Kepala Biro Humas Kementerian Pertanian RI, Kuntoro Boga Andri, saat memberikan penjelasan kepada sejumlah wartawan, Senin 07 Agustus 2023 di Kementan RI. |
Jakarta, Garda Asakota.-
Ancaman kekeringan akibat adanya dampak
terjadinya musim kemarau berkepanjangan atau El-nino mulai dirasakan
masyarakat.
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian
RI juga mengaku mulai mendorong adanya Gerakan Nasional Penanggulangan El Nino
sebagai bentuk kewaspadaan dalam menghadapi dampak kekeringan akibat El Nino.
“Betul El Nino itu ada. Tapi kita tidak perlu
khawatir karena kesiapan kita itu ada. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian
sudah menyiapkan langkah dalam menghadapi El Nino ini,” terang Kepala Biro
Humas Kementerian Pertanian RI, Kuntoro Boga Andri, kepada sejumlah wartawan,
Senin 07 Agustus 2023 di Kementan RI.
Menurutnya, ancaman kekeringan yang diakibatkan
oleh El Nino itu diprediksikan akan berlangsung selama tiga (3) bulan kedepan
yakni Agustus, September hingga Oktober mendatang.
“Memasuki November itu sudah mulai memasuki
musim hujan,” timpalnya.
Salah satu cara menghadapi kekeringan
menurutnya adalah harus mempercepat musim tanam dengan cara pemilihan varietas yang
tahan kering atau yang tahan dengan sedikit air seperti padi gogo, jagung,
kacang tanah, kedelai, shorgum dan lainnya.
Solusi kedua menurutnya adalah memperkuat stok
pangan.
“Neraca pangan kita aman sampai dengan Desember
2023. Stok pangan kita bukan hanya yang ada di Bulog, tapi juga yang merupakan
hasil panen masyarakat, pedagang dan pembeli. Stok pangan kita masih surplus sekitar
2 juta ton sampai desember 2023,” ungkapnya.
Neraca perdagangan dalam aspek pertanian juga
menurutnya berada dalam kondisi surplus positif yakni sekitar 200 triliun
dengan nilai ekspor pertanian sekitar 480 triliun.
Solusi lainnya, lanjutnya, adalah memperluas
tambahan lahan pertanian sekitar 500 ribu hektar lahan tanam baru diwilayah-wilayah
rawa (bukan gambut) yang masih memiliki stok air seperti di Sumatera Selatan, Sumatera
Utara, Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, untuk memproduksi pangan
sekita 3 juta ton beras.
“Dan dalam bulan ini harus mulai ditanam untuk
tambahan produksi pangan tersebut,” ungkapnya.
Langkah keempat, lanjutnya, adalah dengan melakukan
promosi diversifikasi pangan dan penanaman dilahan-lahan pekarangan. (GA. Ese*)