145. Namun jika kita
gunakan skenario moderat, akan terjadi perubahan yang sangat signifikan.
Sebanyak 560an warga yang akan terinfeksi di hari ke- 145” ulas Dr. Haeril
ketika menggunakan skenario moderat.
“Faktor
preventif ini yang kita dorong, ketimbang kuratif dan detektif. Bagaimana
mengendalikan OTG dan PPTG, Bagaimana mengedukasi masyarakat, sosialisasi
besar-besaran. Kita akan mengatur rekayasa sosial masyarakat” tutup Haeril.
Sementara
itu Gubernur NTB Dr.H Zulkieflimansyah memberikan apresiasi kepada para
peneliti yang telah berpartisipasi dengan membantu Pemerintah dalam menangani
penyebaran pendemi Covid-19 di NTB.
“Teman-teman
sudah punya pengalaman. Simulasi ini menarik, karena mencoba mengubah cara
pandang kita menangani Covid-19. Sistem dinamik ini hanya tools, alat untuk
merubah pikiran sehingga kebijakan yang kita ambil tepat. ” ujar Gubernur.
Gubernur
juga menyampaikan bahwa penanganan Covid-19 di setiap kabupaten /Kota di NTB
bisa berbeda dikarenakan kondisi di lapangan berbeda atau tidak sama persis.
“Kita konsen pada penyebaran, namun juga kita konsen pada pada dampak sosial
ekonomi nya. Masalahnya kini, kondisi di setiap Kabupaten /kota berbeda, secara
objektif berbeda-beda, sehingga kita harus hati-hati” jelasnya
Gubernur
juga berharap simulasi yang dipaparkan bisa lebih komprehensif dan lebih
variarif lagi. Misalnya simulasi bagaimana jika semua pasar di NTB berbasis
online, “Impact nya seperti apa. Jika akses jalan di batasi seperti apa. Jika
ada pendekatan yang bisa mengorek secara keseluruhan, tentu sangat baik sekali”
harap Gubernur.
Hal
senada diungkapkan Wakil Gubernur Umi Rohmi. Diperlukan kedisiplinan dari semua
pihak untuk mematuhi protokol pencegahan covid 19. "Kuncinya terletak pada
kepatuhan semua pihak", ujarnya. (red*).