Anggota Komisi V DPRD NTB, H. Lalu Budi Suryata. |
Mataram, Garda Asakota.-
Anggota Komisi V DPRD NTB, H. Lalu Budi Suryata, mengaku prihatin
atas video viral dua sejoli yang diduga masih berstatus pelajar tengah
berciuman (Mesum) di halaman Masjid Hubbul Wathan Islamic Center (IC) Provinsi
NTB di Kota Mataram, baru-baru ini.
“Terus terang kami prihatin atas adanya kejadian tersebut
dan sangat wajar jika sejumlah warga mengecam aksi yang tidak senonoh itu,
sebab hal itu dilakukan di tempat ibadah yang menjadi kebanggaan umat Islam di
Provinsi NTB,” ujar HL Budi Suryata kepada wartawan baru-baru ini.
Terlebih, dalam video viral itu, menurutnya, pasangan yang
tertangkap kamera sedang ciuman itu diduga masih berstatus sebagai pelajar.
"Jadi, agar kasus ini tidak terulang, maka pemahaman
pendidikan agama untuk melahirkan generasi yang bijaksana, agamis, sabar,
pemaaf dan menjauhkan diri dari segala perbuatan negatif, tentunya menjadi
mendesak untuk dilakukan," tegas Anggota Fraksi Bintang Perjuangan Nurani
Rakyat DPRD NTB itu.
Selain itu, pihaknya juga mendesak jajaran Pemprov melalui
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) setempat untuk menambah jam pendidikan
agama di sekolah yang masuk kewenangan provinsi, yakni SMA/SMK hingga SLB.
Sekretaris DPD PDI Perjuangan NTB, menilai bahwa pelaksanaan
Imtaq yang biasanya digelar setiap hari Jumat, dirasa belum efektif dalam rangka
memberikan pemahaman moral dan etika peserta didik bisa terjamin sesuai koridor
agama.
"Makanya saya minta agar jam pelajaran agama di SMA/SMK
dan SLB itu bisa ditambah, misalnya diharuskan siswa melaksanakan shalat jamaah
bagi yang beragama Islam dan selanjutnya dilanjutkan adanya kultum (kuliah
tujuh menit). Termasuk bagi agama lainnya juga menyesuaikan pada jam itu, ada
jam kerohaniannya," ujar Lalu Budi.
Budi menegaskan, bahwa penambahan jam pelajaran pendidikan
agama, akan dapat membentengi kalangan
pelajar dari perilaku negatif di era perkembangan zaman saat ini.
Selain itu, lanjut dia, para pelajar akan dapat terhindar
melakukan perbuatan yang melanggar norma masyarakat.
"Pendidikan agama adalah perisai diri untuk menjauhi
segala perbuatan dosa atau melanggar hukum," kata dia lantang.
Budi menilai, perilaku insan yang terjerembab ke dalam
perbuatan negatif akibat kurangnya pendidikan agama. Apalagi, setiap individu
mudah terpengaruh perbuatan negatif. Utamanya, pengaruh gadget dan arus
informasi yang kian pesat saat ini.
"Saya minta Pak Kadis Dikbud tidak sebatas hanya mengimbau, tapi perlu aksi nyata dalam mencegah pengaruh gadget. Termasuk kita dukung pengawasan siswa pada jam pulang sekolah namun tetap harus kontinyu dilakukan," tandas Lalu Budi Suryata. (GA. Im*)