Salah satu momen kebersamaan IDP-Dahlan dengan Ketua DPD PAN Kabupaten Bima, M Aminurlah, pada April 2020 lalu. Sumber Foto: Istimewa*)
Yasin, S.Pd (Aktivis Gerakan Reformasi 1998 Yogyakarta)
Berbicara Pilkada, wacana umum yang kita saksikan di ruang publik dan medsos antara lain seputar kepemimpinan, dinamika demokrasi lokal dan hal-hal prosedural maupun substansial yang melingkupinya. Tapi konflik elite terkesan diabaikan. Tak hanya elite satu parpol dengan elite parpol lain. Namun yang perlu disorot adalah konflik elite di internal suatu parpol.
Adagium lama bahwa politik praktis intinya soal kepentingan tetap relevan. Perebutan sumberdaya kekuasaan di internal parpol lazimnya menjadi penyebab retaknya sebuah parpol. Bila tak ada manajemen konflik yang berimbang, maka roda organisasi akan pincang.
Dalam kancah politik pilkada Bima, SYAFAAD (Syafrudin - Adi Mahyudi) memang sudah masuk dalam arena pemberitaan, bahkan jauh-jauh hari sosialisasinya. Kalau Syafrudin itu mantan Bupati Bima, maka Adi Mahyudi saat ini menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi NTB dari PAN.
Partai biru di Bima memang termasuk papan atas, tapi kompleksitas persoalan mesti diurai, tidak berarti Ady Mahyudi mulus begitu saja meraih rekomendasi. Mengingat catatan politik menunjukkan bagaimana sejarah pergolakan elite di tubuh PAN Kabupaten Bima, kontestasi politik Ady Mahyudi dengan pimpinan PAN Kab. Bima saat ini, relasi kuasa elite-elite kunci PAN dalam hubungannya dengan petahana (IDP DAHLAN), dari segi gestural dan manuver komunikasi politik yang dibangun.
Ada anggapan bahwa bahwa PAN Kabupaten Bima identik dengan Ady Mahyudi. Konsekuensi dari persepsi itu seolah-olah muara akhir keputusan DPP PAN dianggap akan mengusung SYAFAAD dalam pilkada Kabupaten Bima 2020. Padahal, kejadian politik di lapangan seringkali tak terduga, mengejutkan dan terkadang keluar dari pakem umum.
Sementara itu, ekspektasi SYAFAAD menumbangkan petahana cukup kencang arus geraknya. Bila gagal, maka gelombang konsolidasi SYAFAAD berpotensi menyapu isi rumahnya sendiri. Kita tidak berharap itu terjadi. Bagaimanapun perjuangan SYAFAAD patut diapresiasi karena tenaga, pikiran, energi, bahkan dana sudah cukup banyak dikorbankan.
Benarkan PAN identik dengan Ady Mahyudi ketika Ketua DPD PAN Kabupaten Bima itu lebih memberikan hatinya kepada petahana? Benar fakta administrasi menunjukan bahwa Ketua DPD PAN Kabupaten Bima merestui Ady Mahyudi yang juga berarti merestui SYAFAAD.
Tetapi dalam kenyataan, politik di belakang layar menampilkan skenario berbeda, apalagi bila sebelumnya ada riwayat saling memicu ketersinggungan personal maupun psikologi seperti terpentalnya Ketua DPD PAN memangku Kursi Ketua DPRD Kabupaten Bima pada pemilu lima tahun silam.
Mengidentikan Ady Mahyudi dengan PAN dalam pilkada Bima adalah "absurd". SYAFAAD dalam lalu lintas politik perjuangan Pilkada Bima 2020 belum menunjukan otentik administasi pemihakan DPP PAN. Fenemena ini terang dibaca bahwa ada tantangan internal bagi Ady Mahyudi yang harus di-clearkan. Setidaknya dengan Ketua DPD PAN.
Arus tantangan internal Ady Mahyudi yang menghambat perolehan rekomendasi DPP PAN, sangat mungkin terjadi dikunci secara rahasia oleh petahana melalui tangan ketua DPD PAN Kabupaten Bima. Kecurigaan ini bukan tanpa dasar sebab ketua DPD PAN Kabupaten Bima lebih menunjukkan kemesraan dengan lingkaran petahana di banyak tempat yang bisa kita telusuri melalui media sosial. Dalam politik tidak ada yang kebetulan.
Jika ternyata di ujung jalan, PAN mengusung petahana (IDP DAHLAN) maka menumbuhkan dendam pada kubu SYAFAAD. Pada titik itu, ketika SYAFAAD beranggapan bahwa ada pengkhiatan dari dalam maka Ketua DPD PAN menjadi subjek yang dihakimi secara moral. Suka atau tidak suka. Semoga keputusan akhir DPP jatuh ke tangan SYAFAAD dan petahana berlapang dada. Ataukah ada skenario lain di luar itu semua?.
Wallahu'alam Bissawab.*)