Foto Bendungan Beringin Sila (Ist*) |
Sumbawa, Garda Asakota.-
Kehadiran proyek jaringan irigasi Beringin Sila senilai Rp1.725
Miliar yang rencananya akan diresmikan oleh Presiden RI pada Desember mendatang,
ternyata berdampak akan hilangnya mata pencaharian sekitar 160 orang warga yang
memiliki tanah untuk kepentingan mega proyek tersebut.
“Tanah kami dihargai dengan harga Rp20 ribu per meter persegi
atau Rp2 juta per are. Dengan harga tanah seperti itu, jelas kami tidak akan
bisa lagi beli tanah baru. Sementara tanah tersebut adalah sumber mata
pencaharian kami untuk berkebun dan berternak,” keluh Warga Desa Motong
Kecamatan Utan Sumbawa, H Abdul Majid, pemilik lahan di kawasan jalan menuju
Jaringan Irigasi Bendungan Beringin Sila Sumbawa, kepada wartawan, Selasa 27 September
2022.
Menurutnya, untuk membeli lahan baru, warga harus merogoh
kocek sebesar Rp25 juta per are. Hal ini tentu dirasa akan sangat berat bagi
mereka. Apalagi dengan biaya ganti rugi lahan yang sangat kecil.
“Tolong kedepankan aspek kemanusiaannya. Sebab kami juga
butuh menjaga kelangsungan mata pencaharian kedepannya,” harapnya.
Berdasarkan pengakuannya, ada sekitar 160 orang warga yang
akan mengalami nasib yang sama dengan dirinya.
“160 orang warga itu berasal dari tiga (3) desa yakni Desa
Motong, Desa Setuik Berang, dan Desa Tengah. Rata-rata luas tanah warga, ada
yang 17 are sampai dengan 50 are. Di atas lahan warga itu ada lahan yang sudah
terpotong untuk jalan usaha tani.” jelasnya.
Menurutnya, warga menolak dengan harga yang ditawarkan
pemerintah. Di mana tanah diminta dijual Rp2 juta per are. Di antara itu paling
banyak lahan yg ditawarkan dengan harga Rp1,8 juta per arenya.
“Intinya harga lahan yang ditawarkan bervariasi Rp1,8 juta
sampai Rp2 juta,” cetusnya.
Lahan milik warga ini biasanya dipergunakan untuk perkebunan
dan peternakan.
“Kalau lahan itu dijual dimana lagi kami harus
menggembalakan ternak maupun melakukan aktivitas pertanian bila lahan tersebut
dijual,” katanya lirih.
Warga berharap, pemerintah dapat membeli tanah tersebut paling
tidak Rp10 juta per are.
“Janganlah sampai Rp2 juta. Karena kalau harga di luar itu
bisa sampai Rp25-30 juta per arenya,” ujarnya.
Pada dasarnya warga mendukung kebijakan pemerintah membangun
bendungan dengan senang hati. Hanya saja harga lahan mereka dibayar dengan
harga sepantasnya.
“Karena kita mau hidup dari mana lagi kalau lahan itu kita
jual. Kalau tidak Rp10 juta jangan sampai Rp2 juta,” pungkasnya. (GA. Im/Ese*)