Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB, A Rauf Wahab, ST. |
Mataram, Garda Asakota.-
Dampak akibat terjadinya musim kemarau mulai
terasa di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Di Kabupaten Bima dan di Kota Bima, beberapa
wilayah seperti di Muku dan di Kota Bima seperti di wilayah Tanjung debit air dangkalnya
atau air permukaan sudah mulai mengering.
“Dampaknya masyarakat di wilayah tersebut terpaksa
harus membeli air bersih untuk mencukupi kebutuhan air bersihnya,” kata Wakil
Ketua Komisi II DPRD NTB, A Rauf Wahab, ST., pada wartawan media ini, Jum’at 11
Agustus 2023.
Meski dalam aspek pertanian menurutnya belum
terlalu kelihatan secara signifikan akan adanya dampak kekeringan, namun ia
memastikan jika kondisi seperti ini terus berlangsung, maka dampaknya bisa
dipastikan akan lebih parah lagi.
“Bahkan bisa jadi potensi gagal panen itu akan terjadi
jika kondisi seperti ini terus berlangsung hingga beberapa minggu kedepan,”
ujar politisi Partai Demokrat ini.
Jika kondisi ini terjadi, menurutnya,
pemerintah mulai dari sekarang harus bisa menjaga stok pangan dan tidak boleh berlebihan
dalam memberikan izin perdagangan pangan ke luar daerah atau perdagangan pangan
antar pulau.
“Sehingga stok pangan didalam daerah bisa
terjaga. Itu sebagai salah satu langkah antisipasi,” ujar mantan aktivis HMI
ini.
Terjaganya stok pangan tersebut, lanjutnya,
sebagai salah satu langkah antisipatif ketika terjadinya kelangkaan pangan didalam
daerah.
“Kalau misalnya terjadi kelangkaan beras dan
harganya melonjak naik, maka stok yang ada itu bisa dipergunakan sebagai langkah
dalam melakukan operasi pasar dan menekan melonjaknya harga pangan,” cetusnya.
Pemerintah juga diharapkannya agar terus melakukan
langkah koordinasi dan pemantauan terhadap adanya kondisi kekeringan.
“Termasuk menyusun langkah-langkah antisipasi
dalam menghadapinya,” ujarnya.
Atasi Krisis Air dengan Pengeboran
Secara personal, menurutnya, selaku wakil
rakyat dari Dapil VI, menghadapi masalah krisis air bersih di wilayah Dapilnya,
ia telah melakukan pengeboran air di lebih dari 10 titik.
“Untuk mendapatkan air bersih diwilayah bebatuan
seperti di Kabupaten Bima itu, maka kedalaman pengeborannya mencapai 40 meter bahkan
lebih,” kata Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB, A Rauf Wahab.
Anggaran untuk melakukan pengeboran air itu
menurutnya bersumber dari penganggaran melalui pokirnya serta melalui anggaran pribadinya.
“Bantuan secara pribadi malah lebih banyak lagi
seperti di Desa Naru Sape, di Lamere, di Desa Ragi. Dan itu semua merupakan
bantuan swadaya pribadi,” katanya.
Sementara di Desa Muku yang saat sekarang
tengah mengalami krisis air bersih menurutnya juga telah dianggarkannya melalui
APBD dan akan dieksekusi dalam waktu beberapa minggu kedepannya.
“Termasuk di Desa Rada, di Desa Dena, di Desa Leu, Desa Waduwani, Desa Naru, di Desa Risa serta di Desa Karumbu. Semuanya nanti akan dibantu dengan pengeboran air dalam dengan kedalam sampai 60 meter,” pungkasnya. (GA. Im*)