Dr. Syaifudin Yusuf |
Kota Bima, Garda Asakota.-
Ada fakta baru dibalik fenomena limbah berbusa, mengkilat dan tidak berbau yang terlokalisir di Area Pelabuhan Tambat Pertamina Selasa hingga Rabu 27 April 2022 lalu.
Dr. Syaifudin Yusuf mengungkapkan bahwa bakteri hitam yang terkandung akibat limbah berbusa itu, berakibat pada ekosistim biota laut dan juga pada kandungan air laut.
Oleh karenanya, kata dia, Lebaran kali ini diharapkan masyarakat untuk tidak melakukan mandi di seputar Teluk Bima.
” Limbah ini berubah bentuk menjadi coklat kehitam-hitaman, dan ini tidak sehat untuk kulit, jadi sebaiknya sementara ini jangan mandi di Laut Teluk Bima ini,” ujarnya kepada wartawan, Minggu 1 Mei 2022.
Menurut Dosen Pasca Sarjana Unhas Dr. Syaifudin Yusuf bahwa, buih yang menyerupai busa itu terurai secara alamiah oleh faktor atmosferik dan oseanografi dalam teluk Bima.
Dari hasil analisis mikrosineasitik buih berbusa seperti gel itu mengandung jebakan udara, sehingga sangat mudah untuk mengapung.
Sejumlah besar udara terperangkap menyebabkan kolom air kekurangan oksigen dan akhirnya semua biota termasuk ikan banyak yang mati.
Dr. Ipul menjelaskan bahwa pada saat itu Pantai akan mengalami pembusukan akibatnya ikan mati dan meninggalkan bakteri. Sejumlah besar ikan mati yang berdampak pada kehilangan biodiversitas pada ekosistem laut di Teluk Bima.
Menurutnya, saat Webinar Sabtu 30 April 2022 lalu, perwakilan Pihak Pemkot Bima konon melalui DLH telah melakukan uji bakar untuk membuktikan adanya kandungan minyak, dan hasilnya nihil.
Selain itu Pemkot Bima telah melakukan uji sample air yang di bawa ke LabKesDa Kota Bima, dan hasilnya, Negatif, tidak mengandung Logam Berat (Arsen).
Uji Lab itu tidak hanya dilakukan oleh DLH, Diskanlut Kota Bima pun telah membawa sampel Air ke Laboratorium Kesehatan Kelautan Sekotong Lombok Barat, dan juga dikirim ke Laboratorium Yayasan Generasi Biologi Indonesia Surabaya. hasilnya belum keluar.
Dr. Ipul bersama Kadis DLH Kota, Kadis Pariwisata, melakukan uji penelitian terbatas bio-fisik sampel Gellatin Laut.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan mikroskopik, pengukuran suhu, pemotretan, identifikasi ikan terdampak.
Di hari yang sama pun pihak Kemeterian Marves melakukan Rakor bersama LHK Pemerintah Provinsi NTB, dan DLH kabupaten/kota serta stakeholder terkait termasuk Pertamina.
Menurut Dr. Ipul Diskusi dan Penelitian yang di Prakarsai Alumni IWA MBOJO UNHAS (Ikatan Mahasiswa Unhas) itu merekomendasikan, beberapa harapan kepada Pemkot Bima dan Pemkab Bima.
Yakni Pemkot dan Pemkab Bima bekerjasama dengan Pertamina, agar melakukan penyedotan/pembersihan material sisa pencemar di pesisir pantai Teluk Bima.
Hal ini dilakukan untuk menghidari hal-hal yang tidak diinginkan. Sembari menunggu hasil lab uji lengkap, uji patogen (virus dan bakteri), penurunan signifikan DO di kolom air dan peningkatan konsentrasi NO3 (Nitrat).
Selanjutnya, untuk penanganan berkalanjutan, Ipul menyarankan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang perlu, seperti ; bentuk POKJA tingkat Kabupaten Bima/ Kota Bima dan Provinsi NTB.
PT. Pertamina buat MoU dengan Perguruan Tinggi , media massa untuk melakukan monitoring secara berkala.
Melakukan Sosialisasi kepada masyarakat, melakukan identifikasi biodiversiti yang terganggu, identifikasi dampak wisata, sosial, ekonomi masyarakat di Teluk Bima.
Pemerintah didukung swasta dan lembaga peneliti atau universitas untuk membuat suatu data base kelautan Teluk Bima sebagai referensi masa mendatang, seperti Penelitian bioekologi, fisik, seabase, juga oseanograf.
Ia berharap agar masyarakat sabar sembari menunggu hasil uji Lab yang dilakukan Pihak Polda NTB. (GA. 212*)