M. Irfan, S. Sos, M.Si |
Kota Bima, Garda Askota.-
Program
pemasangan lampu hias impor pada tiga jembatan di Kota Bima yang menelan
anggaran senilai Rp1,4 Milyar disorot oleh anggota Komisi II DPRD Kota.
Baca berita sebelumnya terkait hal ini:
https://www.gardaasakota.com/2020/12/malam-pergantian-tahun-warga-kobi-bisa.html
Kepada wartawan, anggota Komisi II DPRD Kota Bima, M. Irfan, S. Sos, M.Si, menyorot proyek pengadaan lampu jalan senilai Rp1,4 Milyar di tengah masyarakat Kota Bima yang tengah dilanda wabah covid19 dan mengalami kesulitan ekonomi.
Seharusnya, kata dia, Walikota memprioritaskan pembangunan untuk
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan visi dan misi Pemerintahan.
"Kalau
melihat dari keinginan dan tujuan program Pemerintah Lutfi hari ini untuk
mensejahterahkan rakyat. Artinya rakyat harus sejahterah dulu, baru kebutuhan
yang lain diprioritaskan," ungkap duta Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
ini, Sabtu (19/12/2020).
Bagi pihaknya
di Komisi II, pemenuhan dana transfer untuk pembayaran tunjangan sertifikasi
guru harusnya hal ini menjadi prioritas jika dibandingkan dengan pemasangan
lampu hias impor tersebut.
“Karena itu menyangkut hak-hak guru, kecuali ada surat edaran
Mendagri yang menahan pembayarannya untuk satu bulan. Tapi sejauh ini kami
tidak pernah mendengar apalagi membaca edaran itu. Untuk itu, kami meminta
Walikota untuk melihat seperti apa guru hari ini dalam memenuhi haknya setelah
melaksanakan kewajiban. Sekolah daring itu kan tetap menjadi kewajiban para guru,"
imbuhnya.
Menanggapi keluhan kelangkaan air bersih seperti di Bina Baru yang seharusnya juga menjadi prioritas penanganan Pemkot Bima? Irfan menjawab kebetulan dalam waktu dekat ini dewan akan menggelar reses di Dapil masing-masing, makanya dia mempersilahkan warga untuk menyuarakan keinginan itu di Dapil masing-masing.
"Inti komentar saya, pemerintah jangan memikirkan untuk kepentingan pribadi karena mereka ini hadir tujuannya untuk mensejahterahkan masyarakat. Jangan sampai pernyataan mensejahterahkan masyarakat itu menjadi sebuah musibah,” pungkasnya wanti-wanti. (red*)